Dear All,
Assalamu'alaikum wr. wb. Saya sepakat dengan semuanya, tapi sekali lagi menurut saya memang intinya kita yang harus pandai-pandai memilih tontonan baik untuk kita sendiri, maupun keluarga kita. Yang namanya kotak ajaib TV memang luar biasa pengaruhnya, termasuk imbasnya pada perilaku kita sehari-hari. Bahkan saat ini Umat Islam pun sudah mulai berkiblat apad apa yang disiarkan TV, bukan lagi pada prinsip aqidah atau syariah. Contoh saja soal jilbab, jilbab saat ini bukan dipandang sebagai busana muslim, tapi lebih pada mode, yang bisa dipakai kapan saja sesuka hati si pemakainya. Di sinilah terlihat bahwa ajaran agam kita semakin lama akan semakin terkikis, tergantikan dengan ajaran TV. Pada intinya ajaran agama kita (agama apapun yang diakui di Indonesia) betul-betul harus kita pegang teguh dan kita amalkan. Kita semua khan tahu, tak ada ajaran agama yang mengajarkan penganutnya menjadi manusia yang tidak teratur, pemalas, pesimis, dsb. Semua agama menginginkan kehidupan para penganutnya harmonis dalam segala bidang. Yang tak kalah penting adalah perlunya publik figur yang betul-betul bisa dijadikan suri tauladan/panutan bagi masyarakat kita. Mohon maaf nich, kalau jama dulu, yang namanya kotak ajaib "TV" itu barangkali menjadi barang langka, mewah yang tidak semua orang punya. Sekarang TV ibarat kacang goreng, jangankan di rumah-rumah, di perempatan, di pos ronda, di tempat-tempat umum, TV sudah menjadi pajangan yang biasa, yang siaran/acaranya bisa ditonton atau mungkin dinikmati semua orang. Nah celakanya acara-acara/tontonan yang disuguhkan stasiun-stasiun TV kita masih banyak yang hanya mengedepankan hiburan atau bahkan sensasi, bukan pada tujuan acara tersebut disiarkan. Maaf nich, sekarang yang namanya "infotainment" semua stasiun TV menayangkan dengan dikemas menjadi beragam acara, yang sambil diselingi humor atau bahkan ada yang serius seperti laporan investigasi kepolisian, atau ada juga yang bahkan disangkut pautkan dengan mistis. Nah celakanya yang diberitakan itu adalah publikpublik figur yang sebetulnya menurut saya adalah perilaku semua" dari mereka yang mungkin mengklaim dirinya "politisi", "ekonom", "ahli hukum" atau juga "selebritis" "Kehidupan semu" yang diberitakan di acara-acara infotainment ini sedikit-demi sedikit telah mempengaruhi kehidupan bahkan pola pikir masyarakat kita, khususnya mungkin bagi "kaum muda". "ibu-ibu rumah tangga", bahkan pembantu pun tidak pernah kelewatan untuk menyaksikan infotainment itu. Dan isi dari berita itu langsung menjadi pembicaraan hangat. Kata ibu-obu sebelah rumah saya "gila ya si A itu mau cerai lagi, padahal nikahnya baru saya kemarin, belum juga ada setahun, kok bisa ya........" bla bla bla, atau "gila ya si itu hamil duluan, tapi kok tetap PD ya, padahal mereka belum kawin, yang menghamili sudah punya istri lagi..... hiii". Terus ada lagi, "eh Bu, kemarin lihat si A nggak, baju yang dipakai bagus ya, jahitanya cuma separo, trus dibagian belakang tidak tertutup, seksi lho.......... " Hiiiiiiiiii kadang-kadang saya sering geram kalau denger pembicaraan seperti itu. Istri saya saja kalau mulai bicara masalah seeprti itu sering langsung saya ajak seret masuk........." Saya bukan mengklaim bahwa semua publik figur kita ini mempunyai perilaku buruk atau tidak terpuji.Tetapi kenyataannya masih sangat sedikita yang bisa menjadi panutan, mau danb bersedia untuk berbagi, memperbaiki mental masayarakat, mengajak masyarakat untuk tetap selalu berperilaku baik (seperti kyai ya......), atau untuk selalu berpikir positif. Yang terjadi adalah banyak publik figur kita ini sering menonjolkan kepandaian mereka, ketenaran mereka untuk mencela orang lain, mengerahkan massa, memperkeruh suasana, bukannya bersama mencari solsui atas suatu masalah. Kemudian, mulai dari sekarang, pendidikan di sekolah dan di luar sekolah betul-betul harus diprioritaskan mutunya, khususnya pendidikan dasar (setingkat SD - SMP). Kita pasti tahu bahwa sekarang ini pendidikan saat ini hanya sebatas formalitas saja. Pelajaran akhlaq, agama hanya sebatas rutinitas saja (khususnya di sekolah-sekolah umum). Banyak yang beralasan, kalau mau jadi "Kyai" ya belajar di pesantren, bukan di sekolah. Karena itulah hasil didikannya sedikit sekali yang mempunyai kedisiplinan tinggi, pintar tapi bengal, nilai tinggi tapi maaf barangkali sama guru bahkan orang tuanya sendiri tidak hormat. Jadi sedari awal kita ini tidak dididik untuk selalu bisa punya disiplin yang tinggi, loyalitas atau bahkan toleransi (makanya saling serobot itu biasa), karena memang sistem pendidikan kita belum sepenuhnya bisa mengakomodasi kepentingan/pokok permasalahan itu. Tapi minimal kita bisa mulai lho dari rumah sendiri, ya sekarang kita coba untuk mengawasi anak-anak kita, biar belajar lebih banyak tentang agama. moral, budi pekerti dan semua yang tidak diajarkan di sekolah. Wassalamu'alaikum wr. wb. Salam dari Malang Kota Bunga Jack [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/