4 Kunci Rumah Tangga Harmonis    
  Oleh: Tim dakwatuna.com
   
   
  Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter yang 
  membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah 
  yang membuat warna apa pun bisa cocok menjadi rangkaian yang 
  indah dan serasi.
   
  Warna hitam, misalnya, kalau berdiri sendiri akan menimbulkan 
  kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam 
  secara berdiri sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, 
  akan memberikan corak tersendiri yang bisa menghilangkan 
  kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam-putih jika ditata 
  secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah, dan hangat.
   
  Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga 
  merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, 
  wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satu pun manusia di dunia 
  ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. 
  Pasti ada kelebihan dan kekurangan.
   
  Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang 
  indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. 
  Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu 
  yang indah.
   
  Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. 
  Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi. 
  Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan 
  dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di antar mereka.
   
  Ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan 
  keharmonisan rumah tangga.keempatnya adalah:
   
  1. Jangan melihat ke belakang
   
  Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. 
  “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?” 
  Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.
   
  Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. 
  Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah 
  sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, 
  tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
   
  Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah 
kita. 
  Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na’udzubillah, 
  membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu 
  setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
   
  2. Berpikir objektif
   
  Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. 
  Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah 
  melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah 
  tangga tidak secara utuh.
   
  Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika 
  dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah 
  pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
   
  Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi 
  emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak 
  becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, 
  reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, 
  materialistis, dan kurang pengertian.
   
  Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati 
  dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup 
  kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus 
  melatih kemandirian anak-anak.
   
  3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
   
  Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. 
  Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. 
  Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan 
  sudut pandangnya.
   
  Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak kekurangan. 
  Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah uniknya berumah 
  tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang tidak saling 
  cinta bisa punya anak lebih dari satu.
   
  Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan 
kita. 
  Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah 
  merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi Allah. 
  Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan 
  pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. 
  Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.
   
  4. Sertakan sakralitas berumah tangga
   
  Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga 
  adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau 
  menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. 
  Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
   
  Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah
  itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik sangka 
  kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada 
  kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
   
  Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, 
  dengan taqarrub pada Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan. 
  Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah! 
   
   
  
http://www.dakwatuna.com/index.php/baitul-muslim/2007/4-kunci-rumah-tangga-harmonis/
   
  
       
---------------------------------
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke