"Mereka memperkosaku seperti ini !"
Publikasi: 05 Feb 2007

Artikel ini ditujukan untuk setiap muslim yang masih memiliki darah mengalir di 
nadinya

Nadia adalah salah satu korban tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dia 
ditangkap tanpa alasan. Ketika dia dibebaskan dari penjara, tidak langsung 
kembali ke pangkuan keluarganya sebagaimana kebanyakan tahanan lainnya yang 
telah mengalami hal buruk, meskipun ketika dia telah terbakar oleh api 
penindasan dan kerinduan pada keluarganya.

Nadia kabur dengan segera setelah dia meninggalkan penjara, bukan karena 
perasaan malu yang akan diterimanya karena sejumlah kejahatan yang 
dilakukannya, akan tetapi karena apa yang telah dialami olehnya dan wanita Iraq 
lain yang tertangkap, yaitu pemerkosaan dan penyiksaan yang dilakukan oleh 
tentara Amerika di penjara Abu Ghraib. Dinding penjara mengungkapkan banyak 
cerita tragis, namun apa yang dikisahkan Nadia merupakan kebenaran hidup dan 
sekaligus neraka hidup.

Nadia memulai ceritanya:

"Aku sedang mengunjungi salah seorang kerabatku, kemudian tiba-tiba tentara 
Amerika memasuki rumahnya dan mulai menggeledah rumah itu. Mereka menemukan 
beberapa senjata ringan. Maka merekapun menangkap semua orang yang berada di 
rumah itu termasuk aku. Aku mencoba menjelaskan pada penerjemah yang menyertai 
patroli Amerika bahwa aku hanyalah seorang pengunjung. Akan tetapi pembelaanku 
gagal. Aku kemudian menangis, memohon pada mereka, sampai hilang kesadaran 
karena takut ketika mereka membawaku ke penjara Abu Ghraib.

Nadia melanjutkan: "mereka menempatkanku sendirian di sebuah sel penjara yang 
gelap dan kotor. Aku berharap aku akan segera dibebaskan, utamanya setelah 
penyelidikan terbukti aku tidak melakukan kejahatan".

Nadia menjelaskan sambil air matanya mengalir ke pipinya, sebuah pertanda 
betapa banyak dia telah mengalami penderitaan.

"Hari pertama sangat menyusahkan. Selnya berbau tidak sedap, lembab dan gelap, 
kondisi ini membuatku semakin lama semakin takut. Suara tertawa prajurit di 
luar sel semakin membuatku ketakutan. Aku khawatir akan apa yang menimpaku 
nanti. Untuk pertama kalinya aku merasa berada dalam cengkraman situasi yang 
sulit dan aku telah memasuki sebuah dunia yang tidak dikenal yang aku tidak 
akan pernah keluar darinya.

Ditengah beraneka ragamnya perasaanku saat itu, aku mendengar suara seorang 
tentara wanita Amerika berbicara dalam bahasa Arab. Dia berkata kepadaku: "Aku 
tidak mengira penjual senjata di Iraq adalah wanita." Ketika aku mulai mencoba 
menjelaskan kepadanya kondisi yang sebenarnya, dia memukulku dengan kejam. Aku 
menangis dan berteriak "Demi Allah ! aku dianiaya, demi Allah ! aku dianiya"

Tentara wanita itu menghujaniku dengan cacian dengan cara yang belum pernah aku 
bayangkan bisa terjadi atau aku akan diperlakukan seperti itu dalam keadaan 
apapun selamanya. Kemudian dia mulai menertawakanku sambil mengatakan bahwa dia 
telah memonitorku sepanjang hari dengan satelit, dan bahwa mereka mampu melacak 
musuh-musuh mereka meskipun sedang berada di dalam kamar tidur mereka sendiri 
dengan teknologi Amerika.

Kemudian dia tertawa dan berkata, "Aku mengawasimu ketika kamu bercinta dengan 
suamimu." Aku menjawab dengan suara kebingungan "Tapi aku belum menikah".
Dia memukuliku selama lebih dari 1 jam dan dia memaksaku minum segelas air, 
yang kemudian kuketahui mereka memberi obat di air itu. Aku mendapatkan kembali 
kesadaranku setelah 2 hari dalam keadaan telanjang. Segera aku tahu jika aku 
telah kehilangan sesuatu yang hukum apapun di dunia tidak akan mampu 
mengembalikannya kepadaku lagi. Aku telah diperkosa. Aku kemudian histeris tak 
terkontrol, dan aku mulai memukulkan kepalaku dengan keras ke tembok sampai 
lebih dari lima tentara Amerika yang dikepalai tentara wanita itu memasuki sel 
dan mulai memukuliku, kemudian mereka memperkosaku bergantian sambil 
tertawa-tawa dan menperdengarkan musik dengan keras.

Hari demi hari skenario pemerkosaan terhadapku diulangi. Dan setiap hari mereka 
menemukan cara baru yang lebih kejam dibanding dengan yang sebelum-sebelumnya. "

Nadia mulai menjelaskan perbuatan mengerikan dari Amerika bajingan:

"Setelah sekitar satu bulan, seorang tentara negro memasuki selku dan 
melemparkan 2 potong pakaian militer Amerika kepadaku. Dalam bahasa Arab yang 
lemah dia mengatakan agar aku memakainya. Setelah dia menutup kepalaku dengan 
kantong hitam, dia menuntunku ke toilet umum yang ada pipa untuk air dingin dan 
panas, dan dia memintaku untuk mandi. Kemudian dia menutup pintu dan pergi.

Aku menjadi sangat lelah dan merasakan kesakitan, tanpa mempedulikan banyaknya 
memar di tubuhku aku menuangkang sejumlah air ke badanku. Sebelum aku selesai 
mandi, tentara negro tadi masuk ke dalam. Aku ketakutan dan memukul wajahnya 
dengan mangkok air. Namun dia sangat kuat, dia memperkosaku dengan kejam dan 
meludahi mukaku, kemudian dia pergi dan kembali lagi dengan 2 tentara yang 
membawaku kembali ke sel.

Perlakuan seperti itu terus berlanjut, yang paling parah kadang aku diperkosa 
sampai 10 kali dalam sehari, membuat kesehatanku sangat buruk."

Nadia berlanjut mengungkapkan perbuatan Amerika yang mengerikan terhadap 
wanita-wanita Iraq, dia berkata:

"Setelah lebih dari 4 bulan, seorang tentara wanita datang, dan aku 
menyimpulkan dari percakapannya dengan tentara lainnya jika namanya adalah 
Mary. Dia berkata kepadaku "sekarang kamu memiliki kesempatan emas, karena 
seorang petugas yang memiliki posisi tinggi akan mengunjungi kita hari ini. 
Jika kamu menghadapinya dengan sikap yang positif kamu akan dibebaskan, 
terutama karena kami sekarang yakin kamu tidak bersalah."
Aku menjawab, "Jika kalian yakin aku tidak bersalah, mengapa kalian tidak 
membebaskan aku?"

Dia menjerit dengan gelisah, "Satu-satunya yang menjamin terbebasnya kamu 
adalah sikap positifmu terhadap mereka."

Dia membawaku ke toilet umum, dan dia mengawasiku mandi sambil membawa tongkat 
tebal untuk memukulku jika aku tidak melakukan perintahnya. Kemudian, dia 
memberiku make up, dan memperigatkanku untuk tidak menangis dan merusak make up 
ku. Lalu dia membawaku ke sebuah ruangan kosong yang di situ tidak ada apapun 
kecuali sebuah penutup lantai. Setelah satu jam dia datang dengan ditemani 4 
tentara dengan memegang kamera. Dia melepas bajunya dan mulai menggangguku 
seoalah-olah dia adalah seorang lelaki. Tentara lainnya tertawa dan 
memperdengarkan musik yang ribut, mengambil photoku dalam berbagai pose, dan 
mereka menunjuk-nunjuk wajahku. Yang wanita menyuruhku tersenyum, jika tidak 
dia akan membunuhku. Dia mengambil pistol dari salah satu temannya dan 
menembakkan empat peluru di dekat kepalaku seraya bersumpah bahwa peluru yang 
kelima akan ditembakkan tepat di kepalaku.

Setelah itu, keempat tentara lainnya memperkosaku secara bergantian sampai aku 
kehilangan kesadaranku. Ketika kesadaranku pulih aku menemukan diriku di sel 
dengan bekas-bekas gigitan, kuku dan rokok ada di sekujur tubuhku."

Nadia berhenti bercerita tentang tragedi yang menimpanya untuk menyeka air 
matanya, kemudian dia melanjutkan lagi: "Kemudian suatu hari Mary datang dan 
mengatakan kepadaku bahwa aku kooperatif dan akan dibebaskan setelah aku 
menonton film yang mereka rekam. Aku merasa sakit setelah menonton filmnya, dan 
Mary mengatakan, "Kamu telah diciptakan hanya untuk membuat kami 
bersenang-senang" . Saat itu aku menjadi sangat marah dan aku menyerangnya 
meskipun aku takut akan reaksinya, aku akan membunuhnya kalau saja tentara lain 
tidak turut campur. Ketika para tentara melepaskanku, Mary menghujaniku dengan 
pukulan, kemudian mereka meninggalkanku.
Setelah kejadian itu, tidak ada seorangpun yang menggangguku selama lebih dari 
satu bulan. Aku menghabiskan masa itu dengan beribadah dan berdoa pada Allah 
Ta'ala yang memiliki seluruh kekuatan untuk menolongku.

Mary datang dengan beberapa tentara yang memberiku pakaian yang kukenakan 
ketika mereka menangkapku dan membawaku ke sebuah mobil Amerika. Kemudian 
mereka melemparkanku di sebuah jalan raya setelah memberiku 10.000 dinar Iraq.

Aku pergi ke sebuah rumah yang berdekatan dengan tempat aku dibuang, dan untuk 
mengetahui reaksi keluargaku, aku memilih mengunjungi salah seorang kerabatku 
supaya mereka mengetahui apa yang telah menimpaku ketika menghilang. Aku 
mengetahui bahwa saudaraku telah memasang papan tanda duka untukku selama lebih 
dari 4 bulan, mereka menganggapku sebagai orang yang sudah mati.

Aku memahami jika tikaman malu sudah menungguku. Maka, aku pergi ke Baghdad dan 
menemukan sebuah keluarga yang baik yang menampungku, dan aku bekerja pada 
keluarga ini sebagai pembantu dan guru privat bagi anak-anaknya.

Nadia terheran dalam kesakitan, penyesalan dan kemarahan:

"Siapa yang akan memuaskan dahagaku? Siapa yang akan mengembalikan 
keperawananku? Apa salah keluarga dan familiku? Aku mengandung seorang bayi, 
bahkan akupun tidak tahu siapa ayahnya."

Dan Nadia mengakhiri ceritanya sampai di sini.

Apakah Amerika hanya memperkosa Nadia ataukah mereka memperkosa seluruh pria 
dan wanita di Ummat Islam ? Nadia adalah saya dan anda, istrimu dan juga 
istriku, saudarimu dan juga saudariku, ibumu serta ibuku. Dimanakah para 
pembela kesucian Islam! Dimanakah para pembela Islam!

"Mungkin masih banyak kisah menyesakan dada, bagi kita ummat Islam. Mungkin 
masih ada Nadia-Nadia lain di dalam penjara penuh penjaga babi dan kera 
berbangsa Amerika. Dimanakah kalian, jikalau kalian tidak tersentuh dengan 
cerita saudari kita, marahkah kalian dengan perlakuan manusia-manusia yang 
lebih kotor dari binatang ternajis sekalipun, bahkan mungkin mereka menjadi 
yang paling hina di Dunia dan Akhirat. Bangunlah wahai ummat!! Tidur kalian 
sudah terlalu lelap!!"

Sumber: lahaonline.com


-- 
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by MailScanner, and is
believed to be clean.



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke