http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1444&Itemid=0
I'tikaf    
Pada masa sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa
melakukan i’tikaf (berdiam diri di masjid). Hal ini
terus dilakukan Rasulullah sampai beliau wafat Sudah
semestinya kaum Muslimin melaksanakan sunnah yang
diajarkan sosok teladan. Agar i’tikaf bisa memberikan
hasil sesuai yang diharapkan dan agar orang yang
beri’tikaf keluar dari masjid dalam kondisi telah
diampuni dosa-dosanya, ada beberapa adab yang perlu
diperhatikan, yaitu: 
Niat yang Baik 
Hendaklah orang yang ingin beri’tikaf memurnikan
niatnya untuk mencari keridhaan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, meraih derajat di akhirat dengan cara
melepaskan diri dari kegiatan dunia dan mengisinya
dengan amaliyah akhirat, serta menghidupkan sunnah
Rasulullah. 
Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan 
Inilah sunnah Rasulullah, yang berlandaskan pada
hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu
‘anha, “Bahwasanya Rasulullah beri’tikaf pada sepuluh
hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau wafat,
kemudian para istri beliau beri’tikaf setelahnya.”
Boleh saja beri’tikaf selain waktu-waktu itu, akan
tetapi tetap saja yang terbaik adalah pada sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan. 
Di Masjid Jami’ (Agung) 
Tidak sah bila seseorang beri’tikaf di rumah
Rasulullah mencontohkan i’tikaf di masjid. Allah
berfirman, Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang
kamu beri`tikaf dalam masjid. (Al-Baqarah [2]: 187).
Ayat ini menunjukkan bahwa tempat i’tikaf adalah
masjid. 
Seyogyanya orang yang beri’tikaf memilih masjid jami’
(yang menyelenggarakan shalat Jum’at) sehingga ia
tidak perlu pindah dari masjid untuk menunaikan shalat
Jum’at, berdasarkan kepada perkataan Aisyah, “Yang
disunnahkan kepada orang yang sedang beri’tikaf ialah
ia tidak menjenguk orang sakit, tidak melayat jenazah,
tidak menyentuh wanita, tidak mencampurinya, tidak
keluar masjid untuk satu urusan pun kecuali urusan
yang tidak mungkin ia tinggalkan, tidak ada i’tikaf
kecuali disertai dengan puasa dan tidak ada i’tikaf
kecuali di masjid jami’.” 
Di Mihrab atau Tenda Khusus 
Cara ini akan membantu orang yang beri’tikaf untuk
menyendiri bersama Tuhannya dan tidak menghabiskan
waktu untuk bercakap-cakap dengan temannya. Rasulullah
juga melakukan cara ini, sebagaimana yang dikisahkan
dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah,
“Bahwasanya Rasulullah jika hendak beri’tikaf beliau
menunaikan shalat Shubuh lalu memasuki tempat
i’tikafnya, dan suatu ketika beliau ingin beri’tikaf
pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, lalu
beliau memerintahkan untuk dirikan tenda untuknya
” 
Memasuki Tenda Setelah Shalat Shubuh 
Yaitu pada hari pertama dari sepertiga terakhir bulan
Ramadhan, karena itulah yang pernah dilakukan oleh
Rasulullah, sebagaimana yang disebutkan di dalam
hadits di atas. Ibnu Hajar berkata, “
dalam hal itu
menunjukkan bahwa permulaan seseorang yang beri’tikaf
memasuki tempat i’tikafnya ialah setelah shalat
Shubuh.” 
Tidak Keluar Masjid 
Hendaklah tidak keluar kecuali untuk urusan yang
sangat penting dan tidak mungkin ditinggalkan. Ia
tidak disunnahkan menjenguk orang sakit, atau melayat
jenazah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
terdahulu, kecuali jika ia mensyaratkan hal-hal
tersebut ketika ia memulai beri’tikaf. 
Tidak Menyentuh Wanita 
Berdasarkan hadits terdahulu, dan berdasarkan firman
Allah, Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu
beri`tikaf dalam masjid. (Al-Baqarah [2]: 187). 
Sungguh-sungguh 
Tujuan utama dari i’tikaf adalah agar seseorang bisa
berkonsentrasi untuk ibadah saja sambil menantikan
datangnya lailatul qadr seperti yang disebutkan Allah,
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
(Al-Qadr [97]: 3). Diriwayatkan, “Bahwasanya
Rasulullah jika telah memasuki sepuluh terakhir beliau
mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya, dan
membangunkan keluarganya.” Maksud mengencangkan kain
di sini ialah bersungguh-sungguh dalam beribadah atau
tidak mencampuri istrinya. 
Tidak Menyia-nyiakan Waktu 
Hendaklah seseorang yang beri’tikaf memanfaatkan
setiap kesempatan yang ia miliki untuk beribadah,
berdoa, membaca Al-Qur`an, istighfar, dzikir kepada
Allah Swt, shalat, berpikir, dan merenung. Janganlah
menyia-yiakan waktu dengan berbincang-bincang dengan
teman dan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan
ibadah.* (Pambudi, dikutip dari buku Ensiklopedi Etika
Islam/Hidayatullah)  


 
===
Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits?
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
http://www.media-islam.or.id




Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Reply via email to