Assalaamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh,

Anda semuanya,

Saya hanya berharap semoga umur saya masih ada waktu semua pejabat "terkait" di 
Jawa Barat dan DKI Jaya mau bertindak sesuai yang Anda harapkan dan usulkan. 
Sebab, kalau berlarut2 seperti sekarang ini saya khawatir akan keduluan oleh 
jatuhnya "komet/benda langit" yang diperkirakan oleh para ahli kafir akan 
terjadi tahun 2036 dan akan memusnahkan peradaban manusia di bumi seperti 
halnya dulu dinosaurus musnah dari permukaan bumi. Naudzubillahi min zalik.

Wassalaam,

[EMAIL PROTECTED]





  ----- Original Message ----- 
  From: H. M. Nur Abdurrahman 
  To: Sabili ; wanita-muslimah@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] ; media-dakwah@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL 
PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Saturday, February 24, 2007 6:43 PM
  Subject: [media-dakwah] Seri 767 Atap Bocor vs Fenomena Alam


  BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

  WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
  [Kolom Tetap Harian Fajar]
  767 Atap Bocor vs Fenomena Alam

  Saya pungut dari cyber space tulisan Adhi Rachdian seperti berikut:
  atap rumah kita setiap tahun selalu bocor. kebocoran ini salah satu
  penyebabnya adalah hujan, sementara hujan bukan penyebab satu2nya karena ada
  penyebab lain diantaranya, kita lupa merawat atap tersebut sehingga setelah
  aus tidak cepat menggantinya. setelah kita ingat2 ternyata atap bocor ini
  terjadi setiap tahun, apakah ini bisa disebut fenomena? jawabnya adalah
  bisa. tetapi apakah hal tsb "fenomena alam"? tentu "tidak".

  Dalam cerminan yang lebih makro, banjir di jakarta memiliki pola yang sama
  dengan ilustrasi atap bocor, hanya saja lebih kompleks faktor2 yang terlibat
  didalamnya.

  ***

  Uraian Adhi Rachdian di atas itu bertolak dari asumsi Jakarta sebagai sistem
  setengah tertutup. Sistem hanya terbuka untuk input air hujan dan output ke
  laut . Lihat gambar:

  |
  |
  V air hujan
  | ditampung kantong air
  |** v ******** |-------> ke laut
  |__ __________|
  |
  V
  resapan air ke dalam tanah

  Data curah hujan bisa diukur. Debit air ke laut adalah fungsi dari kapasitas
  sungai dibantu kanal. Resapan air ke tanah adalah fungsi perbandingan luas
  antara luas bangunan + pelataran + jalanan, berbanding luas daerah hijau.
  Banyaknya air yang ditampung kantong air adalah fungsi dari kapasitas
  kantong air.

  Baiklah saya kutip dari Seri 765 yang lalu::
  Firman Allah SWT:
  -- ZhHR ALFSD FY ALBR WALBhR BMA KSBT AYD ALNAS LYDzYQHM B'ADh ALDzY 'AMLWA
  L'ALHM YRJ'AWM (S. ALRWM, 30:41), dibaca:
  --zhaharal fasa-du fil barri wal bahri bima- kasabat aidin na-si,
  liyudzi-qahum ba'dhal ladzi- 'amilu-, la'allahum yarji'u-na. (tanda -
  dipanjangkan membacanya), artinya:
  -- Telah muncullah bencana di darat dan di laut akibat ulah tangan-tangan
  manusia, untuk dirasakan kepada mereka (oleh Allah) sebagian yang mereka
  kerjakan, supaya mereka kembali.

  Ayat (30:41) difokuskan pada: bencana di darat, ulah tangan-tangan manusia
  dan supaya mereka kembali. Sudah dibahas bencana di darat dan ulah
  tangan-tangan manusia, yaitu bencana banjir karena ulah membabat hutan di
  hulu dan menanam hutan beton di hilir (baca: Jakarta). Lalu bagaimana dengan
  "supaya mereka kembali". Ada yang bisa dilakukan , tetapi ada pula yang
  sangat sukar dilakukan. Sekian kutipan tersebut.

  Dalam hubungannya dengan potongan ayat: "supaya mereka kembali", maka yang
  bisa diupayakan sekarang dengan asumsi Jakarta sistem setengah tertutup
  hanyalah menambah kapasitas kanal, supaya dapat mengalirkan air yang dahulu
  tertampung oleh kantong-kantong air dan air yang dahulunya dapat meresap
  langsung ke dalam tanah. Atas Jakarta tidak mungkin lagi orang memenuhi
  "supaya mereka kembali". Tidak mungkin lagi ditambah kantong air, sama
  mustahilnya membongkar kembali gedung-gedung, dan pelataran supaya
  perbandingan antara luas tanah yang tertutup dengan luas tanah untuk
  resapan, yaitu 40% berbanding 60%. Yang bisa diupayakan sekarang dengan
  asumsi Jakarta sistem setengah tertutup adalah menambah kapasitas kanal
  seperti disebutkan di atas. .

  Dalam realitas, Jakarta bukan sistem setengah tertutup. Ada banjir kiriman,
  lihat gambar di bawah..

  |
  |
  V air hujan
  banjir kiriman | ditampung kantong air
  ------------> |** v ******** |-------> ke laut
  |__ __________|
  |
  V
  resapan air ke dalam tanah

  Apakah kapasitas kanal mampu diupayakan oleh yang berwajib untuk mengimbangi
  debit banjir kiriman sehingga terjadi mizan (equilibrium), antara input
  (banjir kiriman) dengan output (kapasitas sungai dibantu kanal) ? Itu bukan
  lagi fenomena atap bocor, melainkan fenomena alam bagi Jakarta. Fenomena
  atap bocor sudah pindah ke daerah hulu, yaitu atap bocor disebabkan oleh
  para orang kaya yang hampir semuanya penduduk Jakarta menanam villa-villa
  untuk kesenangan duniawi. Menanam villa-villa yaitu dengan membabat hutan,
  yang kena getahnya adalah seluruh penduduk Jakarta. Inilah yang disentil
  oleh Bidal Melayu lama: Tuah anjing, celaka kuda.

  Alhasil atap bocor itu adalah lebih 1300 villa mewah di puncak tanpa IMB.
  Hulu Ciliwung meningkat 6 kali lipat pengurangan hutan mulai thn 2000.

  Firman Allah:
  -- WATQWA FTNt LA TSHYBN ALDZYN ZHLMWA MNKM KHASHt (S. AL ANFAl 8:25)
  dibaca:
  -- wattaqu- fitnatan la- tushi-bannal ladzi-na zhalamu- mingkum kha-shshah
  (s. Al anfa-l), artinya:
  -- Peliharalah dirimu (waspadalah) dari bencana yang ditimpakan tidak hanya
  khusus atas yang berlaku zalim (aniaya) di antara kamu (saja).

  Nah yang berlaku zalim penyebab atap bocor itu adalah itu para orangkaya
  penduduk Jakarta yang menanam pohon-beton sejumlah lebih 1300 villa mewah di
  puncak tanpa IMB, yang mengakibatkan hulu Ciliwung meningkat 6 kali lipat
  pengurangan hutan mulai thn 2000, karena hutan itu dibabat tanpa ampun.
  Penduduk Jakarta yang TIDAK zalimpun semuanya kena bencana. Jadi dalam hal
  ini wajib hukumnya bagi Pemda Jawa Barat memperbaiki atap di daerah puncak
  itu, yakni membongkar/membabat villa yang lebih 1300 yang tanpa IMB
  tersebut, kemudian bagiannya pranata hukum menuntut pemilik villa-villa itu
  atas dasar kejahatan lingkungan, dan di samping itu kejaksaan selaku kuasa
  hukum yang mewakili Negara menuntut secara perdata para pemilik villa
  tersebut atas kerugian negara akibat ulah mereka itu. Selanjutnya Pemda Jawa
  Barat bikin reboasasi secara intensif. Itulah makna kontekstual "supaya
  mreka kembali", yakni memperbaiki atap bocor di hulu Ciliwung.

  Seperti diketahui Syari'at Islam yang dijabarkan dalam ilmu fiqh, ada empat
  klasifkasi:
  -- Pertama yang 'ubudiyyaat, yakni tata cara beribadah yang ritual.
  -- Kedua yang mu'amalaat, yaitu tentang hubungan antar manusia.
  -- Ketiga yang munakahat, yakni pembinaan keluarga dan
  -- keempat jinayat, yaitu penegakan hukum.
  Jadi menurut Syari'at Islam masalah lingkungan ini masuk dalam bidang
  jinayat. Para penanam hutan beton yang berwujud villa-villa mewah menurut
  Syari'at Islam harus diberlakukan sanksi yang tegas. Alhamdulillah kita
  sudah punya Undang-Undang tentang Lingkungan Hidup.WaLlahu a'lamu bisshawab.

  *** Makassar, 25 Februari 2007
  [H.Muh.Nur Abdurrahman]

  __________________________________________________
  Apakah Anda Yahoo!?
  Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam 
  http://id.mail.yahoo.com 


   

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to