--- In media-dakwah@yahoogroups.com, "Mas No" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> "Aku diperintahkan untuk MEMERANGI MANUSIA sampai mereka bersaksi
bahwa TIDAK ILAH yang berhak diIBADAHI dengan benar melainkan
Allah..." (HR. Bukhari).
> 
> Ibnu Jarir ath-Thabari (wafat th.310 H) menafsirkan qs.2:193 diatas
dengan berkata: "Perangilah mereka sehingga tidak terjadi lagi
KESYIRIKAN kepada Allah"

Hendaknya kita mempelajari Islam tidak sepotong-sepotong. Jangan cuma
hadits2 tertentu. Tapi juga baca Al Qur'an:

"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak
yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri
ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari
sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!." [An Nisaa':75]

Jadi bukan cuma memerangi kesyirikan. Tapi juga menolong/membela
orang-orang yang tertindas.

Di Iraq sejak invasi AS 650 ribu Muslim tewas. Masjid juga banyak yang
hancur. Orang2 AS sendiri musyrik. Nah apa diam saja dan ketika ada
orang yang berjihad, justru ulama yang digaji raja Arab justru mencela
orang2 yang berjihad?

Keliru kalau Israel membantai ummat Islam di Palestina dan Lebanon
kita tidak berjihad dengan mereka. Lebih keliru lagi jika sudah tidak
berjihad, justru mencela orang2 yang berjihad dengan berbagai nada
sinis. Ini dosanya double.

Pada saat itu, perang menjadi wajib:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui." [Al Baqarah:216]

Kalau kita baca hadits di Bulughul Marom pada bab Jihad disebut bahwa
orang Islam yang tidak pernah berjihad dan tidak ada niat untuk itu,
maka ketika mati dia mati sebagai munafik (HR Muslim).

Nah kalau sudah tidak berjihad, mencela orang yang berjihad pula, maka
dia lebih parah dari munafik.

Mengikuti ulama juga harus tetap kritis meski sekilas mereka mengikuti
nabi. Apalagi jika jelas2 ulama tersebut memang digaji raja Arab Saudi
yang tunduk pada AS yang kafir harbi. Dan AS kita tahu pembela Israel
nomor satu.

Islam Jama'ah meski para ulamanya mengajarkan Al Qur'an dan Hadits,
namun mereka tidak kritis.

Akibatnya mereka justru melanggar Al Qur'an dan Hadits seperti
tafarruq (berpisah dari jama'ah muslim), mengkafirkan sesama Muslim, dsb.

Dari sini juga kita tahu ternyata ada ulama yang mengajarkan bahwa
jihad hanya untuk mencegah kesyirikan. Sehingga ketika ada Muslim di
Palestina dan Lebanon membela diri melawan penindasan Israel langsung
dicap bid'ah segala macam.

Padahal jihad juga untuk membela orang2 yang tertindas:
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela)
orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak
yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri
ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari
sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!." [An Nisaa':75]

Ayat di atas begitu jelas. Orang yang belajar agama Islam tentu tahu
bahwa sumber utama adalah Al Qur'an, baru Hadits. Tidak bisa Hadits
bertentangan dengan Al Qur'an. Kalau ada hadits yang bertentangan
dengan Al Qur'an, berarti hadits tersebut meski secara sanad sahih,
tapi secara matan tidak sahih. Al Qur'an di atas hadits. Bukan Hadits
di atas Al Qur'an.

Ketika ratusan ribu Muslim tewas dibantai di Afghanistan, Iraq,
Palestina dan Lebanon dan masjid2 dihancurkan oleh orang2
kafir/musyrik, bukankah melawannya juga melawan kesyirikan?

Jadi seandainya ada Muslim yang berjihad melawan penindasnya, jangan
sekali2 kita mencelanya atau mencapnya sebagai bid'ah atau "manhaj"nya
kurang benar.

Wassalam

Kirim email ke