Pak,

Mohon penjelasannya bagaimana cara menundukkan kecenderungan syahwat, 
perut, dan fikiran tersebut?

Lalu pertanyaan berikutnya, sudah benarkah syahadat kita? atau 
jangan-jangan kita hanya bersyahadat hanya di bibir saja?


Salam,
Akmal H





"banganut" <[EMAIL PROTECTED]> 
Sent by: media-dakwah@yahoogroups.com
01/18/2007 07:42 AM

To
media-dakwah@yahoogroups.com
cc

Subject
[media-dakwah] Tiga Kecenderungan






Tiga Kecenderungan

Dalam syahadat tauhid, minimal ada tiga kecenderungan yang perlu
ditundukkan ke dalam jiwa setiap orang yang mengaku generasi bertauhid
sehingga benar-benar tunduk kepada Allah

Pertama, syahwat. Kecenderungan syahwat yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah
Kedua, perut. Kecenderungan perut yang tidak sesuai dengan kehendak
Allah
Ketiga, pemikiran. Kecenderungan pemikiran yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah.

Ketiga hal tersebut, bisa kita bayangkan apa jadinya jika sudah menjadi
satu sistem dalam kenegaraan dan hukum. Maka gerakan moralitas
sebagaimana sering kita dengar di masyarakat bahkan terkesan hanya
masyarakat saja yang dituntut. Sampai sejauh mana sanggup menahannya
jika sistem negara dan hukum itu sendiri tidak mendukung secara utuh
bahkan terkesan bersikap mendua.

Kita tidak bahkan seperti masyarakat 'setengah matang' di mana kita
hanya berharap kesadaran individu sambil mencemaskan bagaimana generasi
yang akan datang jika gerakan moralitas hanya berharap di kesadaran
masyarakat belaka.

Tak ada rotan akar pun jadi. Pada tataran kekinian dalam ketidak
berdayaan bisa saja kita bersikap seperti itu. Tapi jika hari ini sama
dengan kemarin bahkan lebih buruk daripada kemarin, tanpa ada satu sikap
gerakan bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin. Dan menatap masa
depan penuh ketenangan tanpa mencemaskan apa yang bakal terjadi dengan
generasi karena sistem sudah terbentuk.

Jika kecenderunag syahwat, perut dan pemikiran sudah tunduk kepada Allah
di dalam setiap jiwa dan generasi bahkan sudah menjadi sistem hukum dan
negara.

Ketidak berdayaan semoga bukan lagi alasan klasik, apalagi ketidak
berdayaan itu sendiri tidak ada daya upaya. Padahal semua menyadari
seringkali kumpulan ketidak berdayaan seringkali menjadi satu kekuatan
yang mampu merubah sistem.

Kita lihat, bagaimana para nabi mengumpulkan ketidak berdayaan menjadi
satu kekuatan yang menggetarkan musuh Allah.
Lalu mengapa kita masih meragu jika Islam mampu menjadi jawaban atas
sistem tersebut ?

wassalam

anut

[Non-text portions of this message have been removed]

 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke