Imam Ali r.a., khalifah terakhir dari al-khulafa' ar-rasyidun, Singa Allah, lambang ilmu pengetahuan, kedermawanan dan kesetiaan, ayah dari cucu-cucu Rasulullah saw., adalah juga dikenal sebagai prajurit yang tak terkalahkan pada masanya. Pada suatu peperangan, beliu telah menangkap seorang tentara dan pisau belati telah diletakkan di leher musuhnya. Tiba-tiba orang kafir, musuhnya tersebut, meludahi wajah beliu. Seketika itu juga Imam Ali berdiri, menarik belatinya, dan berkata kepada orang tersebut, "Membunuhmu adalah kurang bijaksana bagiku. Pergilah!" Orang itu, yang telah menyelamatkan nyawanya sendiri, dengan meludahi wajah Singa Allah yang terpuji, terkejut dan merasa kagum. "Wahai Ali," dia berkata, "Aku sudah tak berdaya, dan kau hampir saja membunuhku. Aku telah menghinamu dan sekarang engkau bebaskan aku. Mengapa?" "Ketika engkau meludahi wajahku," Jawab Imam Ali, "Hal itu menimbulkan kemarahan pribadiku. Jika aku membunuhmu berati itu tidak kulakukan demi Allah, tetpi hanya untuk memenuhi nafsuku. Dan aku menjadi seorang pembunuh. Sekarang engkau bebas untuk pergi." Tentara musuh itu tergerak hatinya. karena ketulusan hati yang ditunjukkan oleh Imam Ali, ia memeluk agama Islam pada saat itu juga. Pada pertempuran yang lain dalam melawan orang-orang kafir, Imam Ali menghadapi prajurit muda yang gagah berani telah bergerak untuk menyerangnya. Hati Imam Ali berseru, "Wahai anak muda, apakah engkau tidak mengetahui siapa aku? Akulah Ali yang tak terkalahkan. Tak seorangpun dapat meloloskan diri dari sabetan pedangku. Pergilah dan selamatkan dirimu!" Pemuda itu tetap mendekatinya dengan pedang terhunus di tangannya. "Mengapa engkau ingin menyerang aku?" Tanya Imam Ali, "Dan mengapa engkau ingin mati?" Pemuda itu menjawab, "Aku mencintai seorang gadis yang berjanji bahwa ia bersedia menjadi miliku bila aku membunuhmu." "Tepai bagaimana kalau engkau yang mati?" Tanya Imam Ali. "Apakah yang lebih baik daripada mati demi seorang yang kita cintai?" Jawabnya, "Setidaknya, tidakkah aku diringankan dari beban penderitaan cinta?" Mendengar jawaban ini, Imam Ali menjatuhkan pedangnya, menanggalkan topi bajanya, dan merentangkan lehernya seperti seekor domba korban. Dihadapkan pada reaksi seperti itu, cinta dalam hati pemuda itu beralih kepada Imam Ali dan kepada satu-satunya yang dicintai Imam Ali, yakni Alahh SWT. http://groups.yahoo.com//group/Santriwati_Jambi/join
--------------------------------- Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! [Non-text portions of this message have been removed]