Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh
Semoga Netters Syiar al-Sofwa senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala 

HIJRAH HATI HIJRAH TERAGUNG
Selasa, 23 Januari 07, selengkapnya klik: 
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=412


Di awal bulan Muharram biasanya orang memperbanyak pembahasan seputar hijrah di 
dalam khutbah-khutbah, ceramah-ceramah agama, dan di dalam media massa. Namun 
sayang kadang yang demikian itu hanya menjadi kebiasaan tahunan yang akan terus 
diulang-ulang oleh lisan-lisan tanpa dipahami maknanya dan diambil 
pelajaran-pelajarannya. Dalam tulisan ini insya-Allah akan disampaikan 
sekelumit tentang hijrah, beberapa makna yang terkandung beserta realisasinya, 
semoga bermanfaat. 

Secara bahasa hijrah yaitu seseorang memisahkan dirinya dari orang lain, baik 
dengan badannya atau dengan perkataannya atau juga dengan hatinya. Sedangkan 
menurut istilah syara' hijrah artinya berpindah dari negara-negara kafir atau 
menghindarkan diri dari kejelekan-kejelekan atau menjauhkan diri dari 
perbuatan-perbuatan buruk dan perkara-perkara yang tercela. 

Hijrah merupakan bagian dari agama Nabi Ibrahim'alaihis salam. Sebagaimana yang 
telah difirmankan Allah subhanahu wata'ala tentang perkataan Ibrahim 'alaihis 
salam yang artinya, 
"Dan Ibrahim berkata, "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku dan Dia 
akan memberi petunjuk kepadaku." (Ash-Shofat: 99). Yaitu pindah dari negeri 
kafir menuju negeri iman. 

Nabi Ibrahim 'alaihis salam beserta sebagian anggota keluarganya pindah ke 
negeri Syam yang di sana terdapat negeri-negeri yang disucikan dan di dalamnya 
terdapat Masjid al-Aqsho. Dan sebagian yang lain hijrah ke negeri Hijaz yang di 
sana terdapat tanah haram dan Baitul 'Atiq (Ka'bah). Sebagaimana telah 
difirmankan oleh Allah subhanahu wata'ala tentang Ibrahim 'alaihis salam yang 
berdo'a kepada Tuhannya yang artinya, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah 
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di 
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang di hormati." (Ibrahim: 37) 

Hijrah merupakan bagian dari syariat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 
Beliau memerintahkan para sahabatnya berhijrah ke Habasyah ketika merasakan 
siksaan yang sangat pedih dari orang-orang kafir Makkah. Maka ketika siksaan 
tersebut semakin menjadi-jadi, keluarlah mereka dari Makkah menuju tanah 
Habasyah sebanyak dua kali, pergi membawa agama mereka. Tinggallah Nabi 
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam di Makkah, merasakan siksaan yang sangat 
memilukan. 

Dalam kondisi seperti itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a 
kepada Rabbnya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah subhanahu wata'ala 
yang artinya, "Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan 
keluarkanlah (pula) aku dengan keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari 
sisi Engkau kekuasaan yang menolong." (Al-Isra: 80) 

Maka Allah subhanahu wata'ala mengizinkan beliau hijrah menuju Madinah. Dengan 
diizinkannya beliau untuk berhijrah, maka beliau mengizinkan sahabat-sahabatnya 
hijrah ke sana. 

Maka jadilah hijrah sebagai tanda berjihad di jalan Allah subhanahu wata'ala di 
dalam kitab-Nya yang mulia. Dan jadilah hijrah sebagai syari'at yang tetap 
berlaku sampai datangnya hari Kiamat. Sebagaimana yang telah dikabarkan oleh 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah haditsnya beliau bersabda, 
"Hijrah tidak akan terputus sampai taubat terputus. Dan taubat tidak akan 
terputus sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya". 

Allah subhanahu wata'ala telah memberikan ancaman kepada siapa saja yang mampu 
untuk berhijrah, namun tidak mau berhijrah dalam firman-Nya yang artinya, 
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam keadaan menganiaya 
diri sendiri, (kepada mereka) malaikat berkata, "Dalam keadaan bagaimana kamu 
ini?". Mereka menjawab, "Adalah kami orang-orang tertindas di negeri (Mekkah). 
Para Malaikat berkata, "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat 
berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka jahannam dan jahannam 
itu seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki 
ataupun wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak 
mengetahui jalan (untuk berhijrah). Mereka itu mudah-mudahan Allah 
mama'afkannya. Dan Allah Maha Pema'af lagi Maha pengampun". (QS. Al-An'am: 
97-99) 

Ini adalah ancaman yang sangat berat bagi orang yang meninggalkan hijrah tanpa 
ada alasan. Ayat yang mulia ini bersifat umum bagi siapa saja yang menetap 
(tinggal) di wilayah kaum musyrikin yang tidak memungkinkan baginya untuk 
menegakkan agamanya dan ia mampu untuk pindah dari wilayah tersebut. 

Allah subhanahu wata'ala telah berfirman yang artinya, "Dan barangsiapa yang 
hijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah 
yang luas." (QS. An-Nisa: 100). Yakni tempat yang ia dapat berlindung di 
dalamnya dari gangguan orang-orang kafir dan mendapatkan kelapangan rizki dari 
Allah subhanahu wata'ala sebagai pengganti atas apa yang ia tinggalkan di 
negerinya semula. Sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah subhanahu 
wata'ala dalam firman-Nya yang artinya, "Dan orang-orang yang berhijrah karena 
Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus 
kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar 
kalau mereka mengetahui. Yaitu orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan 
saja mereka bertawakkal." (An-Nahl: 42) 

Di antara jenis-jenis hijrah adalah meninggalkan bentuk-bentuk kemak-siatan 
seperti kufur, syirik, nifak, perbuatan-perbuatan jelek, perkara-perkara hina, 
dan perangai-perangai tercela. Allah subhanahu wata'ala telah berkata kepada 
nabi-Nya yang artinya, "Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah". 
(QS. al-Muddatstsir: 5) 

Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Seorang muslim adalah 
seseorang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. Dan orang yang 
berhijrah ialah seseorang yang meningalkan sesuatu yang dilarang Allah." Yakni 
berupa perbuatan, akhlak, perkataan, makanan, dan minuman yang haram serta 
memandang dan mendengarkan sesuatu yang haram. 

Di antara bentuk hijrah yang lain yaitu menjauh dari para pelaku maksiat, dari 
orang-orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang munafik dan orang-orang 
fasik. Allah subhanahu wata'ala berfirman yang artinya, "Dan bersabarlah 
terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." 
(QS. Al Muzzammil: 10). Yakni tinggalkanlah mereka dengan cara yang tidak 
menimbulkan masalah. 

Dan di antara bentuk hijrah yang paling agung adalah hijrahnya hati menuju 
Allah subhanahu wata'ala dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dalam keadaan 
tersembunyi maupun terang-terangan. Sehingga seorang mu'min tidak 
mengorientasikan perkataan dan perbuatannya kecuali untuk meraih keridhaan 
Allah semata. Tidak mencintai kecuali mencintai Allah subhanahu wata'ala dan 
tidak mencintai kecuali mencintai orang-orang yang di cintai Allah subhanahu 
wata'ala. Begitu pula hijrah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam 
yakni dengan cara mengikutinya, mendahulukan ketaatan kepadanya dan beramal 
dengan apa yang beliau bawa (ajaran Islam). 

Inilah hijrah secara garis besar, yakni hijrah menuju Allah subhanahu wata'ala 
dan Rasul-Nya. Meninggalkan kesyirikan, bid'ah, khurafat, pendapat, dan madzhab 
yang menyelisihi al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 

Maka berbicara tentang hijrah bukan sekedar dengan bercerita, memaparkan 
sejarah atau memperingatinya dengan ritual-ritual keagamaan maupun 
perayaan-perayaan, kemudian dilupakan begitu saja tanpa berbekas dalam jiwa, 
atau berpengaruh dalam tingkah laku. Karena sesungguhnya di antara orang-orang 
yang memperbincangkan tentang hijrah pada acara tahun baru, mereka tidak 
memahami artinya dan tidak memenuhi konsekwensinya. Bahkan sebaliknya, tingkah 
laku dan perbuatan mereka menyelisihinya. Mereka membicarakan tentang hijrah 
Rasul dan Sahabat-sahabatnya serta membicarakan tentang perpindahan mereka dari 
negara-negara kafir menuju negara-negara iman, namun mereka memilih untuk 
tinggal di negara-negara kafir, bepergian ke negara-negara kafir hanya sekedar 
untuk menghabiskan masa liburan, bertamasya atau juga untuk "berbulan madu" 
setelah pernikahan (menurut istilah mereka). 

Mereka memperbincangkan tentang hijrah, namun mereka tidak meninggalkan 
penyembahan mereka terhadap kubur-kubur dan makam-makam. Bahkan sebaliknya, 
mereka menjadikan kuburan-kuburan dan makam-makam itu sebagai sembahan selain 
Allah seperti disembahnya berhala-berhala atau bahkan lebih parah dari itu. 
Mereka membicarakan tentang hijrah, namun mereka tidak meninggalkan 
madzhab-madzhab dan pendapat-pendapat yang menyesatkan. Bahkan sebaliknya 
mereka memposisikan semua itu sebagai bagian dari syari'at Islam. 

Mereka memperbincangkan tentang hijrah, namun mereka tidak meninggalkan 
kemaksiatan-kemaksiatan dan perangai-perangai tercela. Mereka berbicara tentang 
hijrah, namun mereka tidak meninggalkan kebiasaan orang-orang kafir dan 
taklid-taklid mereka. Bahkan sebaliknya mereka meniru dan menyerupai mereka. Di 
manakah makna-makna hijrah dan jenis-jenisnya dari tindak-tanduk mereka? 

Bertakwalah kepada Allah wahai hamba-hamba Allah. Jadikanlah hijrah Rasul dan 
peristiwa-peristiwa lainnya yang terangkai dalam sirah nubuwah (perjalanan 
hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) sebuah kutipan yang kalian 
salin, sebagai pelajaran, dan pedoman dalam kehidupan. Janganlah perbincangan 
kalian tentang hijrah hanya sebatas ucapan-ucapan penghias lisan semata atau 
sebatas tinta di atas lembaran-lembaran kertas. 

Allah subhanahu wata'ala telah berfirman yang artinya, "Dan orang-orang yang 
beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dan orang-orang yang 
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), 
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan 
dan rizki (nikmat) yang mulia." (QS. al-Anfal: 74). 

Sumber: "Hijratul Qulub" karya Syaikh Sholeh Ibn Fauzan Al-Fauzan. (Zainal 
Abidin) 

Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran adalah 
kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan 
menyampaikan Artikel ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya. 
Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin

Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
---------------------------------------------------------------------
YAYASAN AL-SOFWA
Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810 
Jakarta Selatan - Indonesia
Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326. 
e-mail: info @alsofwah.or.id 
website: www.alsofwah.or.id 

Rekening Donasi : Bank Muamalat Indonesia - Cabang Fatmawati No.Rek. 304. 
001.8515 an. SIWAKZ - Yayasan Al-Sofwa (isi berita : Website)
Artikel yang dimuat di situs ini boleh di copy & diperbanyak dengan syarat 
mencantumkan sumber: alsofwah.or.id serta tidak untuk komersil. 
"Bersama Al-Sofwah Menapak Jalan Dakwah Salafusshalih



Yathie 
(Ingati bila Sunyi, Rindui bila Jauh, Fahami bila Keliru, Nasehati bila Lalai 
dan Maafkan bila Terluka. Alangkah Indahnya ukhuwah bila sgalanya karena Allah 
SWT)

 
---------------------------------
Don't pick lemons.
See all the new 2007 cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke