Memasuki bulan Februari, kita menyaksikan banyak media massa, mall-mall,
pusat pusat hiburan bersibuk ria berlomba menarik perhatian para remaja
dengan menggelar acara-acara pesta perayaan yang tak jarang berlangsung
hingga larut malam. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu
Valentine's Day atau biasanya disebut hari kasih sayang. Pada
tanggal 14 Februari itu mereka saling mengucapkan "Selamat hari
Valentine", berkirim kartu, cokelat dan bunga, saling bertukar
pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta.
Sejarah, Asal-Usul dan Latar Belakang

Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang Valentine, tetapi
versi terkenal adalah kisah Pendeta St. Valentine yang hidup di zaman
Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II
menghukum mati St. Valentine karena menentang beberapa perintahnya.
Claudius II melihat St. Valentine mengajak manusia kepada agama Nasrani,
lalu memerintahkan untuk menangkapnya.

Dalam versi kedua, Claudius II melihat bahwa para bujangan lebih tabah
dalam berperang daripada yang telah menikah yang sejak semula menolak
untuk pergi berperang, lalu dia mengeluarkan perintah yang melarang
pernikahan. St. Valentine menentang perintah ini dan terus mengadakan
pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya diketahui
dan dipenjarakan. Di penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga
penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh
cinta kepadanya. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang
bertuliskan "Dari yang tulus cintanya, Valentine." Hal itu
terjadi setelah anak tersebut memeluk agama Nashrani bersama 46
kerabatnya.

Versi ketiga, ketika agama Nasrani tersebar di Eropa, di salah satu desa
terdapat sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta.
Dalam tradisi itu para pemuda desa selalu berkumpul setiap pertengahan
bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan meletakkannya di
dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari
kotak itu dan gadis yang namanya keluar akan menjadi kekasihnya
sepanjang tahun. Ia juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan
"Dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini."
Akibat sulitnya menghilangkan tradisi ini, para pendeta memutuskan
mengganti tulisannya menjadi "Dengan nama Pendeta Valentine"
sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nasrani

Saudaraku, itulah sejarah Valentine's Day yang sebenarnya
(berdasarkan data yang ada -ed), yang seluruhnya tidak lain bersumber
dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada
pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan "kasih sayang", lalu
kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan
hari yang istimewa? Adat, atau hanya ikut-ikutan semata? Bila demikian,
sangat disayangkan banyak remaja Islam yang terkena penyakit mengekor
budaya Barat dan acara ritual agama lain. Bahkan saat ini beredar
kartu-kartu perayaan keagamaan ini dengan gambar anak kecil dengan dua
sayap terbang mengitari gambar hati sambil mengarahkan anak panah ke
arah hati yang sebenarnya itu merupakan lambang tuhan cinta bagi
orang-orang Romawi! Padahal Alloh berfirman, yang artinya"Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta
pertangggungjawabnya." (QS: Al Isro': 36)

Bolehkah Memperingati Hari Valentine?

Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka
tidak disangsikan lagi bahwa ia telah melakukan perbuatan kekafiran.
Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu
kemungkaran yang besar. Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rohimahulloh berkata,
"Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi
mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi
selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan,
"Selamat hari raya!" dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya,
kalaupun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan
perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka
yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya
di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas
perbuatan minum khamer atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti
agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya
perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain
atas perbuatan maksiat, bid'ah atau kekufuran maka ia telah
menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Alloh."
Allohu a'lam bish showab.

Sumber www.mediamuslim.info <http://www.mediamuslim.info/>



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to