Anak Cermin Orang Tuanya 
 
 
  Suatu hari, seseorang menghadap Khalifah Umar bin Khattab 
  dengan membawa anak lelakinya. Ia mengadukan betapa durhaka 
  dan kurang ajar anaknya. Khalifah mendengar dengan seksama 
  pengaduan orang tua itu. Umar mengingatkan beberapa hak anak, 
  seperti, memilihkan ibu si anak dari golongan baik-baik, memberi 
  nama yang baik, memberi nafkah sepantasnya, mendidik dengan 
  akhlak yang baik, dan mengajari ilmu untuk bekal hidupnya.
   
  Seketika itu juga si anak menyahut uraian Umar. ''Tak satu pun dari 
  hak-hak itu yang diberikan. Ibu saya itu tidak jelas asal-usulnya dan 
  berperangai sangat buruk. Dari kecil saya dipaksa mencari nafkah dengan 
  menggembala ternak, dan saban hari diberi contoh akhlak yang buruk, 
  dengan pertengkaran yang tiada henti, perkataan yang kotor, dan tindak 
  kekerasan.''
   
  ''Jangankan diajari ilmu, yang ada hanya dampratan dan perlakuan kasar. 
  Dalam hatiku hanya ada dendam dan menunggu saat bisa membalasnya,'' 
  kata si anak. ''Apa benar demikian,'' tanya Umar dengan wajah marah. 
  ''Jika demikian, sungguh engkau telah merusak anakmu dengan tanganmu 
  sendiri. Engkaulah yang pantas mendapat hukuman atas kesalahan ini,'' 
  tegasnya.
   
  Maraknya remaja tersangkut tindak kriminalitas, seperti tawuran, miras, 
  pembunuhan, narkoba, pergaulan bebas, tidak punya sopan santun, durhaka 
  kepada orang tua, boleh jadi karena didikan orang tuanya sejak kecil 
demikian. 
  Anak merupakan cermin orang tua. Bagaimana orang tua berperilaku, 
  demikian pula anak meniru. Bila setiap hari mendapat caci maki, maka 
  si anak akan belajar serupa terhadap orang lain. Demikian pula sebaliknya. 
  ''Berbuat baiklah kamu terhadap ibu dan bapakmu, niscaya anak-anakmu 
  akan berbuat baik terhadapmu.'' (HR Thabrani). 
   
  Seorang pegawai menemui Umar. Ia kaget dan memperlihatkan keheranannya 
  mendapati Khalifah sedang berbaring dengan beberapa anak kecil asyik 
  bermain-main di sekitarnya. Umar bertanya, ''Jadi, bagaimana keadaanmu 
  dengan keluargamu?'' Ia menjawab, ''Begitu melihatku, keluargaku yang 
  berbicara langsung diam.''
   
  Umar berkata, ''Kalau begitu, kamu turun saja dari jabatanmu. Soalnya 
  kalau terhadap keluarga dan anakmu saja kamu tidak bisa berlaku lembut, 
  bagaimana kamu bisa berlaku lembut terhadap umat Rasulullah SAW?'' 
  Lumrah, Umar memutuskan memberhentikan jabatan orang itu ketika 
  didapati ia tak menyayangi keluarganya. Amanah kecil saja ia lalai, 
  apalagi mengurusi urusan yang lebih besar. Allah SWT akan memberi 
  balasan bagi orang tua yang bersabar menahan penderitaan dan bersusah 
  payah mendidik putra-putrinya.
   
  ''Barang siapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus 
  anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya 
  akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.'' (HR. Bukhari-Muslim)
   
  (Aris Solikhah ) 
   
   
  
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=231555&kat_id=14&kat_id1=&kat_id2=
  
 
---------------------------------
 Get your own web address.
 Have a HUGE year through Yahoo! Small Business.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke