Gelitik :Duit Korupsi Dianggap Rezeki
oleh: Fuad Rumi
02 Mar 2007)

      Sinetron Kiamat Sudah Dekat, yang disenangi presiden kita, SBY, punya
lagu yang cukup menarik, menggelitik dan mengena. Salah-satu kalimatnya jadi
judul tulisan ini.

      Dunia kalau sudah tua, banyak tanda-tanda mulai terbaca, semua serba
terbalik, begitu lagu itu dimulai. Lalu lanjutnya, aduh zaman kok jadi kayak
gini, sibuk berebut bukan saling memberi, hasil mencuri dibilang prestasi,
duit korupsi dianggap rezeki.

      Bagus sekali, lagu itu seharusnya menggelitik nurani kita. Sekarang,
nilai memang tampak terbalik-balik. Yang benar disalahkan orang, yang salah
dianggap benar dan banyak penganut dan pengamalnya.

      Mari kita cuplik saja, satu baris kalimat lagu itu, "duit korupsi
dianggap rezeki". Memangnya rezeki itu apa sih ? apakah segala sesuatu yang
diperoleh, yang dianggap menyenangkan hati adalah rezeki ? apakah setiap
rupiah yang didapat, walaupun dari hasil korupsi, adalah rezeki.

      Padahal kalau kita dapat rezeki, kita dianjurkan bersyukur kepada
Tuhan, sebab Dialah yang memberi rezeki. Tuhan itu Ar Razzaq, Yang Maha
Memberi Rezeki. Karena itu, kalau kita dapat rezeki, kita harus mengucapkan
alhamdulillah.

      Lalu saya teringat cerita seorang teman. Konon, ada orang yang
menenggak minuman keras. Setelah dia minum, dia bersendawa. Spontan dari
mulutnya terucap alhamdulillah. Sambil terkekeh teman tadi bilang, itu
alhamdulillahnya salah tempat, menenggak munuman yang diharamkan (dilarang)
Tuhan, lalu mengucapkan syukur kepada Tuhan.

      Belum mau berhenti melucu, sang teman bercerita lagi. Katanya ada yang
lebih serem. Orang yang baru keluar dari kamar prostitusi, sambil
mengipas-ngipas badannya yang berkeringat mengucapkan alhamdulillah
berkali-kali. Yang ini, sama saja, dan bahkan lebih serem dari cerita
pertama tadi. Alhamdulillahnya salah tempat.

      Cerita tentang duit korupsi yang dianggap rezeki, sebenarnya tidak
beda dengan dua cerita di atas. Duit korupsi yang haram, sama saja dengan
minuman haram dan kenikmatan seks haram yang diperoleh dari pelacur. Masa
sih menikmati dosa sambilberucap syukur kepada Tuhan ?

      Jadi, duit korupsi sudah jelas jawabnya, bukan rezeki. Rezeki itu dari
Tuhan, barangnya halal dan diperoleh secara halal. Makanya, nyanyian
Sinetron Kiamat Sudah Dekat, memang tepat sekali melantunkan keheranan,
"aduh zaman kok jadi kayak gini, hasil mencuri dibilang prestasi, duit
korupsi dianggap rezeki".

      Tapi begitulah zaman sekarang ini, selain nilai terbalik-balik, juga
campur aduk. Lalu teman yang bercerita tadi menambah cerita lagi. Katanya,
ada orang ikut pilkada kabupaten, duitnya banyak tapi sebagian besar hasil
korupsi. Lalu duit korupsi digunakan untuk kegiatan kampanye, termasuk
kegiatan zikir, baca doa,  pengajian, menyantuni ini dan itu, sumbang
mesjid, panti asuhan dan sebagainya. Sesudah itu dia menang pilkada, lalu
bikin syukuran lagi, baca doa lagi, dan korupsi lagi he he he.

      Terhadap kenyataan seperti itu, kita tidak bisa bilang apa-apa lagi.
Paling-paling sebagai katarsis, kita ikut menyanyikan lagu Kiamat Sudah
Dekat itu, "inikah tanda kiamat sudah dekat, tapi kenapa orang-orang tak
banyak bertobat", lalu sambung saja dengan lagu Ebit G Ade, "mari kita
bertanya pada rumput yang bergoyang".



__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

Kirim email ke