Ada titipan dari seorang kakak, semoga bermanfaat

salam, 
aris
---------------------------------------
Rekan-rekan,
  Bila setelah membaca tulisan ini anda merasa ada manfaatnya, mohon anda kirim 
ke sahabat, saudara, dan siapapun yang anda kenal.  Harapan saya semoga hal itu 
menjadi Tabungan Epos atau amal kebaikan buat anda dan juga saya. Terima kasih
   
  Salam Epos
   
   
  Jamil Azzaini
  Inspirator; SUkses-Mulia
   
  Berbagi Cinta
  oleh; Jamil Azzaini
   
  Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran anda? Berbagi dana, 
pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau bentuk material lainnya.  
Jawaban itu boleh jadi karena pengaruh ide materilistik yang telah mengglobal.  
Mengukur segala sesuatunya dengan ukuran yang bersifat material dan kasat mata. 
 Pengalaman nyata dari ayah angkat saya mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa 
berbagi tidaklah mesti berbentuk material.  
  Setiap tahun, ayah angkat saya  punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti 
asuhan dan rumah anak yatim.  Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan 
Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan.  Kunjungan pertama adalah survey untuk 
mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim.  Kunjungan kedua membawa 
bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
  Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan 
seorang bocah bernama Nina.  “Nina, apa yang anakku mau sayang” begitu ayah 
saya membuka percakapan.  “Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau 
apa nak?  tambah ayah saya.  “Nggak ah… ntar om marah”  jawab Nina.  “nggak 
sayang, om tidak akan marah” ayah saya menimpali. ”Nggak ah... ntar om marah” 
Nina mengulang jawabannya.
  Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal.  Rasa 
keingintahuan orang tua saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina sambil 
berkata, ”ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang”  ”Tapi janji ya om tidak 
marah” jawab Nina manja. ”Om janji tidak akan marah sayang” tegas ayah saya.   
”Bener om tidak akan marah” sahut Nina agak ragu.  Ayah saya menganggukkan 
kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah
  Nina menatap tajam wajah ayah saya.  Sementara ayah saya berpikir, apa 
gerangan yang diminta oleh Nina. “Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini 
minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah’ pikir ayah saya. 
Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan “ayo nak, katakan, jangan takut, om 
tidak akan marah nak.”
  Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata; ”bener ya om tidak 
marah.”  Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala.  Dengan wajah 
berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya ”om, boleh nggak saya 
memanggil ayah”  Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah saya membendung air 
matanya.  Segera dia peluk Nina dan mengatakan ” tentu anakku.. tentu 
anakku...mulai hari ini Nina boleh memanggil ayah, bukan om”  Sambil memeluk 
erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata ”terima kasih ayah... terima kasih 
ayah...
  Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan 
waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina.  Karena merasa 
belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka sebelum 
pulang, ayah saya berkata kepada Nina ”anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan 
datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?”  ”Khan udah tadi, 
Nina sudah boleh memanggil ayah” sergah Nina.
  ”Nina masih boleh minta lagi sama ayah.  Nina boleh minta sepeda, otoped atau 
yang lain, pasti akan ayah kasih.”  Sambil memegang tangan ayah saya, Nina 
memohon ”nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, saya minta ayah bawa foto 
bareng ayah, ibu dan kakak-kakak, boleh khan ayah?” 
   Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di depan 
Nina.  Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; ”buat apa foto itu nak?”  Tanpa 
ragu Nina menjawab “Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di sekolah, ini 
foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina.”  Ayah saya memeluk Nina 
semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru 
kehidupan di hari itu. 
  Terima kasih Nina, walau usiamu  masih belia kau telah mengajarkan kepada 
kami tentang makna berbagi cinta.  Berbagilah cinta, karena itu lebih bermakna 
dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata.  Berbagilah cinta, maka kehidupan 
anda akan lebih bermakna.  Berbagilah cinta agar orang lain merasakan 
keberadaan anda di dunia. 
   
  Jamil Azzaini adalah Inspirator Sukses-Mulia dan penulis buku  Best Seller 
Kubik Leadership; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup 
   


Bila lidah kelu, tulisan menjadi perlu
Pena lebih tajam dari pedang
Tinta seorang  berilmu lebih mulia dari darah seorang syahid


  pustaka tani 
  nuraulia

 
---------------------------------
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke