Setitik Debu  20 Apr 07 09:34 WIB
  Oleh Astarina Laya
   
   
  Seminggu yang lalu, benar-benar berbeda. Runtutan kejadian 
  hari demi hari saat itu, membuat mata hati saya terbuka lebar. 
  Dengannya saya bisa memaknai anugerah yang Tuhan berikan 
  pada kehidupan saya. Kamis kemarin, saya kehilangan makhluk 
  mungil penghuni rahim saya. Makhluk mungil itu tidak bisa 
  berkembang dengan sempurna, dan akhirnya seleksi alam itu terjadi. 
  Dia harus dikeluarkan dari tubuh saya.
   
  Bertahun-tahun saya nantikan kehadirannya. Berbagai macam usaha 
  dilakukan, beruntai doa dipanjatkan, untuk menghadirkan makhluk 
  mungil itu. Kondisi saya memang berbeda dengan perempuan-perempuan 
  yang bisa dengan mudah mendapatkan makhluk mungil itu dalam 
  rahimnya. Yang bahkan, tidak sedikit pula yang berusaha menghalangi 
  kehadiran sang makhluk mungil tersebut tanpa alasan yang jelas.
   
  Ah, makhluk mungilku... Dia hadir tiba-tiba, dan gugur dengan tiba-tiba.
  Tentu saja, saya tidak mau tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut. 
  Kehilangan yang saya alami tidak ada bandingannya dengan lautan nikmat 
  yang tak terhitung, yang masih saya miliki dengan kondisi yang sempurna.
   
  Saya teringat dengan teman-teman sekamar di rumah sakit. Di antara 
  mereka ada yang menderita kanker dan harus tinggal di rumah sakit 
  untuk menjalani terapi pengobatan. Yang lainnya menderita satu penyakit, 
  yang membuat badannya harus ditempeli selang, dan selang itu berpusat 
  di satu alat yang akan memonitor kondisi tubuhnya terus menerus sepanjang 
  waktu. Satu orang lagi menderita gangguan di pencernaan, sehingga 
  tidak sembarang makanan bisa masuk ke dalam tubuhnya.
   
  Mereka semua, suka tidak suka, harus tinggal di rumah sakit dalam 
  waktu yang mereka sendiri pun tidak tahu. Beberapa di antara mereka 
  berusaha tegar dan optimis, namun tidak sedikit pula yang yang menderita 
  tekanan batin, karena tidak bisa menjalani kehidupan normal seperti semula.
   
  Dan saya? Ah, saya masih mempunyai mata yang bisa saya pakai untuk 
  melihat wajah orang-orang terkasih. Saya masih punya telinga yang bisa 
  digunakan untuk mendengar suara-suara di sekitar saya. Saya masih punya
  mulut yang mampu merasai beraneka macam makanan dan minuman. 
  Saya masih mempunyai tubuh dengan organ-organ yang lengkap dan 
  berfungsi dengan begitu sempurna.
   
  Saya masih mempunyai keluarga yang utuh dan saudara-saudara 
  di sekeliling saya yang selalu mendampingi dan mensupport saya 
  lahir dan batin.
   
  Dan saya masih mempunyai Tuhan Yang Maha Pemurah dan 
  Maha Pengasih yang menaburkan berbagai kenikmatan kepada 
  saya tanpa henti. Ya, saya masih diberi kesempatan menikmati dan 
  menjalani kehidupan dengan sempurna.
   
  Kehilangan yang saya rasakan, sungguh tidak berarti. Ia hanya seperti 
  setitik debu yang hilang terbang dibawa angin, di antara lautan padang 
  pasir yang tak terhitung jumlahnya.
   
  Terima kasih Tuhan, dengan kejadian kehilangan ini, sungguh 
  benar-benar membuka mata saya akan karunia-Mu yang tak terhingga. 
  Semoga saya mampu menjadi manusia yang senantiasa bersyukur, 
  tanpa harus menunggu peristiwa kehilangan.....
   
  http://www.eramuslim.com/atk/oim/7327075246-setitik-debu.htm
  
       
---------------------------------
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke