PENGANTAR
 

SALAF artinya pendahulu (alHadits). Dalam alquran (qs. atTaubah:100) untuk 
menunjuk para pendahulu tidak dengan kata SALAF, tetapi dengan kalimat: 
WASSAABIQUUNAL AWWALLUUN, yang artinya orang-orang TERDAHULU.

 

SALAFUSHOLEH artinya PENDAHULU YANG SHOLEH; bila dikaitkan dengan (qs. 
atTaubah:100) maka yang dimaksud adalah PARA SAHABAT Nabi Muhammad s.a.w., 
BUKAN ABU JAHAL atau para penentang Rasulullah lainnya saat itu.

SALAFIYAH artinya PENISBATAN seseorang kepada SALAFUSHOLEH. Atas PENISBATAN 
tersebut maka dijuluki: SALAFI

 

Catatan:

Inilah dalil-dalil bahwa yang mengaku umat Muhammad s.a.w. WAJIB menisbatkan 
diri ke KAUM SALAF (bersalafiyah / menjadi SALAFI), didalam beragama (misal: 
pengambilan dalil serta pemahamannya). 

Tidak disebut MENISBATKAN ke kaum salaf (tidak disebut Salafi) jika dalam 
beragama menyelisihi KAUM SALAF.

 

FIRMAN ALLAH:

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama diantara orang-orang 
Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah 
ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi 
mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal 
didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (qs. atTaubah:100)

 

HADITS:

 "WAJIB bagi kalian memegang teguh sunnah (jalan hidup)ku dan sunnah para 
KHALIFAH TERBIMBING lagi lurus sesudahku, GIGITlah dia dengan gigi-ggi 
geraham." (HR. Abu Dawud).

 

 

BERIKUT PERNYATAAN PARA ULAMA:

 

Ibnu Taimiyah berkata: "Ketahuilah bahwa diantara penduduk Makkah yang PALING 
paham tentang TAFSIR alQur'an ialah SAHABAT Ibnu Abbas, seperti: Mujahid, Atha 
Ibnu Abi Rabbah, Ikrimah, Sa'id Ibnu Jabir, Thawus, dll.

Ibnu Taimiyah selalu mengembalikan semua perkataan kepada dasarnya dan hanya 
mengikuti dalil dari alQuran, asSunnah dan perkataan ULAMA SALAFUSHOLIH  
(sahabat Muhammad s.a.w.), seperti SEMBOYAN Ibnu Taimiyah yaitu: AKU HANYALAH 
SEORANG PENGIKUT BUKAN PEMBUAT HAL YANG BARU." 

 

Imam Malik berkata: "Paparkan (koreksilah) perkataanku dihadapan Kitab Allah 
dan Sunnah Rasulullah."

 

Imam Asy Syafi'I berkata: "Bila hadits shohih (bertentangan dengan 
perkataanku), maka lemparkanlah saja perkataanku ke tempok."

Imam Ahmad juga berkata: "Jangan kamu gantungkan agamamu pada (pendapat) 
seseorang (yang  ternyata bertentangan dengan alQur'an dan hadits).

 

--------------------------------------------------------------------------------

Begitu banyak yang menjadi PR-nya para ulama salafi, yaitu: harus mendakwahkan 
ilmu Allah; menghadapi orang musrik, kafir, munafik, syubat-syubat; dan yang 
dari dalam adalah pemahaman-pemahaman agama yang menyimpang.- semoga Allah 
merahmati beliau-beliau.

--------------------------------------------------------------------------------

Artikel ini telah kuringkas, tetapi kuusahakan tidak mengurangi maksud!

 

Judul: KERANCUAN PARA AKTIVIS HARAKAH

Ditulis Oleh: Abdurrahman Thayyib Lc

 

 

KERANCUAN PARA AKTIVIS HARAKAH

 

Beberapa kali dilontarkan kepada kami sebuah syubhat (kerancuan) dari para 
aktivis harokah yang selalu MENGEMBAR-NGEMBORKAN jihad dengan senjata melawan 
Amerika dan sekutu-sekutunya serta untuk MEMBERONTAK PEMERINTAH. Syubhat yang 
MEREKA KIRA sebuah dalil qoth'i yang setara dengan Al-Qur'an dan sunnah, bahkan 
mungkin lebih dari itu. 

Mereka kumandangkan syubhat itu untuk menguatkan ambisi mereka mengajak umat 
berbondong-bondong keluar berjihad dengan senjata mengikuti pemimpin-peminpin 
gerakan bawah tanah mereka, tanpa mau menoleh lagi kepada PARA ULAMA YANG DARAH 
DAN DAGINGNYA BERSATU DENGAN ILMU AGAMA INI. Bahkan mereka tidak segan-segan 
lagi menuding para ulama robbaniyyin sebagai antek-antek yahudi dan menuduh 
para pembawa bendera syariat, pewaris para nabi sebagai pengembos jihad.

 

"Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak 
mengatakan (sesuatu) kecuali dusta." (QS. Al-Kahfi : 5).

 

Syubhat yang selalu mereka bawa adalah ucapan dari ULAMA SALAF tetapi  MEREKA 
TIDAK MEMAHAMINYA dengan benar.. 

Memang begitulah adat dan kebiasaan ahli bid'ah dan kelompok-kelompok sesat, 
mereka mengambil dalil yang sekiranya (secara sepintas) bisa melegalkan 
kesesatan mereka, tapi meninggalkan dalil-dalil yang lebih jelas dari matahari 
di siang bolong.

Simaklah kerancuan mereka dan jawaban kami berikut ini dengan mata dan hati 
yang terbuka ! Semoga Allah menguatkan yang hak dan membasmi yang batil.

 

 

-SYUBHAT HAROKAH : 

 

Kita harus kembali kepada para mujahid yang turun dimedan perang dalam 
permasalahan agama bukan kepada para ulama YANG HANYA BISA BERFATWA di 
masjid-masjid, karena ulama salaf seperti Abdullah bin Mubarok, Ahmad bin 
Hambal dan Sufyan bin Uyainah pernah berkata : 

 

"Apabila engkau melihat manusia sudah berselisih maka kembalilah engkau kepada 
para mujahidin dan ahli tsughur, karena kebenaran ada bersama mereka. Allah ta 
ala berfirman yang artinya " Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari 
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan 
Kami." (QS. Al-Ankabut : 69)

 

(Lihat "Majmu' fatawa" oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 28/442 dan tafsir 
Al-Qurthubi 13/325 tentang ayat diatas).

 

 

- JAWABAN ATAS KERANCUAN HAROKAH diatas : 

 

Secara sepintas orang yang membaca dan mendengar syubhat mereka ini akan takjub 
dan mengacungkan jempol. Tapi marilah kita cermati bersama apa maksud ucapan 
ulama salaf tersebut. Apakah yang dimaksud dengan mujahidin dan ahli tsughur ? 
dan bagaimana penafsiran para mufassirin tentang ayat diatas ? apakah sesuai 
dengan yang mereka inginkan ? 

 

iNILAH  jAWABANNYA :

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika membawakan ucapan Abdullah bin Mubarok dan 
Imam Ahmad serta Sufyan bin Uyainah tersebut, dalam rangka pembahasan masalah 
tawakkal dan sabar yang amat dibutuhkan oleh setiap orang, terutama bagi yang 
ingin berjihad (mengangkat senjata). Kedua hal tersebut termasuk dalam bagian 
jihadnya seorang hamba terhadap hawa nafsunya.(1) 

 

Simak ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah selengkapnya berikut:

 

"Allah ta'ala berfirman : 

"Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah 
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. dan bertawakkallah kepada Allah. Dan 
cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS.Al-Ahzab : 2-3) 

 

Allah memerintahkan untuk mengikuti apa yang telah diwahyukan-Nya dari 
Al-Qur'an maupun sunnah dan agar bertawakkal kepada-Nya. Yang pertama berkaitan 
dengan "hanya kepada Engkaulah kami beribadah" dan yang kedua berkaitan dengan 
"hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan".

 

Allah berfirman : 

"Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti 
Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya 
pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) 
orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal." (QS. 
An-Nahl : 41-42)

 

dan "Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan 
bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada 
siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah 
bagi orang-orang yang bertakwa"." (QS. Al-A'raaf : 128)

 

Oleh karena itulah, kesabaran dan keyakinan yang merupakan dasar tawakkal 
mengharuskan terciptanya kepemimpinan dalam agama, sebagaimana yang Allah 
jelaskan dalam firman-Nya : 

 

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk 
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat 
Kami. " (QS. As-Sajdah : 24)

 

Dan oleh karenanya, jihad menghasilkan hidayah yang meliputi segala pintu ilmu, 
seperti yang telah Allah firmankan :

 

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan 
Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut : 69). 

 

Karenanyalah, berkata dua orang imam Abdullah bin Mubarok dan Ahmad bin Hambal 
dan selain keduanya : "Apabila manusia berselisih dalam suatu perkara maka 
kembalilah engkau kepada ahli tsaghor, karena kebenaran ada bersama mereka. 
Allah ta'ala berfirman yang artinya : 

 

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan 
Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut : 69) - (Lihat 
"Majmu' fatawa" 28/441-442) 

 

 

Dari ucapan Syaikhul Islam ini ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai 
pelajaran berharga, diantaranya : 

A. Wajibnya mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dalam segala keadaan

B.   Wajibnya tawakkal kepada Allah dan menyerahkan segala bentuk ibadah hanya 
kepada-Nya.

C. Wajibnya MELEWATI TAHAPAN-TAHAPAN JIHAD sebelum tahapan jihad melawan 
orang-orang kafir dengan senjata, seperti tawakkal dan sabar yang merupakan 
jihad terhadap hawa nafsu yang terbagi menjadi empat tingkatan, sebagaimana 
yang telah dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim diatas. 

 

MAKA JELAS bagi kita bahwa yang dimaksudkan oleh para ulama salaf tersebut 
dengan ucapan mereka "Apabila engkau melihat manusia sudah berselisih maka 
kembalilah engkau kepada para mujahidin dan ahli tsugur.." adalah : 

 

Orang-orang yang telah sukses melewati tahapan-tahapan jihad (jihad melawan 
hawa nafsu) yaitu para ulama Robbaniyyin(2) dan bukan orang-orang yang di medan 
perang seperti anggapan mereka, 

 

SEBAGAIMANA HAL INI DIKUATKAN OLEH :

 

Abu Sulaiman Ad-Daarooni berkata : 

"Jihad yang dimaksud oleh ayat tersebut bukanlah perang melawan orang-orang 
kafir saja, tapi maksudnya menolong agama, membantah orang-orang yang 
batil/sesat, membasmi orang-orang yang zalim dan puncaknya adalah amar ma'ruf 
nahi mungkar. 

Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir tentang ayat tersebut : 

 

"Mereka adalah orang-orang yang beramal dengan ilmu, maka Allah memberi hidayah 
kepada mereka terhadap hal yang tidak mereka ketahui.

 

Abu Sulaiman Ad-Daarooni berkata : 

"Tidak selayaknya bagi yang diberi ilham akan suatu kebaikan untuk dia 
mengamalkannya sampai dia mendengar atsar (riwayat dari Nabi atau para 
salaf-pent). Jika dia sudah mendengar atsar, maka bolehlah dia mengamalkannya 
dan memuji Allah, sehingga hal tersebut mencocoki apa yang ada dalam dirinya" 
(Tafsir Qur'anil 'Adzim 3/555).

 

Syaikh Abdurrohman As-Sa'di berkata tentang tafsir ayat diatas : 

"Mereka adalah orang-orang yang berhijrah di jalan Allah dan memerangi 
musuh-musuh-Nya serta mengerahkan segala kekuatan untuk mencari keridhoan-Nya"

 

Dan beliau berkata :

"Ayat ini menunjukkan bahwa manusia yang lebih berhak dengan kebenaran adalah 
ahli jihad (tapi jangan tergesa-gesa dahulu, apa maksud Syaikh dengan jihad 
disini ? -pent). 

Ayat ini juga menjelaskan bahwa barangsiapa yang melaksanakan perintah Allah 
dengan baik, maka Allah akan menolong dan memudahkan jalannya mendapat hidayah. 
Dan ayat ini juga menerangkan bahwa barangsiapa yang bersungguh-sungguh dalam 
menuntut ilmu agama, maka dia akan mendapatkan hidayah serta pertolongan dalam 
menggapai harapannya yang diluar kekuatannya serta dipermudah mendapatkan ilmu. 
Karena sesungguhnya menuntut ilmu agama termasuk jihad fii sabilillah, bahkan 
dia termasuk salah satu bentuk jihad yang tidak dapat dilaksanakan kecuali oleh 
orang-orang khusus. Bentuk-bentuk jihad itu adalah jihad dengan ucapan lisan 
melawan orang-orang kafir dan munafik serta jihad dalam mengajarkan ilmu agama 
serta membantah orang-orang yang menyelisihi kebenaran meskipun mereka adalah 
muslimin." (Tafsir Al-kariimir Rohman hal.747)

 

Al-'Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berkata :

"Allah mengkaitkan hidayah dengan jihad, maka orang yang sempurna hidayahnya 
adalah yang paling sempurna jihadnya. Jihad yang paling wajib adalah jihad 
melawan diri sendiri, hawa nafsu, setan dan dunia. Barangsiapa yang berjihad 
diatas empat tahapan ini karena Allah, maka Allah akan memberinya hidayah untuk 
mencapai keridhoan-Nya hingga sampai kesurga-Nya. Barangsiapa yang meninggalkan 
jihad maka sirnalah hidayah sesuai dengan kadarnya."

 

Syaikh Abdurrohman As-Sa'di berkata tentang ayat ini : 

 

"Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada 
mengetahui." (QS. Al-Anbiya' : 7 dan An-Nahl : 43) 

 

"Keumuman ayat ini menjelaskan akan PUJIAN TERHADAP PARA AHLI ILMU dan yang 
tertinggi adalah ilmu tentang Al-Qur'an, karena Allah memerintahkan kepada yang 
tidak tahu untuk kembali kepada para ahli ilmu/ULAMA dalam setiap kejadian. Hal 
ini juga mengandung pengertian akan ADANYA REKOMENDASI BAGI PARA ULAMA YANG 
DIJADIKAN SEBAGAI RUJUKAN dalam bertanya. Dan orang jahil tidak termasuk dalam 
hal ini." 

 

Beliau juga mengatakan : 

"Didalam pengkhususan bertanya hanya kepada para ahli ilmu terdapat larangan 
untuk bertanya kepada orang yang sudah terkenal akan kebodohannya." (Tafsir 
Al-Kariimir Rohman hal. 511 dan 605) 

 

Jadi siapa saja yang bisa dikategorikan sebagai ulama maka merekalah tempat 
rujukan dalam agama baik dikala perpecahan maupun tidak, yaitu mereka yang 
paham benar Al-Qur'an dan sunnah SESUAI PEMAHAMAN SALAFUSH SHOLEH. Dan tidak 
ada dalam Al-Qur'an maupun sunnah pengkhususan tempat rujukan haruslah ulama 
yang pernah turun dimedan perang. 

Seandainya yang mereka ucapkan itu benar, maka berapa banyak ulama yang tidak 
layak untuk dijadikan rujukan? Apakah semua Imam empat pernah turun di medan 
jihad mengangkat senjata ? 

 

Apakah Imam Bukhori, Muslim dan yang lainnya layak dijadikan rujukan dalam 
agama dikala perselisihan (terutama masalah jihad) sedang mereka tidak pernah 
turun dimedan perang mengangkat senjata ? 

 

Dikalangan para sahabat yang paling terkenal dengan jihadnya dimedan perang 
adalah Kholid bin Walid , tapi apakah para salaf dahulu LEBIH MENDAHULUKAN 
BELIAU DALAM MASALAH AGAMA daripada ABDULLAH BIN ABBAS yang termasuk (7) 
sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadits ? Jadi yang layak dijadikan 
rujukan adalah para ulama (bukan ulama jadi-jadian).

 

Coba lihat Adz-Dzakhiroh edisi 11 tentang "Kembalilah kepada ahli ilmu".

 

Ibnu Abbas berkata : 

"yang dimaksud (ulil amri) adalah para ahli ilmu agama, yang selalu taat kepada 
Allah dan mengajarkan manusia ilmu agama. Yang amar am'ruf serta nahi mungkar. 
Allah pun mewajibkan para hamba untuk mentaati mereka" (Lihat Tafsir Thobari 
5/149) Ibnu Katsir mengatakan : 

 

Sekali lagi, yang dimaksud oleh para ulama salaf dalam ucapan mereka "Apabila 
engkau melihat manusia sudah berselisih maka kembalilah engkau kepada para 
mujahidin dan ahli tsughur, karena kebenaran ada bersama mereka" adalah para 
ulama (Thoifah manshuroh)(6) yang paham Al-qur'an dan sunnah bukan seperti 
anggapan mereka, karena tidak mungkin kebenaran bisa diketahui kecuali dengan 
menuntut ilmu agama dari para ulama. 

 

Hal ini berlainan dengan keyakinan sesat tasawwuf yang menyatakan bahwa ilmu 
bisa diperoleh lewat mimpi, kasyf (penyingkapan), maupun wangsit (ilmu laduni). 

Dan keyakinan Tasawwuf ini juga diadopsi oleh sebagian kelompok sesat "Jamaah 
Tabligh" yang malas menuntut ilmu agama tapi sudah lancang berdakwah keseluruh 
dunia dengan hujjah ilmu bisa diperoleh di tengah jalan. 

 

Kesalahan Mereka (Para Aktivis Harokah) Ini Timbul Akibat : 

 

"Penuhnya otak mereka dengan semangat yang membara untuk mengangkat senjata, 
meski tidak diiringi oleh pemahaman agama yang benar".

Sehingga mereka ngawur dalam berjihad dan membantai orang-orang tak bersalah. 
Mereka mengira dengan mengebom Islam akan menjadi jaya seperti semula, meskipun 
kebanyakan kaum muslimin banyak yang tidak mengerti akan agama mereka. 

 

Oleh karena itu, kami nasehatkan dari lubuk hati yang terdalam kepada mereka 
yang telah terjerumus kedalam jaring-jaring terorisme, para gerakan bawah 
tanah, aktivis harokah untuk takut kepada Allah dan AGAR BELAJAR LEBIH DALAM 
tentang Islam dengan pemahaman yang benar, pemahaman salaf (bukan Khowarij) dan 
untuk kembali kepada para ulama semisal Syaikh Bin Baz, Syaikh Al-Albani, 
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad dan 
lain-lain -hafidzahumullahu-, agar kalian bisa membedakan mana jihad yang benar 
dan jihad yang palsu, siapa itu mujahid dan siapa teroris? Siapa yang layak 
dibunuh dan mana yang haram dibunuh ?

Akhirnya, saya tutup dengan ucapan ulama salaf Imam Al-Barbahari dalam "Syarhus 
Sunnah" : 

 

"Perhatikanlah (Wahai saudaraku) -rahimakallahu- setiap orang yang engkau 
dengar ucapannya (dalam agama-pent) dari orang-orang yang sezaman denganmu 
khususnya. Janganlah engkau tergesa-gesa menerimanya hingga engkau melihat, 
apakah ada seorang sahabat atau seorang ulama yang berbicara seperti itu !!! 
.." 

 

 

[EMAIL PROTECTED]

accounting

 

PT. Tri Wall Indonesia

Kaw. Indt. Jababeka 1 - Cikarang Bekasi

 

Catatan:

Saya pernah mencoba meyusup dalam suatu kajian yang diselenggarakan oleh "suatu 
gerakkan", mereka memang merendahkan para ulama dengan ucapan: "biarlah mereka 
(ulama salafi) baru mampu bicara"


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke