yg perlu dicermati dan dibahas dari artikel ini adalah sesuai
kenyataan masyarakat indonesia saat ini dan menimbulkan dampak buruk,
adalah masalah :

"Popularisasi tasawuf inilah yang bertanggung jawab
melahirkan sufi-sufi palsu (pseudo-sufis) dan menumbuhkan sikap
irrasional di masyarakat. Tidak sedikit dari mereka yang lebih
tertarik pada aspek-aspek mistik supernatural seperti keramat,
kesaktian, dan sebagainya ketimbang pada aspek ritual dan moralnya"

secara tidak langsung thoriqoh2 yg menawarkan ajaran tasawufnya dengan
dalih penyucian jiwa (walaaahh..memang ada orang yg suci??), banyak
menimbulkan kerugian dan kemunduran bagi islam. dan secara langsung
pula, thoriqoh2 dengan jualan tasawufnya yg lengkap mengajari, mistik,
perdukunan, menghayal, perbuatan syrik dengan mendatangi kuburan2
orang sholeh untuk meminta berkah or kesaktian, jelas2 satu ajaran yg
selama ini tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah dengan islamnya. dan
secara langsung juga mengajarkan umat menjadi pribadi2 yg malas dan
tukang menghayal. karana praktek mendatangi kuburan para wali dengan
dalih ziarah, sudah mengajarkan masyarakat sekitar lingkungan makam
untuk menjadi pengemis yg mengharapkan rezeki dari para peziarah
dengan meminta2. hmm..apakah Islam mengjarkan mental2 pengemis spt ini??

praktek2 perdukunan or ramalan dengan dalih bisa melihat mahluk halus
bahkan mampu menangkapnya, ataupun mengetahui nasib seseorang yg akan
datang, itu jelas2 ingin mendahulukan Allah atau jelas2 ada kerjasama
yg melakukannya dgn jin. ajaran tasawuf yg marak saat ini, secara
langsung or secara nda sadar bagi pengikutnya akan menjurus pada
ajaran yg menyekutukan Allah dengan melakukan berbagai aktivitas
kemusyrikan. (dukun, ramal,kesaktian, pelajarin roh, dll)

hmm..aku sependapat dgn pak syamsudin arief..bahwa yg harus
bertanggung jawab atas kemunduran umat muslim saat ini adalah dengan
maraknya thoriqoh2 yg menjual ajaran tasawufnya dan melahirkan para
sufi2 palsu. hingga membuat umat menjadi terlena dengan sesuatu yg
ghaib dan bodoh dengan hayalan2 mimpinya. hingga mengalihkan perhatian
umat untuk melakukan kegiatan yg benar2 riil ke arah kegiatan yg
mengandalkan perasaan dan mimpi2 serta dusta2 dari para ustadznya.

hmm..mungkin aku tidak akan bisa bicara spt ini, kalau aku belum
pernah terjun langsung pada thoriqoh yg menjual tasawuf, dan beberapa
thoriqoh yg menjual barang yg samapun dan aku perhatikan semuanya
mengajarkan perbuatan2 yg menjurus kepada kemusyrikan. sedangkan spt
sabda Rasulullah bahwa Allah akan mengampuni semua dosa umat muslim
selama bukan syirik sifatnya.

mustahil orang yg tidak pernah belajar islam dari dasar dan awal, akan
 sadar dengan ajaran2 tasawuf yg dijual oleh ustd2 di thoriqoh itu
mengandung unsur bid'ah, syirik dan kurafat. jadi hati2lah..

dulu..aku juga belum tahu apa kesalahan mereka, karena secara lahir
mereka bertingkah laku baik sekali, pada saat aku ceritakan kepada
guruku karena aku gabung disana, saat itu meja kerjanya dipukul keras
sekali, dan tidak pernah aku lihat guruku sampai semarah itu. hingga
akhirnya Allah memberi petunjuk dan jernihkan pikiranku, hingga banyak
sekali kesalahan dan kebid'ah an aku temukan di sana.

hmm..apakah islam mengajarkan wanitanya untuk tidak berkerudung? tapi
akan banyak ditemukan dikajian2 tasawuf yg para wanitanya tidak
berkerudung, bahkan dipengajian cukup memakai tang top. (apakah islam
membolehkan hal spt ini?) atau guru tasawuf yg menjadi pecandu rokok
berat (apakah islam membolehkan perbuatan mubajir spt ini?) atau guru
seniornya yg cipika cipiki = cium pipi kiri kanan dgn yg bukan
mahramnya (hmm..apakah islam membolahkan hal spt ini??)
walahhh..banyak sekali kebejatan yg aku temukan di ajaran thoriqoh yg
jualan tasawufnya dan semua keluar dari syariat islam.

aku peringatkan..bagi orang2 yg ingin mengetahui ttg islam yg benar,
bukan kajian thoriqoh dgn tasawufnya yg dijadikan tempat untuk
belajar, atau kalian akan menjadi salah satu penyebab mundurnya islam
dan tanpa sadar mengerjakan perbuatan syirik yg dosanya tidak bisa
diampuni oleh Allah sebelum bertobat.

tasawuf itu tidak perlu dipelajari, tapi otomatis akan timbul dengan
sendirinya pada diri seorang muslim yg sudah menjalankan syariat islam
 yg benar berdasarkan petunjuk Al-qur'an dan Hadist. serta konsekuen
dalam menerima islam secara kaffah.

lhaa..andai perintah wajib spt berjilbab aja nda dilakukan oleh murid2
tasawuf, bagaimana mungkin dia akan menjadi sufi?? lhaa..andai saja
guru tasawuf itu menjadi pecandu rokok dan melakukan perbuatan mubajir
(mubajir itu perbuatan syetan) bagaimana mungkin menjadi sufi apalagi
mengajarkannya?? lhaa..paling dekat yg di dapat nda jauh2 dari
perbuatan syetan yaitu perdukunan, dengan rokoknya toch..? dan dengan
wanita2 cantik berbaju minim yg banyak ditemukan di kelas2 tasawuf.

hehehe..niat mah..pingin jadi sufi, tapi jalankan syariat nda mau.. yg
ada mah..jadi penjahat or dukun doang..? tapi lihat..orang2 yg
menjalankan syariat dengan benar, tanpa belajar tasawufpun..aku bisa
melihat ciri2 sufi di dirinya. hmm..kalau kata bos ku di kantor yg
komentar ttg guruku 

"itu babe nya dek hana, syariat tulen tapi gayanya nyufi banget ya..?"
"lha iyalah..itu juga yg aku lihat didirinya pak..?!" 


salam
hana





--- In media-dakwah@yahoogroups.com, suhana hana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> 
> Kemunduran Sains Umat Islam
> 
> Republika Online, Jumat, 23 Maret 2007
> 
> 
> Syamsuddin Arif
> 
> Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought
> and Civilizations (INSISTS) Jakarta
> 
> Pekan depan Pameran Kegemilangan Sains dalam Tamadun
> Islam yang digelar di Kuala Lumpur akan berakhir.
> Seperti diberitakan harian ini (10/01/07), pameran
> yang diselenggarakan oleh Kementerian Sains,
> Teknologi, dan Inovasi bekerja sama dengan Institute
> for the History of Arabic-Islamic Science Johann
> Wolfgang Goethe University Frankfurt itu bertujuan
> membangkitkan kembali semangat dan kesadaran generasi
> muda akan pentingnya mempelajari dan menguasai sains
> dan teknologi.
> 
> Lebih dari seratus artefak dan manuskrip dalam
> pelbagai bidang ditampilkan menawan, sekaligus
> mengundang pertanyaan, bagaimana umat Islam berhasil
> mencapai kejayaan itu? Yang lebih mengherankan lagi,
> mengapa semua itu kemudian lenyap?
> 
> Sains di dunia Islam
> Awal kemunculan dan perkembangan sains di dunia Islam
> tidak dapat dipisahkan dari sejarah ekspansi Islam itu
> sendiri. Dalam tempo sekitar 25 tahun setelah wafatnya
> Nabi Muhammad saw (632 M), kaum Muslim telah
> menaklukkan seluruh jazirah Arab. Ekspansi dakwah yang
> diistilahkan 'pembukaan negeri-negeri' itu berlangsung
> pesat.
> 
> Pelebaran sayap dakwah Islam ini tentu bukan tanpa
> konsekuensi. Seiring dengan terjadinya konversi massal
> dari agama asal atau kepercayaan lokal ke dalam Islam,
> terjadi pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan
> peradaban setempat. Proses interaksi yang berlangsung
> alami namun intensif ini tidak lain adalah gerakan
> islamisasi. Unsur-unsur dan nilai-nilai masyarakat
> lokal ditampung, ditampih, dan disaring dulu sebelum
> kemudian diserap. Dalam proses interaksi tersebut,
> kaum Muslim pun terdorong untuk mempelajari dan
> memahami tradisi intelektual negeri-negeri yang
> ditaklukkannya.
> 
> Melihat prestasi gemilang itu, wajarlah jika kemudian
> muncul pertanyaan bagaimana semua itu dapat terjadi?
> Jika dikaji dan ditelusuri dengan teliti,
> faktor-faktor yang telah memungkinkan dan mendorong
> kemajuan sains di dunia Islam saat itu ada lima.
> Pertama, berkat kesungguhan dalam mengimani
> mempraktikkan ajaran Islam sebagaimana tertuang dalam
> Alquran dan Sunah itu lahirlah individu-individu
> unggul. Kedua, adanya motivasi agama. Ketiga adalah
> faktor sosial politik. Keempat adalah faktor ekonomi.
> Faktor keempat, yang tak kalah pentingnya adalah
> dukungan dan perlindungan penguasa saat itu.
> 
> Pemicu Kemunduran
> Lantas mengapa perjalanan sains di dunia Islam
> seolah-olah mendadak berhenti? Menjawab pertanyaan ini
> tidaklah sesederhana melontarkannya. Secara umum,
> faktor-faktor penyebab kematian sains di dunia Islam
> dapat dikelompokkan menjadi dua, internal dan
> eksternal.
> 
> Menurut Profesor Sabra (Harvard) dan David King
> (Frankfurt), kemunduran itu dikarenakan pada masa
> berikutnya, kegiatan saintifik lebih diarahkan untuk
> memenuhi kebutuhan praktis agama. Aritmatika
> dipelajari karena penting untuk menghitung pembagian
> harta warisan. Astronomi dan geometri (atau lebih
> tepatnya trigonometri) diajarkan terutama untuk
> membantu para muwaqqit menentukan arah kiblat dan
> menetapkan jadwal shalat. Penjelasan semacam ini tidak
> terlalu tepat, sebab asas manfaat ini acapkali justru
> berperan sebaliknya, menjadi faktor pemicu
> perkembangan dan kemajuan sains.
> 
> Jawaban lain menyatakan bahwa oposisi kaum
> konservatif, krisis ekonomi dan politik, serta
> keterasingan dan keterpinggiran sebagai tiga faktor
> utama penyebab kematian sains di dunia Islam. Ini
> pendapat David Lindberg (1992). Menurut dia, sains dan
> saintis pada masa itu seringkali ditentang dan
> disudutkan. Ia menunjuk kasus pembakaran buku-buku
> sains dan filsafat yang terjadi antara lain di
> Cordoba. Krisis ekonomi dan kekacauan politik amat
> berpengaruh terhadap perkembangan sains.
> 
> Selain itu, beberapa faktor internal seperti kelemahan
> metodologi, kurangnya matematisasi, langkanya
> imajinasi teoritis, dan jarangnya eksperimentasi, juga
> dianggap sebagai penyebab stagnasi sains di dunia
> Islam. Pendapat ini disanggah oleh Toby Huff. Menurut
> dia, mengapa di dunia Islam yang terjadi justru
> kejumudan dan bukan revolusi sains lebih disebabkan
> oleh masalah sosial budaya ketimbang oleh hal-hal
> tersebut. Buktinya, Copernicus pun didapati
> menggunakan model dan instrumen yang didesain oleh At
> Tusi. Tradisi saintifik Islam, tegas Huff, juga
> terbukti cukup kaya dengan pelbagai teknik eksperimen
> dalam bidang astronomi, optik maupun kedokteran.
> 
> Ada juga klaim yang menghubungkan kemunduran sains
> dengan sufisme. Memang benar, seiring dengan kemajuan
> peradaban Islam saat itu, muncul berbagai gerakan
> moral spiritual yang dipelopori oleh kaum sufi.
> Intinya, adalah penyucian jiwa dan pembinaan diri
> secara lebih intensif dan terencana. Pada
> perkembangannya, gerakan-gerakan tersebut kemudian
> mengkristal jadi tarekat-tarekat dengan pengikut yang
> kebanyakannya orang awam.
> 
> Popularisasi tasawuf inilah yang bertanggung jawab
> melahirkan sufi-sufi palsu (pseudo-sufis) dan
> menumbuhkan sikap irrasional di masyarakat. Tidak
> sedikit dari mereka yang lebih tertarik pada
> aspek-aspek mistik supernatural seperti keramat,
> kesaktian, dan sebagainya ketimbang pada aspek ritual
> dan moralnya. Obsesi untuk memperoleh kesaktian dan
> kegandrungan pada hal-hal tersebut pada gilirannya
> menyuburkan berbagai bentuk bid'ah, takhayyul dan
> khurafat. Akibatnya yang berkembang bukan sains,
> tetapi ilmu sihir, pedukunan dan aneka pseudo-sains
> seperti astrologi, primbon, dan perjimatan.
> 
> Memasuki era modern, sikap kaum Muslim terhadap sains
> terpecah menjadi tiga. Ada yang anti dan menolak
> mentah-mentah, ada yang menelan bulat-bulat tanpa
> curiga sedikitpun, dan ada yang menerima dengan penuh
> kewaspadaan. Sikap yang pertama maupun yang kedua
> kurang tepat karena sama-sama ekstrem. Sikap yang
> paling bijak adalah bersikap adil, pandai menghargai
> sesuatu dan meletakkannya pada tempatnya. Dari uraian
> ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ataupun
> kemunduran sains dipengaruhi oleh dan tergantung pada
> banyak faktor internal maupun eksternal. 
> 
> 
>  
>
____________________________________________________________________________________
> Expecting? Get great news right away with email Auto-Check. 
> Try the Yahoo! Mail Beta.
> http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/newmail_tools.html
>


Kirim email ke