Dari Milis Sebelah..

  sekilas info.


  Mungkin komplek rumah anda akan dilewati Jalan Tol
  Infrastruktur
  Tol "Kepung" Jabodetabek

  R adhi kusumaputra

  Bagi warga yang tinggal di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi
  (Bodetabek) yang akan ke Jakarta, kemacetan lalu lintas sudah menjadi sesuatu
  yang menjengkelkan. Berangkat pagi disergap kemacetan. Pulang menjelang
  tengah
  malam pun jalan tetap padat. Jakarta Outer Ring Road II diharapkan jadi
  solusi.

  Berita akan dibangunnya jalan tol yang menghubungkan kawasan Bogor,
  Depok, Tangerang, Bekasi, dan Jakarta menjadi berita menarik.

  James, warga Villa Inti Persada Pamulang, Tangerang, misalnya,
  mengurungkan menjual rumahnya karena setelah melihat rencana peta Tol
  Cinere-Serpong sepanjang 10,14 km, ternyata salah satu simpang susun akan
  dibangun di titik Jalan Cinangka Raya-Jalan RE Martadinata.

  Dalam benaknya, jika jalan tol rampung dan beroperasi, aksesnya ke
  kantor
  di Jakarta Pusat akan lebih cepat dan mudah. Selain itu, kehadiran tol di
  dekat
  rumahnya diyakini akan meningkatkan nilai jual rumahnya dua-tiga kali lipat.

  Mereka yang bertahun-tahun tinggal di pinggiran Jakarta dan jalan akses
  menuju Jakarta selalu disergap kemacetan pasti sudah lelah dengan kondisi
  ini.

  Kehadiran Jakarta Outer Ring Road (JORR) II atau Jalan Lingkar Luar
  Jakarta II memang sudah ditunggu. Departemen Pekerjaan Umum berencana
  membangun
  proyek JORR II dengan tujuh ruas jalan tol.

  Ruas Cinere-Cimanggis-Jagorawi sepanjang 14,7 km, Depok-Antasari (21,7
  km), Cinere-Serpong (10,14 km), Serpong-Tangerang (11,19 km),
  Tangerang-Bandara
  Soekarno-Hatta (55,73 km), Jagorawi-Cibitung/Tol Jakarta-Cikampek (25,21 km),
  dan Cikarang-Tanjung Priok (34 km). Tol ini akan menyambung menjadi satu
  sehingga memudahkan warga di pinggiran Jakarta untuk bepergian tanpa melintas
  dalam kota Jakarta lagi.

  Dari jadwalnya, proyek JORR II dimulai tahun ini dengan pembebasan
  lahan.
  Pembangunan konstruksi diharapkan selesai tahun 2009. Jadi, tiga tahun lagi
  sejak sekarang, direncanakan jalan lingkar luar Jakarta ini bakal beroperasi.

  Gusur ratusan rumah

  Proyek ini bakal menggusur ratusan rumah di sejumlah kawasan
  permukiman.
  Di Depok misalnya, sebagian rumah di kawasan elite Raffles Hills Cibubur
  pasti
  tergusur untuk pembangunan jalan simpang susun ke Tol Jagorawi dan ke
  Jakarta.

  Para pemilik rumah Raffles Hills resah dengan kabar ini. Ny Rini
  (30) dan
  Cherry (32), pramugari Garuda, warga Blok EE, misalnya, minta pengembang
  merelokasi rumahnya.

  Namun, Wali Kota Depok Nur Mahmudi Isma'il menegaskan pemilik rumah
  yang
  terkena proyek tol diminta merelakan rumah mereka. Ia menjanjikan tak ada
  warga
  yang dirugikan dalam pembayaran ganti untung.

  Ketua RT setempat, Rufus, memperkirakan sedikitnya 80 rumah di Blok EE
  bakal tergusur proyek Tol Cinere-Jagorawi. Bayangkan, jika harga satu rumah
  rata-rata Rp 250 juta-Rp 300 juta, berapa nilai ganti rugi yang harus
  dikeluarkan konsorsium investor swasta.

  Itu baru rumah-rumah di Raffles Hills Cibubur. Belum lagi rumah di
  kompleks Harapan Baru Taman Bunga, Taman Duta, Pelni, lahan kosong di Pesona
  Khayangan (utara) dan di kampus Universitas Indonesia (selatan), serta
  sebagian
  rumah Wismamas Cinere.

  Jalan Tol Cinere-Jagorawi akan memiliki pintu masuk-keluar di Cibubur
  (Raffles Hills), Jalan Raya Bogor, Jalan Margonda Raya, dan simpang susun
  Krukut.

  Jalan Tol Depok-Antasari menghubungkan kawasan Bojonggede (Kabupaten
  Bogor), Sawangan, Krukut, Gandul (Depok), dan Cilandak (Jakarta Selatan). Dua
  jalan tol Depok ini akan bertemu di daerah Krukut di Kecamatan Limo (Depok).

  Jalan Tol Cinere-Jagorawi akan bersambung ke sebelah barat dengan
  wilayah
  Tangerang. Tol Cinere-Serpong sepanjang 10,14 km akan menggusur pula sejumlah
  rumah di Griya Cinere dan Wisma Cakra Indah (Depok), Bukit Pamulang Indah,
  Serua Permai, Bukit Indah, hingga Bukit Nusa Indah (Tangerang). Tol ini punya
  dua simpang susun, Cinangka dan Meruyung.

  Jalan tol ini bersambung ke barat lagi, Serpong-Tangerang (11,19 km),
  melintasi lahan Nusaloka BSD, Graha Bintaro, Regensi Melati Mas, Alam Sutera,
  Pinang, dan Kunciran Mas Permai. Simpang susun dibangun di Jalan
  Bhayangkara/Alam Sutera, Tol BSD-Bintaro, dan Tol Jakarta-Tangerang.

  Proyek JORR II dilanjutkan dari simpang susun di Kunciran ke Bandara
  Soekarno-Hatta Tangerang (55,73 km). Jika tol ini beroperasi, akses ke
  bandara
  akan makin cepat dan mudah karena tak perlu lagi masuk ke dalam kota Jakarta.

  Di sebelah timur, Tol Cinere-Jagorawi akan bersambung dengan Tol
  Jagorawi-Cibitung (Tol Jakarta-Cikampek) sepanjang 25,21 km. Bila tol ini
  beroperasi, akses ke pantura Jawa maupun ke Bandung via Cipularang pun akan
  lebih cepat.

  Di Jakarta, ruas Tol Cikarang-Tanjung Priok (34 km) lebih banyak untuk
  kepentingan industri agar akses ke pelabuhan lebih cepat.

  Revisi RUTR

  Untuk mengantisipasi pembangunan tol dan perkembangan kota, Pemkot
  Depok
  melakukan revisi Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Rinci Tata Ruang
  (RRTR) kota.

  "RRTR dijabarkan lagi ke Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan atau
  Rencana Teknik Ruang Kota, kemudian dipaparkan lebih rinci ke siteplan, yang
  biasanya diberikan ke pengembang. Ini penting karena jadi acuan bagi siapa
  saja
  yang membangun usaha," kata Kepala Dinas Tata Kota dan Bangunan Depok Ir Utuh
  Karang Topanesa, Selasa (1/8).

  Depok yang sebelumnya memiliki enam subpusat pembangunan kota
  (Margonda,
  Cinere, Sawangan, Citayam, Cimanggis, dan Cisalak), bertambah tiga lagi,
  yaitu
  Tapos, Bojongsari, dan Krukut. "Bojongsari diproyeksikan jadi pusat
  perdagangan
  dan jasa, kawasan pendidikan dan subterminal, mengantisipasi Tol
  Depok-Antasari," kata Kepala Bidang Tata Kota, Dinas Tata Kota dan Bangunan
  Depok, Ir D Irwanto.

  Krukut mengantisipasi kehadiran Tol Cinere-Jagorawi. Pertemuan dua tol
  Depok ada di Krukut sehingga di masa depan, kawasan ini memiliki masa depan
  usaha yang baik. "Sementara Tapos mengantisipasi pembangunan Terminal
  Jatijajar," ucapnya.

  Wali Kota Depok Nur Mahmudi Isma'il berharap proses pembebasan lahan
  untuk pembangunan dua jalan tol di wilayahnya berjalan baik.

  "Jika dua jalan tol beroperasi, pertumbuhan ekonomi Kota Depok akan
  berkembang pesat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan asli
  daerah
  dan menyejahterakan warga kota," kata Nur Mahmudi yang akan memimpin Panitia
  Pengadaan Tanah Depok.

  Nilai properti tinggi

  Kehadiran jalan tol di mana pun diyakini akan membawa dampak besar bagi
  dunia properti.

  "Jalan tol mendorong nilai properti menjadi tinggi. Biasanya pengembang
  yang cerdas akan melihat peluang emas ini. Informasi yang disampaikan Kompas
  soal jalan tol akan dicari banyak pihak," kata Ketua Real Estat Indonesia
  (REI)
  Kompartemen Prasarana Kota Ir Dhony Rahajoe.

  Dalam teori properti, lokasi menjadi acuan utama. "Yang hitam akan jadi
  putih, yang putih akan jadi warna-warni," kata Dhony. Ia memberi contoh,
  ketika
  Tol TB Simatupang beroperasi, daerah selatan jadi pilihan. Gedung
  perkantoran,
  apartemen, dan tempat usaha bermunculan.

  Contoh lain, ketika Jalan Tol BSD-Bintaro-Pondok Indah menyambung ke
  Tol
  TB Simatupang, nilai jual rumah di BSD dan Bintaro, bahkan rumah di
  sekitarnya
  melonjak dua hingga tiga kali lipat. "Pertumbuhan ekonomi dan tingkat
  hunian di
  BSD meningkat tajam," ujarnya.

  Namun, ia berharap RUTR kota dan kabupaten dapat menjadi acuan
  pengembang
  sehingga tidak perlu ada penggusuran rumah di kawasan hunian yang sudah jadi
  seperti Raffles Hills.

  Jalan tol boleh saja direncanakan, tetapi yang harus diingat, pemkot
  atau
  pemkab jangan lupa membangun infrastruktur pendukung. Kalau masuk atau keluar
  tol tetap macet, berarti ada yang salah dalam perencanaan.

  Kita tunggu realisasi JORR II ini! Jangan sampai jadi pelesetan
  jalan ora
  rampung-rampung jilid kedua!



   


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke