Mowo Purwito : Disadarkan Sifat Wajib Allah

Untuk sebagian besar umat Islam, terutama mereka yang tinggal di kampung, 20 
sifat wajib Allah merupakan lafal yang sering diucapkan. Apalagi, buat mereka 
yang belajar di madrasah-madrasah maupun di majelis taklim. Bahkan kadang, 20 
sifat wajib Allah ini dibaca dengan irama menarik, untuk mempermudah diingat 
dan dihafal. Lain lagi, buat Mowo Purwito Rahardjo. Bagi pria kelahiran 
Situbondo 28 Oktober 1965 ini, 20 sifat wajib bagi Allah tersebut telah 
membimbingnya menjadi seorang Muslim. ''Saya belajar teologi sudah lama tetapi 
yang saya pakai untuk perbandingan karena saya ingin melihat Islam justru 
pelajaran anak kelas 6 SD yang berbicara tentang 20 sifat wajib Allah kemudian 
ada asma al husna. Saya coba pelajari. Setelah saya dalami sifat wajib Allah, 
di situ saya membaca sifat-sifat Allah dari wujud, qidam, baqa, dan ada sebuah 
pernyataan yang sangat mengganggu pikiran saya bahwa Allah itu bersifat 
mukhalafatu lil hawadisi (berbada dengan makhluknya),'' ungkap
Mowo ketika mengisahkan pengalamannya menjadi seorang Muslim di Jakarta Rabu 
(14/2) malam.

Suami dari Amik S Fatmawati SH ini pun tercengang membaca sifat wajib Allah 
tersebut. 
''Saya tercengang, agak bingung juga dengan pernyataan ini membuat saya 
gelisah. Teryata zat Allah ini zat yang tidak sama setiap makhluk, zat yang 
tidak berfisik, zat yang tidak berjasad, yang sangat dibedakan dengan 
siapapun," ujarnya. Bagi Mowo, ini sangat masuk akal juga karena Allah tidak 
berjasad dan berada di ruang yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu 
mustahil Allah itu masuk ke dalam konsep ruang dan waktu. "Mustahil, Allah itu 
melakukan degradasi nature dari Sang Pencipta menyerupai ciptaannya.''

Kekaguman tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, terus menyentak sanubari ayah 
tiga putra ini. ''Saya juga menjumpai sifat Allah yang lain yaitu Allah 
qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri). Allah itu independen, berdiri sendiri, 
tidak bergantung kepada kita. Jadi untuk menyelamatkan manusia dengan kalamnya 
kun fayakun dengan kehendaknya maka jadilah." Allah itu kekuasaannya tidak 
dibatasi oleh siapapun. Pemikiran ini membawa Mowo pada perenungan mengenai 
konsep Allah dan "proses tiga dalam satu" (trinitas). Dalam agamanya yang lama, 
konsep tentang Tuhan terjawab dalam polemik yang cukup panjang.

Menilik ke belakang, tak mudah bagi Mowo untuk menjadi seorang Muslim. Semua 
bermula sejak tahun 2004, saat ia masih menjadi dosen sosiologi agama, 
fenomenologi agama, dan etika Kristen. Suatu hari, rekannya yang mengajar 
Islamologi (keislaman), meninggal dunia. Mencari dosen dalam waktu singkat 
tidak mudah. Apalagi untuk Islamologi, kendati mengajarkan keislaman, sang 
dosen harus beragama Kristen. "Akhirnya diputuskan secara darurat, sayalah yang 
menggantikan beliau mengajar tentang keislaman.'' Ia bersyukur almarhum 
rekannya itu meningalkan modul dan diktat yang lengkap. Ajaran Islam-Kristen 
dikomparasi secara doktrinal. "Kita tahu bahwa ada beberapa titik-titik krusial 
yang menjadi polemik antara Islam dan Kristen khususnya kalau kita belajar 
tentang teos (Tuhan) dan logos (manusia) serta cosmos (alam semesta). Belum 
lagi kalau bicara kitab suci dan angelos (malaikat)," tambahnya. Tak ingin 
memberi pengertian yang salah pada mahasiswanya, ia mendalami Islam, khususnya 
bagaimana Islam menyoroti Kristen dari sudut ketuhanan. Sampai akhirnya 
menemukan "teori" 20 sifat wajib bagi Allah. September 2006 lalu ia bersyahadat.

Mowo berlatar belakang pendidikan sosiologi. Kandidat Master of Art Religion 
ini dikenal sebagai pengajar teologi di Perguruan Tinggi Nusantara Malang, Jawa 
Timur dan beberapa STT di Malang. "Saya belajar di sekolah keteologian sampai 
mendapat gelar sarjana teologi,'' ungkapnya yang mengaku mestinya 14 Februari 
lalu ia sudah diwisuda sebagai Master of Art Religion. Mowo sendiri tidak 
mempermasalahkan kenapa gelar tersebut belum disandangnya. Bagi dia, hidayah 
Islam yang diterimanya sudah lebih dari segalanya. Menurut dia, masing-masing 
agama punya klaim sendiri-sendiri. "Tapi kenapa saya harus memilih, ini tentang 
sebuah pilihan. Untuk memilih ini perlu perjalanan, perjuangan, perlu sebuah 
perenungan yang cukup dalam yang saya lakukan dari waktu ke waktu,'' tegas pria 
yang pernah menjabat wakil sekretaris DPC Partai Damai Sejahtera (PDS) Malang, 
Jawa Timur ini.

Lelaki ini memang dikenal aktif berorganisasi. Berbagai posisi penting dalam 
organisasi Kristen pernah dijalankannya. Selain pernah dipercaya sebagai 
pengurus DPC Partai Damai Sejahtera, Mowo pun pernah aktif di LSM Kristen 
bernama The Nation Care of Indonesia. Ia menjabat sebagai ketua Departemen 
Pengembangan Spiritualitas periode 2002-2006. Ia juga menjadi pengurus di 
Departemen Pemberdayaan Masyarakat di Gereja Kristen Injil Nusantara yang 
berkedudukan di kota Malang. (republika)

Drs Mowo Purwito R Dip HRD STh
Termpat/Tgl. Lahir : Situbondo, 28-Oktober-1965
Istri: Amik S Fatmawati SH
Anak:
       Dida Nafiri (16 tahun)
       Dinar Naufal (12 tahun)
       Delpbel Oktobrian (8 tahun)
Pendidikan:
- S1 - FISIP Univ Merdeka Malang lulus tahun 1988
- Diploma Human Resources Development, tahun 1993
- Sarjana Theologia (STh) Seminari Alkitab Nusantara Malang
- Kandidat Master of Art Religion (MAR), seharusnya diwisuda bulan Februari 
2007 (drop out karena pindah agama)

Sertifikat
Mendapat sertifikat dari Fuller Housing Minsitry, California, 2006 untuk terjun 
pada pelayanan Christianity Development, di Louisiana, USA, yang seharusnya 
berangkat bersama keluarga bulan Desember 2006 (dibatalkan karena pindah agama)

Pekerjaan Sekarang:
- Ketua Departemen Sumber Daya Manusia Forum Arimatea Jakarta
- Kristolog dan Pemerhati Masalah Sosial Agama


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to