terima kasih banyak pak teguh dan bapak2 serta ustad dan ustadzah sekalian, saya sangat senang sekali mendapatkan petunjuk dan tambahan ilmu agama banyak disini... pertama aku baca tulisan pak ridwan, aku sunguh tertarik dan menurutku bagus banget artikelnya lalu muncul lagi tulisan mbak hana... aku lebih kagum lagi.. trus muncul lagi tulisan lagi dengan topik yang sama yang semuanya saling mebantah, namun alhamdulillah aku bisa menarik benang merah dari artikel ini, jadi aku lebih memilih suara yang terbanyak aja deh... maklumlah pemahaman orang bodoh sepertiku hanya bisa mengkuti kata yang terbanyak aja biar aman...!! maaf jika aku salah...! tapi hal yang terpenting adalah aku bisa mengambil kesimpulan mungkin kita harus kembali pada hati kita, salahkan jika kita mempunyai benda milik orang sholeh atau wali, kyai, orang alim apalagi nabi kita muhammad. bukankah Alloh selalu membarikan keberkahan bagi orang2 sholeh apalagi nabi kita muhammad,kalau kata mbak hana ga salah tapi adakah manfaatnya? mungkin benda tersebut mempunyai keberkahan dikarenakn dulu bekas pemilik orang yang sholeh dan mempunyai hati yang bersih dan mungkin juga si pemilik ga akan mau benda atau pemiliknya di sakralkan apalagi sampe di sembah... tapi kalou niat hati kita menyimpan benda tersebut hanya karena kita sangat mencintai dan menghormati orang sholeh agar ikut juga mendapatkan keberkahan dari Alloh apa salahnya? toh mungkin dengan kita mempunyai benda orang soleh kita menjadi lebih taat kepada Alloh dan keimanan kita menjadi bertambah apakah salah? yang terpenting adalah kita tidak boleh berbuat segala sesuatu secara berlebihan, hal inilah yang kupelajari di bulan ramadhan, jalan yang aman adalah jalan yang di tengah.. seimbang tidak berat sebelah... dan lurus.... mungkin itulah pendapatku yang aku ambil dari logika berpikirku, namun pendapat dan pemikiranku aku yakin tidak semuanya benar, untuk itu aku mohon petunjuk dari bapak ustadz dan ustadzah sekalian.,... wassalam... ASRUL
----- Original Message ----- From: Teguh, Imanullah (PSU) To: asrul ; Media Dakwah Sent: Thursday, November 02, 2006 9:36 AM Subject: RE: [media-dakwah] Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ? Wa'alaikumussalam wr. wb. Alhamdulillah saudara Asrul, untuk memahami ilmu Allah maka jangan sampai mengabaikan disiplin ilmuNya untuik menjaga agama ini tetap asli. Dalam disiplin ilmu Islam, ya ilmu Allah juga, setiap orang yang mengaku beriman maka jika berbicara atau menulis selalu berlandaskan Al Qur'an dan Hadits yang shahih dengan syarat-syarat dari para Imam hadits dan ahli hadits terdahulu yang shalih. Dan ditambah lagi perlu membaca beberapa karya-karya ilmiah para ulama yang shalih yang banyak menafsirkan dan menjelaskan Al Qur'an dan Hadits tersebut. Itulah disiplin ilmu dalam Islam. Tidak serta merta menerima langsung begitu saja artikel-artikel yang bersebaran tanpa filter Al Qur'an dan Hadits yang shahih. Jika lupa maka katakan lupa, jika tidak tahu berhentilah atau diam, jika ingat sedikit maka minta bantuan kepada orang lain untuk mencarikan dalilnya dan jangan dipaksakan supaya kelihatan alim karena bisa menimbulkan penyakit menambah-nambahkan atau mengurangi ilmu yang sudah pernah disepakati oleh jumhur ulama. Ingatkah saudara Asrul bahwa ada seorang Imam besar kalo tidak salah imam Malik ditanya oleh orang lain sebanyak puluhan pertanyaan tapi beliau tidak sungkan mengatakan saya tidak tahu (belum menguasai ilmunya). Imam Malik tahu konsekuensinya jika tidak tahu tapi dipaksakan untuk menjawab pasti ada saja yang salah dan bisa menyesatkan banyak orang. Saudara Asrul, rasanya permintaan saya terhadap saudara Ridwan untuk disampaikan kembali kepada Pak Munzir tidak berkaitan dengan masalah ketawaan dan keimanan dan juga masalah niat. Tapi maksud tanggapan saya adalah positif yaitu jika memang ada pengagungan dalam bentuk menyembah kepada manusia (dengan memakai dalil perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam as) dan pengagungan dalam bentuk rebutan air wudhu Nabi, air keringat Nabi untuk jadi obat dan rebutan rambut Nabi. Kemudian dari judulnya dikaitkan kepada ulama sebagai pewaris Nabi maka artikel ini ingin menggiring kita untuk melakukan hal sama terhadap para ulama baik yang sudah mati ataupun yang masih hidup sekarang ini. Artikel dari Pak Munzir Almusawa itu ada beberapa poin kerancuan akidah, ini bisa dibahas bersama-sama dan boleh disampaikan kepada Pak Munzir: yang pertama, pemakaian dalil yang tidak tepat dan kesimpulannya juga tidak tepat yaitu perintah Allah kepada Malaikat dan Syaithon untuk bersujud kepada Nabi Adam as. Coba kita cari apakah ini dalil khusus atau umum untuk dipergunakan kepada selain Nabi Adam as. Kemudian coba cari dalil Al Qur'an dan Hadits, apakah sesuai dengan perintah Allah dan Rosul-Nya yang memerintahkan sesembahan itu hanya untuk Allah saja. Laa ilaha illallah. Coba muraja'ah kembali tentang makna Laa ilaha illallah dan dalil-dalilnya. Jika sudah didapatkan semua itu, lalu pertanyaan selanjutnya apakah tepat dan sesuai dalil bersujud kepada Adam dengan dalil-dalil penyembahan kepada Allah? Padahal Muhammad sholallahu 'alaihi wasalam diutus untuk menghapuskan penyembahan manusia kepada manusia dan menyiarkan untuk menyembah kepada Allah semata!!! Masalah Tauhid perlu didahulukan dan jika ingin tahu lebih banyak silahkan baca artikelnya yang dikelola oleh Pak Nizami di situs Media Dakwah ini (http://www.media-islam.or.id <http://www.media-islam.or.id/> ). Tepatkah penafsiran atau pengkiyasan MENGAGUNGKAN ULAMA dengan dalil bersujud kepada Nabi Adam as? Kesimpulan dari artikel itu adalah bersujud kepada Adam as adalah suatu bentuk pengagungan yang bisa juga diterapkan kepada semua Ulama terdahulu atau masa kini. Bahkan ditambah lagi bentuk pengagungan dengan cara rebutan bekas air wudhu ulama, rebutan perasan air keringat ulama dan juga rebutan potongan rambut ulama yang menurut pak Munzir ada di shahih Bukhari. Makanya saya penasaran sehingga minta bantuan titip pertanyaan kepada saudara Ridwan kepada Pak Munzir tentang keberadaan hadits-hadits tersebut. Jadi saya bertanya karena belum pernah menemukan bunyi hadits seperti itu dan sudah kewajiban kita bersama untuk menjaga agama ini agar tetap asli tanpa harus ditambah ataupun dikurangi. Ma'af saya bukan mau sok-sok-an gitu, niat saya memang ingin tahu dan rasanya agak ganjil juga dengan pemahaman tauhid saya selama ini. Jadi konsentrasinya sekarang untuk saya adalah mencari keempat hadits Bukhari itu dan penjelasan para ulama shalih terdahulu dalam menafsirkannya. Itu saja saudara Asrul semoga bisa dimaklumi dan dipahami. Barokallahu fiekum Teguh Imanullah ________________________________ From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of asrul Sent: Thursday, November 02, 2006 6:36 AM To: 'Media Dakwah' Subject: Fw: [media-dakwah] Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ? Assalamualikum Wr. Wb... alhamdulillah.. semenjak saya masuk di milis ini banyak sekali ilmu2 yang saya dapat, apalagi saya begitu awam tentang ajaran islam padahal semenjak kecil aku sudah islam... namun ternyata Alloh masih sayang kepadaku dan aku di mulai di bimbing ke jalan yang benar! perlu di ingat ketaqwaan dan keimananlah adalah derajat yang paling mulia di sisi Alloh dan hanyalah Alloh yang lebih tahu derajat atau keimanan kita, serta kita tidak akan bisa mengenal iman dan taqwa jika kita tidak mempunyai ilmu Alloh, tentu saja yang lebih mengerti tentang ilmu Alloh adalah para ulama dan ustadz2 kita dan maha guru besar Muhammad Rosul kita. saya sangat setuju dengan artikel ini tapi yang perlu di ingat adalah kalau ga salah.. segala macam perbuatan dan ibadah kita itu tergantung niatnya,... sungguh sulit sekali menata niat dan hati kita ini.... mungkin ada saran para ustads dan ustazdhah... wassalam... ASRUL ----- Original Message ----- From: Ridwan To: Kel-Is ; Ke-Se ; majelismuda@yahoogroups.com <mailto:majelismuda%40yahoogroups.com> ; [EMAIL PROTECTED] <mailto:taslimu%40yahoogroups.com> ; 'Media Dakwah' ; [EMAIL PROTECTED] <mailto:cahayanabawiy%40yahoogroups.com> ; dis-hub ; [EMAIL PROTECTED] <mailto:zawiya%40yahoogroups.com> Sent: Wednesday, November 01, 2006 12:43 AM Subject: [media-dakwah] Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ? sumber : http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view& id=76&Itemid=1 <http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_content&task=view &id=76&Itemid=1> Kontributor: Munzir Almusawa Saturday, 28 October 2006 Mengagungkan Ulama Apakah Syirik ? Alam semesta dan segala isinya tiada henti bertasbih siang dan malam kehadirat Nya yang Maha Tunggal dalam keluhuran, Tunggal dalam keabadian, Tunggal dalam kesucian, Tunggal dalam Kesempurnaan, Tunggal dalam Kekuasaan di Hamparan Angkasa Raya dan Penguasa Kekal pada seluruh Alam, Dicipta Nya Jagad Raya dari ketiadaan, dijadikan Nya keturunan Adam as termuliakan sebagai Khalifah dimuka bumi, mereka termuliakan dengan ilmu, Adam as melebihi malaikat karena ia diberi Ilmu oleh Allah swt yang tak diketahui oleh para malaikat, maka diperintahkanlah para malaikat bersujud kepada Adam as karena ia lebih berilmu dari para malaikat, walaupun malaikat tercipta dari cahaya dan Adam as hanyalah dari tanah Lumpur, sebagaimana dijelaskan dalam QS Albaqarah 30-34. Fahamlah kita bahwa ilmu lah yang membuat para malaikat yang tercipta dari cahaya harus tunduk bersujud dan mengagungkan Adam as yang tercipta dari tanah Lumpur, sebatas sini kita sudah jelas bahwa pengagungan untuk para ulama adalah merupakan perintah Allah swt. Allah swt berfirman : "BILA KALIAN BERSYUKUR MAKA NISCAYA KUTAMBAHKAN NIKMAT ATAS KALIAN, DAN BILA KALIAN INGKARI NIKMATKU MAKA SUNGGUH SIKSA KU SANGAT PEDIH" (QS Ibrahim 7), fahamlah kita bahwa bersyukur merupakan kewajiban bagi kita, dan tidak bersyukur adalah berhadapan dengan siksa Nya yang pedih. Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh kenikmatan yang datang kepada kita mestilah melalui perantara, misalnya harta, makanan, minuman dll, mestilah lewat Makhluk Nya, tidak langsung dari Nya tanpa perantara, kita menemukan sebuah hadits mulia, dimana Rasul saw bersabda : "Belumlah seseorang (dianggap) bersyukur kepada Allah bila ia tak bersyukur kepada orang (yang berjasa padanya)" (Shahih Ibn Hibban hadits no.3407, Sunan Imam Tirmidzi hadits no.1954 dengan sanad hasan shahih, sunan Imam Abu Dawud hadits no.4811). Jelaslah dari hadits ini bila seseorang misalnya mendapat hadiah, rizki, uang, atau lainnya, lalu ia bersyukur kepada Allah, ternyata belumlah sempurna syukurnya itu sebelum ia berterimakasih kepada sang perantara kenikmatan Allah swt. Kita dituntut untuk bersyukur atas segala kenikmatan, dengan cara bersyukur kepada Allah swt dan berterimakasih kepada perantara kenikmatan Nya itu, sebagaimana kita memahami bahwa sebesar apapun ibadah kita tetap belumlah kita dimuliakan Allah swt sebelum kita berbakti kepada kedua orang tua, karena ayah dan ibu kita adalah perantara atas kehidupan kita. Namun adapulan kenikmatan yang bukan hanya sekedar makan, minum, harta, dll, ada kenikmatan yang jauh lebih luhur, yaitu kenikmatan ibadah, kenikmatan dzikir, yang bila sedang melimpah kenikmatan-kenikmatan ini kepada kita maka akan runtuhlah seluruh kenikmatan duniawi kita, runtuh seluruh kesedihan dan kesempitan kita, semuanya sirna dan tak terasa saat kita tenggelam dalam satu dua kejap bersama cahaya khusyu didalam sujud, atau bibir yang bergetar menyebut Nama Nya dengan ledzat, atau airmata yang mengalir dalam kerinduan pada perjumpaan dengan Yang Maha Indah.. Wahai saudaraku, kenikmatan yang sangat agung ini berkesinambungan dengan kenikmatan yang abadi kelak, dan wajib pula disyukuri, yang bila kita mensyukurinya maka Allah akan menambahnya, dan bila kita tak menyukurinya maka kita dihadapkan pada siksa Nya yang pedih. Ingatlah hadits diatas, bahwa setiap kenikmatan itu ada perantaranya, demikian pula kenikmatan-kenikmatan batin diatas, perantaranya adalah para ulama yang mengajarkan kita shalat, puasa, zakat, dzikir, kemuliaan Allah, keagungan Allah dll yang dengan itulah kita akan sampai kepada sorga. Adakah jasa yang lebih besar pada kita selain jasa guru-guru kita yang membimbing kita kepada Keridhoan Nya?, maka wajiblah kita mengagungkan para ulama dan guru-guru kita, itulah bukti akan bakti kita pada mereka, dan itu merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah.. Sebagaimana Ibn Abbas ra yang memuliakan gurunya, yaitu Zeyd bin Tsabit ra, ia berjalan kaki seraya menuntun kuda Zeyd bin tsabit ra, maka Zeyd ra melarangnya dan Ibn Abbas ra berkata : "Beginilah kita diperintah untuk memuliakan ulama-ulama kita", maka turunlah Zeyd bin tsabit ra seraya mengambil tangan kanan Ibn Abbas ra dan menciumnya seraya berkata : "beginilah kita diperintah memuliakan Ahlulbait yang melihatnya" (Faidhul Qadir juz 3 hal.253), bahkan telah berkata sayyidina Ali kw : "aku adalah budak bagi yang mengajariku satu huruf", sebagaimana hadits Rasul saw : "barangsiapa yang mengajari seorang hamba sebuah ayat dari kitabullah maka ia adalah Tuan baginya, maka sepantasnya ia tak menghinakannya dan meremehkannya" (Majmu' zawaid Juz 1 hal 128, Fathul Bari Almasyhur juz 8 hal 248), demikian Rasul saw memerintahkan penghargaan kepada guru-guru kita, demikian pula para sahabat memuliakan guru-guru mereka, maka berbakti kepada gu! ru merupakan tanda syukur kita atas kenikmatan akhirat, kenikmatan shalat, puasa, zakat dll yang dinantikan oleh kebahagiaan nan Abadi. Sampailah kita kepada puncak pemahaman bahwa berbakti kepada Sayyidina Muhammad saw, sebagai Guru dari semua guru yang membimbing kepada keluhuran, merupakan tanda sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, dan Bakti kepada sang Nabi saw, memuliakannya, mengagungkannya, mencintainya, merupakan tanda syukur dan terimakasih kita kepada jasa-jasa beliau saw, yang dengan itulah sempurnanya syukur kita kepada Allah swt, wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Sang Nabi saw adalah yang menjaga dan menaungi kita dari musibah api neraka kelak, demikian Allah menjelaskan kepada kita tentang Nabi Nya saw ini, Allah swt berfirman : "TELAH DATANG PADA KALIAN SEORANG RASUL DARI KELOMPOK KALIAN, SANGAT BERAT BAGINYA APA-APA YANG MENIMPA KALIAN, SANGAT MENJAGA KALIAN, DAN KEPADA ORANG-ORANG MUKMIN SANGAT BERLEMAH LEMBUT" (QS Attaubah 128). Alangkah agungnya manusia yang satu ini, bagaimana Allah swt membanggakan hamba Nya Muhammad saw sebagai hamba yang menjadi pelindung bagi hamba-hamb! a Nya yang lain. Kini kita temukan puncak dari kesempurnaan syukur kita atas kenikmatan Islam dan Iman, bukan hanya cukup bersyukur kepada Allah swt semata, namun berbakti kepada Nabi kita Muhammad saw lah penyempurna syukur kita, sebagaimana kesaksian tauhid kita pun tak sempurna sebelum kesaksian Muhammad saw sebagai Rasul Allah swt. Maka timbul pertanyaan dihati kita, bagaimana dengan kelompok yang mengenyampingkan atau bahkan mengatakan musyrik bila kita memuliakan Nabi Muhammad saw??, bukankah ini ajaran Iblis yang memang tak mau sujud pada Adam as yang diberi kelebihan ilmu oleh Allah swt??, sedangkan Nabi saw bukanlah saja makhluk yang paling berilmu dari seluruh makhluk Nya Allah swt, namun beliau saw adalah guru besar kita yang membimbing kita kepada Iman dan islam, barangkali kelompok ini sebentar lagi akan mengatakan bahwa syahadat itu musyrik pula bila menyebut nama Muhammad saw. Mereka ini durhaka terhadap sang Nabi saw, bagaimana pendapat anda bila ada seorang anak yang menolak menghormati ibunya?, mengharamkan penghormatan pada ibu dan ayahnya karena dianggap syirik?, bukankah ini anak yang durhaka?, naudzubillah dari durhaka yang 1000X lebih besar dari durhaka pada ayah dan ibu, yaitu durhaka pada Rasulullah saw, para sahabat radhiyallahu'anhum berebutan air bekas wudhu beliau saw (sha! hih Bukhari) para sahabat menjadikan air bekas perasan dari baju beliau saw sebagai obat (shahih Bukhari), para sahabat memuliakan sehelai rambut beliau saw setelah beliau wafat (shahih bukhari), para sahabat berebutan rambut beliau saw saat beliau saw dicukur rambutnya saw (shahih bukhari), apakah ini semua musyrik dan kultus?, sungguh.. manakah yang lebih kita ikuti dan panut selain para sahabat radhiyallahu'anhum?, siapakah yang lebih memahami tauhid selain mereka?, adakah makhluk-makhluk sempalan di akhir zaman ini merasa mereka lebih tahu kesucian tauhid daripada sahabat radhiyallahu 'anhum? Semoga Allah segera mengulurkan hidayah Nya untuk saudara-saudara kita muslimin yang masih buta dari kemuliaan syukur ini. amiiin... [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/