Media Penyebaran Bid’ah
Oleh Abu Umar Abdillah

Membicarakan bid’ah memang tidak nyaman. Bisa-bisa menuai resiko yang tidak 
kecil. Dari tuduhan mengusik persatuan sampai dianggap melecehkan para kyai dan 
ulama. Tapi, membiarkannya berarti turut andil dalam melestarikan kemungkaran. 
Apalagi, arus penyebaran bid’ah jauh lebih deras dan kuat dari upaya 
pembendungnya. Karenanya, para ulama dan bahkan semua ulama yang terpercaya 
mengingatkan kita agar waspada terhadap bid’ah. Ulama empat madzhab misalnya, 
pernyataan tegas akan bahaya bid’ah sangat banyak bertebaran di karya ilmiah 
mereka. Terlalu sempit ruangan ini untuk memaparkannya.

Bid’ah bisa menjalar dan menyebar di semua wilayah, dan oleh siapapun. Kadang 
bermula dari orang yang dikenal alim maupun jahil. Bisa pula datang dengan 
faktor kesengajaan maupun tanpa sengaja. Bahkan bisa muncul dari orang yang 
memiliki keinginan baik sekalipun.

Imam asy-Syathibi (Lihat: Mukhtahshar Kitab al-I’thisham hal. 97) menyebutkan 
empat sebab berkembangnya bid’ah:

Pertama, sengaja diada-adakan oleh pencetusnya. Inilah faktor yang paling 
dominan. Meskipun, kesengajaan membuat bid’ah itu bermula dari keinginan yang 
baik. Ibnu Mas’ud pernah menimpali jawaban pelaku bid’ah yang beralasan 
maksudnya baik, 

ßóãú ãöäú ãõÑöíúÏò áÇó íóÈúáõÛõåõ
“Berapa banyak orang yang bermaksud (baik) tapi tidak bisa meraihnya?” 

Karena syarat diterimanya amal bukan hanya dengan niat yang baik, tapi juga 
shawab, benarnya cara, sesuai dengan sunnah Rasul-Nya. 

Bisa juga kesengajaan itu dilandasi oleh niat yang busuk. Mencari popularitas, 
meraup banyak pengikut yang siap mengabdi kepadanya, atau menjilat para pejabat.

Kedua, kadang ada orang alim melakukan suatu amal yang menyelisihi sunnah, lalu 
dipahami oleh orang jahil sebagai sesuatu yang sunnah, sesuai dengan syariat. 
Tiada gading yang tak retak, ulama tidak ma’shum. Bisa jadi ada ulama yang 
tangguh, tapi ada satu perkara yang ia keliru, sedangkan hal itu diketahui 
kekeliruanya oleh banyak ulama lain. Termasuk yang kadar ilmunya bisa jadi di 
bawah levelnya. Maka, menunjukkan kekeliruannya tidak berarti melecehkan atau 
merendahkan ulama itu. Salah, jika menghormati satu ulama tertentu mengharuskan 
taat untuk apapun, juga menutup mata terhadap kesalahan yang nyata-nyata 
diketahui ulama lain berdasarkan dalil-dalil yang shahih.

Ketiga, kadang bid’ah dilakukan oleh orang yang jahil, lalu orang yang alim 
membiarkannya padahal mampu. Orang jahil pun menggangap itu sebagai persetujuan 
sang ulama. Maknanya, itu dianggap baik atau minimal boleh. Mereka akan 
mengatakan, “Ustadz fulan saja tidak melarangnya!”

Keempat, bermula dari dzari’ah, perantara dan tidak secara langsung. Pada 
asalnya baik, lalu seiring dengan berjalannya waktu, keyakinan itu menjadi 
berubah. Lalu muncul keyakinan khusus dalam hal yang tidak ditetapkan oleh 
syariat. Wallahu a’lam. (Abu Umar A)

Artikel ini dari Ar-Risalah
http://ar-risalah.or.id/ 

URL untuk berita ini adalah:
http://ar-risalah.or.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=197



[Non-text portions of this message have been removed]




Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke