sepakat untuk selalu lemah lembut terhadap sesama muslim.. selalu
berbicara dengan hikmah.. bukan mengkafirkan muslim yang lemah dan
dipemimpin oleh orang yang dzolim.. tidak memprovokasi muslim untuk
menentang bahkan memberontak terhadap pemimpinnya..
 
masalah khilafiyah untuk para ulama bukan penuntut ilmu, sebagai
penuntut ilmu tidak perlu ikut mengeluarkan hujjah untuk masalah
khilafiyah karena diluar kapasitasnya. mensikapi perbedaan pendapat
ulama, tinggalkan persoalan khilafiyah fokus pada pembinaan diri. kalau
ada kritik terhadap suatu pendapat, sampaikan kritik pendapat tersebut
bukan bantahan yang berupa luapan perasaan yang cenderung menyerang
pribadi. seperti kritikan terhadap penyimpangan dalam beragama di bantah
dengan mengkafirkan sesama muslim. padahal yang mengatakan bid'ah adalah
sesat dan sesat tempatnya neraka adalah RosuluLlah sholaLlahu alayhi
wassalam.
 
Al Qur'an dan hadits yang shohih tidak mungkin bertentangan. Ulama
terdahulu sudah memperingatkan bahwa jahmiyah, khawarij dan mu'tazilah
sering mempertentangkan Al Qur'an dan sunnah. Kalau ternyata hadits
tersebut ternyata bertentangan dengan fakta, maka mestinya hadits
tersebut yang bermasalah keshohihannya. seperti hadits anjuran makan
terong "makanlah terong karena terong adalah obat segala penyakit" tapi
ternyata terong malah menyebabkan "lemas"
 
apakah teguran bagi yang tidak mau berperang dijalan Alloh sebagaimana
didalam QS An Nisaa:75 bertentangan dengan QS Al Israa'[17]:70 yang
menyatakan Alloh tabaroka wata'ala memuliakan anak cucu Adam
alayhissalam..? sampai iblis sendiri dengki sebagaimana dalam QS Al
Israa'[17]:62..? tidak akhi.. 
 
dalam peperangan pun semangatnya masih menyebarkan kasih sayang.. untuk
menyelamatkan dari kekafiran.. membunuh dalam peperanganpun kita tidak
boleh berlebihan.. karena tujuan peperangan itu sendiri bukan untuk
menyakiti apa lagi membunuh..kalaupun ada pembunuhan masih ada aturannya
tawari dulu untuk mengucapkan syahadat, kalau enggan masih ditawari
untuk membayar jizyah [upeti?] dan tidak boleh mengganggu orang Islam
kalau tidak mau baru diperangi.. kita dilarang melampaui batas..
sebagaimana dalam QS AL Baqoroh[2]:190..
 
lalu bagaimana dengan orang-orang yang meneriakkan jihad dengan
melakukan kerusakan..? sampai mengorbankan muslim..? bukankah neraka
balasan pembunuh seorang muslim..? kenapa yang memberi peringatan
kekeliruan itu justru dicela dengan "mencela orang-orang yang
berjihad"..? bahkan berprasangka mungkin karena mendapat gaji dari
pemerintah..?
 
kalau Al Qur'an dan Hadits shohih terlihat berlawanan dengan akal, maka
yang 'rusak' adalah akal tersebut. imam Ali RodhiaLlahu anhu yang
terkenal cerdas mengomentari dalil soal thoharoh: "kalau akal yang
menjadi dasar agama ini, membasuh telapak kaki lebih pantas dari pada
bagian atas kaki"
 
semoga syubhat " kasih sayang hanya untuk orang Islam dan sesama orang
Islam saja" terbantah dengan Islam adalah rahmatan lil alamin.. karena
para panglima perang pada zaman awal diarahkan untuk "tidak membunuh
anak-anak, orang lansia, wanita-wanita bahkan para pendeta di tempat
peribadatan mereka.. termasuk menebang pohon" kalau saja problematika
epistemologi di umat Islam bisa segera di atasi..
 
waLlohu 'alam bish showab


________________________________

From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of A Nizami
Sent: Friday, May 04, 2007 3:52 PM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Jangan Bermusuhan - Re: Saatnya Sunni-Syiah
Berdamai
 
 Ada beberapa kata kunci di situ:
Menasehati dengan KEBENARAN dan KESABARAN.
Kebenaran dalam Islam ada hirarkinya: Al Qur'an, Hadits, Ijma' Ulama

Jika ada ulama yang bertentang, kita perhatikan lagi pedoman
tertinggi: Al Qur'an.

Al Qur'an memerintahkan kita untuk bersatu, tidak bercerai berai,
keras terhadap kaum kafir tapi LEMAH LEMBUT thd sesama Muslim.

Dalam dakwah apalagi terhadap sesama Muslim kita dianjurkan untuk
lemah lembut. Jika akhlak kita kasar, niscaya mereka meninggalkan kita.

Bahkan di satu hadits disebut jika kita mengkafirkan orang lain, tapi
ternyata dia tidak kafir, maka kitalah yang kafir. Na'udzubillah min
dzalik.

Dalam berbagai ayat Al Qur'an disebut bahwa kita adalah Muslim. Dalam
sholat kita berkata "wa ana minal muslimiin" dan saya dari golongan
Muslim.

Itu cukup bagi kita untuk tidak berfirqoh dan menyebut diri kita
dengan panggilan selain muslim. 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke