>>> Hemmm, jadi ente memang masih perlu disuapi.

Entah  apa maksudnya berkata saya perlu disuapi? [bernada merendahkan....]
yah, tapi mungkin memang begitu... =)
Jazakallah khairan, atas suapannya.

*awalnya saya nanya penjelasan dari analogi tabung oleh pak Haji, tapi malah
di-cap remeh, hehe...

>>> apakah do'a bisa mengubah takdir

iya, bisa.

saya pernah membaca penjelasannya di kitab " Al-Iimaanu bi al-Qadha wal
Qadar" [Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd].... penjelasannya panjang jadi gak
bisa saya ketikin di sini. kalau berminat silakan cari kitabnya, atau bisa
juga baca "Al-Qadha wal Qadar" oleh Ibnu Qayyim, atau juga yang karangan
Ibnu Utsaimin.

kalau minat penjelasan ilmiahnya yang edisi ebook, silakan download di ::
http://indoupload.net/files/2489/Shared/masalah_umum/doa_dan_dzikir.zip
antum lebih berilmu dari saya karena tidak perlu disuapi lagi,
karenanya saya yakin bisa faham isi artikelnya.

di bawah saya salinkan ringkas juga, silakan dibaca.
*penjelasannya dari ulama2 besar, misal :: Ibnu Hajar Al-Asqalani
Asy-Syafi'i (abad 8H). Kalau dari saya yang masih perlu disuapi khawatir
dianggap remeh, hehehe

Mudah2an bermanfaat.

-- 
Muhammad Haryo
http://islam-download.net
http://islam-download.my.or.id [backup]
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Jika email ini masuk folder spam/ bulk/ junk, harap tandai sebagai NOT spam/
bulk/ junk
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~

Doa mampu menolak takdir Allah, berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi
Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [Sunan
At-Tirmidzi, bab Qadar 8/305-306]

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang
tergantung pada doa dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena
takdir tidak bertolak belakang dengan masalah sebab akibat, boleh jadi
terjadinya sesuatu menjadi penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain
termasuk takdir. Suatu contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya
adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga
terkena musibah dan seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah,
sehingga doa ibarat tameng dan musibah laksana panah. [Mura'atul Mafatih
7/354-355].

-------
Ibnu Utsaimin ditanya : "Kita sering mendengar orang berdoa : Ya Allah kami
tidak memohon agar takdir kami dirubah akan tetapi kami meminta kelembutan
dalam takdir tersebut. Apakah doa tersebut dibolehkan .?"

Jawaban :
Berdoa seperti itu dilarang dan haram sebab doa bisa merubah takdir seperti
yang telah disebutkan dalam hadits di atas. Bahkan orang yang berdoa seperti
itu menantang Allah dan seakan mengatakan : "Ya Allah takdirkanlah kepadaku
apa saja yang Engkau kehendaki tetapi berilah kelembutan dalam takdir
tersebut".

Seharusnya orang yang berdoa berketetapan hati dalam doanya, seperti berdoa
: Ya Allah kami memohon rahmat-Mu dan kami berlindung dari siksaan-Mu, dan
doa semisalnya. Apabila seorang berdoa kepada Allah agar tidak dirubah
takdirnya, maka apa manfaatnya sementara doa bisa merubah takdir, dan bisa
jadi takdir tersebut hanya bisa berubah lantaran doa. Yang penting doa
tersebut di atas tidak boleh dan hendaknya dihindarkan serta barangsiapa
yang mendengar doa seperti itu sebaiknya menasehatinya. [Liqa' Babul Maftuh
5/45-46]

----------------
Jika dia berkeyakinan bahwa tidak akan terjadi kecuali sesuatu yang telah
ditakdirkan, bukan berarti berdoa adalah tindakan melawan takdir akan tetapi
untuk memperlihatkan rasa ketundukan kepada Allah. Karena berdoa memiliki
beberapa keutamaan ; antara lain mendapatkan pahala dari Allah atau untuk
mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi kecuali harus berdoa, karena
Allah menjadikan setiap sesuatu dengan sebab-sebabnya. [Fathul Bari 11/98]



On 5/8/07, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Hemmm, jadi ente memang masih perlu disuapi.
> Begini:
> Misalnya ente berdo'a kepada Allah agar diberi rezeki, maka Allah
> memberikan ente kesehatan. Maka dengan kesehatan itu ente bisa mencari
> rezeki. Allah mengabulkan do'a ente dengan memberikan sebab untuk itu.
> Dengan sebab sehat itu ente mendapatkan rezeki.
>
> Fulan minta do'a dipanjangkan umur dan banyak amalnya. Maka Allah memberi
> kesempatan kepada Fulan satu kali mendapatkan Laylatu lQadr. Maka dengan
> sebab mendapatkan Laylatu lQadr itu, Fulan seperti hidup panjang lebih dari
> 1000 bulan penuh dengan amal.
>
> Fulanah yang Qadha dan Qadarnya kecil tabung kehidupannya, ia minta do'a
> dipanjangkan umurnya.dan diperbanyak amalnya. Maka Allah mengabulkan
> do'anya Fulanah, yaitu ia hemat memanfaatkan seluruh hidupnya tidak boros
> memakai gas yang dalam tabung kecil itu, maka ia tidak akan terpengaruh
> iblis, sehingga Fulanah tetap melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
> larangannya, sebagai syarat mutlak dalam menjaga diri dari boros
> menyia-nyiakan hidupnya. Jadi dengan jatah volume yang kecil itu, lama baru
> kosong isi tabung. maka panjanglah umurnya dan banyaklah amalnya..
>
> Ini ana punya pertanyaan:
> Apakah do'a Nabi SAW bagi Anas bin Malik: "Allaahumma, aktsir maalahu, wa
> waladahu, wa baarik lahu, fii maa a'thaitahu. ***Wa athil hayaatahu 'alaa
> th'aatika, wa ahsin 'amalahu***, waghfirlahu", ITU BISA MENGUBAH QADHA DAN
> QADAR bagi Anas bin Malik ?
>
> Wassalam
> HMNA
>
> ##############################################################
>
> Muhammad Haryo menulis
>
> Mmm.... jazakAllah khairan atas tanggapannya.. =)
>
> untuk pertanyaan (retoris) ttg apakah saya perlu disuapi lagi :: Allahu
> A'lam
> silakan menilai sendiri, tapi jangan impulsif (sesuai kata2 anda).
>
> begini saya baca ttg "jika diabaikan dua hal" sebelum mereply, hanya saja
> ::
> masih belum ngerti dengan pengandaian tabung --> kan jatahnya tetap, tidak
> berubah
>
> sedangkan doanya kan minta dipanjangkan umurnya --> jatah tabungnya
> membesar
>
> jadi :: penekanannya pada jatah tabung (jatah umur), bukan hemat /
> tidaknya pemakaian, bukan pada baik / buruknya pemakaian. Dalam do'a Nabi
> disebutkan dua hal, yaitu panjangnya umur & baiknya amal, jadi itu dua hal
> yang berbeda.
>
> Karenanya, saya ingin kalau ada penjelasan ttg hadits ini, sebab terkait
> dengan artikel bapak HMNA yang semoga dirahmati Allahu Ta'ala,
>
> perhatikan do'a nabi ::
>
> "Allaahumma, aktsir maalahu, wa waladahu, wa baarik lahu, fii maa
> a'thaitahu. ***Wa athil hayaatahu 'alaa th'aatika, wa ahsin 'amalahu***,
> waghfirlahu"
>
> "Yaa Allah, panjangkan umurnya, perbanyak keturunannya, dan berkahilah dia
> dalam apa2 yang Engkau berikan kepadanya. Dan ***panjangkanlah umurnya di
> atas
> ketaatan padamu, dan perbaikilah amalnya***, dan ampunilah dirinya"
>
> Takhrij :: Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Al-Imam al-Bukhari dalam
> shahihnya, dengan tambahan lafadz (wa athil hayaatahu...) dari kitab
> Al-Bukhari yang lain yaitu Al-Adab Al-Mufrad. Diriwayatkan juga oleh
> At-Tirmidzi dengan nomor hadits 3064.
>
> --
> Muhammad Haryo
> http://islam-download.net
> http://islam-download.my.or.id [backup]
> --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
> Jika email ini masuk folder spam/ bulk/ junk, harap tandai sebagai NOT
> spam/ bulk/ junk
> --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke