Ada. Keyword itu adalah "justjoiningthetribes." Tinggal orang mau pilih yang mana.
manneke -----Original Message----- > Date: Tue Sep 05 08:39:20 PDT 2006 > From: "justjoiningthetribes" <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [mediacare] Re: pemerkosaan > To: mediacare@yahoogroups.com > > Apa ada key word yg lebih spesifik selain "manneke"? > > Saya hanya bisa berharap TPGF waktu itu tidak melakukan cara > pengambilan kesimpulan seperti yang miss Ida tunjukkan di bawah ini > (God helps us). > > JustJoiningTheTribe > Don't believe the hype .. > > > > --- In mediacare@yahoogroups.com, "idakhouw" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Dearest Mbak, > > Kok memanggil saya "miss"? tidak mau kenal lagi ya...? :) > > Karena Mbak tidak membantah, maka saya simpulkan Mbak adalah orang > yang sama yg saya kenal di (mantan) kantor koran kita. > Kok wajah Mbak yang dulu (penuh empati dalam segala hal) tidak saya > temukan di ungkapan2 Mbak di milis ini? > Saya seperti bertemu wajah Mbak yang lain di sini (apalagi sampai > pernah mengaku sebagai laki2). > Sebetulnya saya banyak mengagumi Mbak yang dulu > > Tentang angka 168, Bung Manneke sudah jelaskan ttg simpang siurnya > metode pengumpulan data, coba saja search lagi dg key word "manneke". > > Salam, > Ida Khouw > > > > --- In mediacare@yahoogroups.com, "justjoiningthetribes" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Miss Ida, > > > > Saya mengerti apa yang ingin disampaikan oleh gina, adalah luar biasa > > trauma yang dialami korban perkosaan, tapi kalau anda jeli, saya sudah > > meresponsnya dalam paragraf singkat yg berbunyi kurang lebih seperti > ini: > > > > Tidak ada yang memaksa anda dan keluarga anda untuk bersuara, tapi > > kalau anda menuduh suatu kelompok tertentu, mau tidak mau anda harus > > berikan keterangan, betapapun sulitnya itu. > > > > Siapa yang mau dituduh dan dikambinghitamkan hanya dengan data-data > > siluman? > > > > Sulit bukan berarti tidak mungkin, kan? > > > > Saya tidak tahu kalau Manneke sudah menjelaskan bagaimana angka 168 > > itu disepakati. > > > > Tapi tolong anda baca ini juga: > > > > http://finance.groups.yahoo.com/group/mediacare/message/29458 > > > > http://finance.groups.yahoo.com/group/mediacare/message/29486 > > > > JustJoiningTheTribe > > Don't believe the hype .. > > > > > > > > --- In mediacare@yahoogroups.com, "idakhouw" <idakhouw@> wrote: > > > > Mbak, > > > > Saya bisa paham kenapa orang2 menganggap mbak tidak punya nurani, > > (saya pribadi memilih mengatakan mbak tidak empatis). Semua sudah > > gamblang kenapa mereka menganggap mbak demikian, coba saja lihat2 lagi > > postingan2 mbak yang mulai dari ngotot korban harus bersaksi sampai > > sekarang ke soal angka. > > Sebagai seorang yang berlatar belakang pendidikan psikologi harusnya > > mbak paham betul kenapa orang2 beranggapan negatif terhadap mbak. > > > > sebetulnya saya sangat heran, ketika sebagai editor handal mbak selalu > > bisa menunjukan simpati/berempati pada siapapun yang jadi korban > > kezaliman. Tapi kenapa sekarang, ketika tampil sebagai diri sendiri, > > menjadi begitu sulit untuk berempati? ngotot dengan pendirian bahwa > > korban harus tampil, bersaksi dst. > > > > Sebagai yang mengerti psikologi harusnya mbak mengerti > > kompleksitasnya. Ya betul kata mbak, bahwa sharing sudah merupakan 1 > > tahap penyembuhan, tapi siapa dulu pendengarnya? kalau pendengarnya > > seperti mbak yg di rumusan2 kalimatnya sangat tidak empatis terhadap > > mereka, saya pikir mereka malah akan mengalami perkosaan kedua. > > > > Sekarang saya bahkan sungguh2 tidak mengerti bahwa bahkan mbak tidak > > menangkap poin yg disampaikan Gina ttg trauma berkepanjangan dari > > pengalaman sexual harrasment (sampai sekarang masih marah kalau > > mengingatnya). Mbak Gina kan ingin menyampaikan k.l. "pengalaman > > segitu aja marahnya ??traumanya- bisa berkepanjangan, apalagi yg > > mengalami perkosaan". > > > > Setelah terdesak sana-sini sekarang mbak mau ber'tahan' di soal angka. > > Kenapa mbak berputar2 di pernyataan/dugaan angka yang dibesar2kan?, > > kenapa tidak membahas informasi dari bung Manneke ttg bagaimana angka > > 168 yg disepakati? > > > > OK, katakanlah maunya mbak angkanya 50 saja (kalau cuma 1-2-3-4 saja, > > nanti orang bilang mbak exaggerating). Menurut mbak kejadian 50 orang > > diperkosa SAAT BERSAMAAN DI SATU KOTA masih "wajar dalam situasi rusuh > > meski tetap harus diusut."? > > > > Hal lainnya, saya paham mbak tidak simpatik terhadap NGOs perempuan, > > seperti sering tercermin di tulisan2 mbak. Tapi coba jangan berbelok2 > > sana-sini dulu, tanggapi saja komentar2 milisers, terutama keterangan2 > > bung Manneke. > > > > Salam, > > Ida Khouw > > > > > > --- In mediacare@yahoogroups.com, "justjoiningthetribes" > > <justjoiningthetribe@> wrote: > > > > > > Saya tidak bermaksud menyuruh para korban perkosaan Mei 1998 untuk > > > tampil di acaranya Oprah atau sejenisnya sebelum pelakunya tertangkap, > > > saya hanya minta mereka menggunakan jalur yang biasanya dipakai para > > > korban perkosaan yg telah melemparkan tuduhan, pengadilan. > > > > > > Para pelaku penjarahan yang sebagian besar dilakukan masyarakat miskin > > > grass-root itu rasanya mustahil untuk dihukum. Barangkali cuma > > > beberapa provokator yang tertangkap basah. > > > > > > Tapi kalau suatu institusi melakukan kejahatan terorganisir, dan > > > kemudian ada bukti, maka adalah mungkin kalau kita membawa kasusnya ke > > > pengadilan. > > > > > > Massal dalam pikiran saya tentu saja sesuai dengan jumlah yang > > > dikeluarkan tim pencari fakta tsb. > > > > > > Kalau kasusnya satu dua tiga empat lima orang korban, saya mungkin > > > tidak mempermasalahkan, karena itu wajar dalam situasi rusuh meski > > > tetap harus diusut. > > > > > > Point saya: barangkali memang terjadi satu dua tiga empat lima > > > perkosaan selama Mei 1998 itu, tapi oleh beberapa pihak yang suka > > > memancing di air keruh demi mengharapkan keuntungan untuk agenda > > > politiknya dari kondisi yang ricuh dan tak terkendali tsb, angkanya di > > > blow-up menjadi 150-an lebih. > > > > > > Karena kapan lagi mereka bisa bikin isu sedramatis itu di saat-saat > > > normal? Karena mereka tahu seandainya isu tersebut di blow-up dan > > > angkanya di mark-up, maka tidak ada orang yang akan mempertanyakannya. > > > Dan bagi yg mempertanyakannya, mereka akan sudah persiapkan jawaban > > > seperti misalnya: > > > > > > Saat itu tidak ada yang menolong. > > > Kondisi saat itu sangat kacau, semua sibuk menyelamatkan diri masing2. > > > Korban malu dan trauma jadi tidak bisa dihubungi langsung. > > > Anda tidak punya simpati dan hati nurani. > > > > > > JustJoiningTheTribe > > > Don't believe the hype ... > > > > > > > > > > > > --- In mediacare@yahoogroups.com, manneke <manneke@> wrote: > > > > > > > > > Menurut Anda sendiri, Sdr. justjoiningthetribes, berapakah jumlah yang > > > sah agar > > > bisa dikategorikan "massal"? 50? 100? 200? > > > > > > Publik sudah diberi tahu tentang kebenarannya. kebenaran itu tidak > > > ditutup-tutupi dari publik. TPGF itu bukan tim gelap yang berkerja > tanpa > > > kredibilitas. Tim itu dibentuk pemerintah Habibie dan anggotanya dari > > > berbagai > > > unsur, termasuk polisi, TNI, akademisi, tokoh agama, dan aktivis > > > kemanusiaan. > > > Integritas mereka tidak diragukan (kecuali oleh orang seperti Anda > yang > > > mati-matian menuntut bukti material). > > > > > > Perkosaan memang terjadi di mana-mana, terus kenapa? Apakah ini lalu > > > membenarkan > > > perkosaan yang dilakukan terhadap perempuan etnis Cina pada 1998? > > > Karena terjadi > > > di mana-mana, maka apanya yang luar biasa? itukah maksud Anda? Kalau > > > ada yang > > > membuat reputasi bangsa ini rusak, hal itu bukan perkosaan massal Mei > > > 1998. > > > Perusak reputasi bangsa adalah mastermind di balik peristiwa itu, > serta > > > orang-orang sinis yang tak henti-hentinya menyangkali suatu kejahatan > > > kemanusiaan yang telah terjadi dengan 1001 alasan, seperti Anda. > > Nama baik > > > bangsa tidak disandera atau ditentukan nasibnya oleh para bajingan > > > atau manusia > > > berhati kejam yang tak punya nurani dan empati. > > > > > > Inilah kanker yang sesungguhnya harus kita hadapi. Kita semua yang tak > > > punya > > > hati untuk menyarankan agar para korban muncul di publik dengan muka > > > dututup > > > koran ibarat WTS yang dirazia polisi, itulah KANKER itu. So,let's > > face it. > > > > > > Di AS kroban perkosaan berani tampil dalam acara Oprah karena ada > > program > > > perlindungan saksi yang andal dan juga setelah pelakunya tertangkap > > > dan dihukum. > > > Anda ini entah buta atau kurang pinter sehingga mengangkat > perbandingan > > > perkosaan Mei dengan acara Oprah. Maaf, betul-betul suatu indikasi > > > kepicikan > > > yang luar biasa, di samping kedangkalan hati nurani. Sekali lagi, > > perusak > > > reputasi bangsa itu adalah orang-orang dengan pola pikir seperti Anda. > > > Bertanyalah pada diri sendiri: Apakah kita punya program perlindungan > > > saksi > > > seperti di AS? Apakah pelaku dan penanggung jawab peristiwa Mei sudah > > > ditangkap > > > dan diadili? > > > > > > Umpamakan saja, persoalan perkosaan kita kesampingkan dulu. Umpamakan > > > saja, 168 > > > korban itu fiktif semua. lalu, bagaimana dengan sekitar 1900-an orang > > > yang tewas > > > dan penjarahan dan pembakaran? Dihukumkah otak serta pelakunya? Nol > > > besar. Atau > > > Anda mau mengatakan juga 1900-an korban yang dikunci di gedung-gedung > > > mall dan > > > dibakar hidup-hiudp itu juga fiktif semua? Ataukah Anda akan pakai > > logika: > > > bukankah setiap hari di mana-mana ada orang yang mati karena > > terbakar atau > > > dijarah? > > > > > > Para korban dan saksi, pada waktunya, akan tampil bicara tanpa harus > > > menutupi > > > wajah mereka dengan kaos. Tapi sebelum itu terjadi, gunakan kemampuan > > > pikir Anda > > > yang hebat itu untuk bantu melakukan perubahan hukum dulu di > negeri ini. > > > Perbaiki aturan hukum tentang perkosaan agar berpihak pada korban > > > (daripada > > > heboh soal RUU pornografi melulu). Ciptakan peraturan perlindungan > > > saksi (yang > > > dari dulu cuma wacana doang). Usut dan cari para pelaku peristiwa Mei > > > (tugas > > > pemerintah sebagai follow up temuan TGPF yang tak pernah ada tindak > > > lanjutnya). > > > > > > Sementara itu semua belum terwujud, biar saja para korban melanjutkan > > > konseling > > > dan terapi bersama para relawan tanpa diteror lewat telpon tak > > dikenal dan > > > diancam akan dibunuh bila buka mulut. > > > > > > Tampaknya Anda tak juga mengerti persoalannya, dan terus saja bicara > > > seolah-olah > > > yang jadi masalah adalah rasa malu yang harus ditanggung korban. Bukan > > > dan sama > > > sekali tidak, Bung. Masalah terbesarnya adalah keselamatan jiwa para > > > korban jika > > > mereka tampil di publik. Para pemerkosa serta dalang-dalangnya masih > > > berkeliaran > > > dengan bebas di luar sana. > > > > > > Memang Anda benar, tak ada orang normal yang tak akan berempati dengan > > > korban, > > > apalagi akan menghabisi mereka jika sampai memunculkan diri. > > > Persoalannya, Bung, > > > kita tidak sedang berhadapan dengan orang-orang normal. Para pelaku > > > yang masih > > > bebas dari jangkauan hukum itu bukan orang normal. Masih belum ngerti > > > jugakah? > > > > > > Melihat betapa ngeyelnya Anda menuntut para korban agar keluar dan > > > memperlihatkan diri, jangan-jangan Anda ini bagian dari skenario yang > > > mencoba > > > memancing korban untuk keluar agar bisa dihabisi? > > > > > > Tak perlulah mencela kerja para aktivis perempuan. Mereka sudah > > > bekerja sangat > > > banyak dan bahkan dengan taruhan nyawa sendiri (akibat teror, ancaman, > > > dsb) > > > untuk menolong korban? Lebih baik tatap wajah Anda sendiri di > cermin dan > > > bertanya: Anda sendiri sudah berbuat apa selain cuma sinis dan > mencela? > > > > > > Para korban juga tak perlu repot-repot menutup rapat kasus ini di peti > > > mati, > > > seperti pernyataan Anda. Banyak dari mereka yang memang sudah mati > > akibat > > > kekejaman Mei 1998. Puaskah Anda? > > > > > > IF YOU HAVE CANCER, LET'S FACE IT! > > > > > > manneke > > > > > > > > > > > > -----Original Message----- > > > > > > > Date: Thu Aug 31 20:18:00 PDT 2006 > > > > From: "justjoiningthetribes" <justjoiningthetribe@> > > > > Subject: [mediacare] Klarifikasi : pemerkosaan > > > > To: mediacare@yahoogroups.com > > > > > > > > Saya klarifikasi, yang saya anggap kabar burung dan exaggeration > > > > adalah 'massal' nya. Sedangkan perkosaan itu sendiri memang bisa > > > > terjadi, kapan dan dimana saja. Tidak pandang wilayah, situasi > dan ras > > > > serta agama. > > > > > > > > Kalau menurut anda korban berhak diam, publik juga berhak tahu > > > > kejadian sebenarnya. Publik juga perlu mendengarkan kejadian > > > > sebenarnya untuk precaution dan untuk peningkatan sistem keamanan di > > > > bagian2 yang masih tidak memadai. > > > > > > > > Anda berhak marah, dan saya juga berhak marah karena reputasi negara > > > > saya menjadi rusak di luar sana oleh sesuatu kejadian yang saya > > > > sendiri tidak jelas kebenarannya. > > > > > > > > Saya tidak setuju dengan pendapat regional president director Bank > > > > Dunia tempo hari masalah utang, tapi ada satu ucapannya yg menarik. > > > > > > > > "If you have cancer, face it" > > > > > > > > Dan hanya karena di laporan tsb ada cerita tentang Pak Haji yang > > > > menolong korban, tidak otomatis anda dan tim tsb sudah membuktikan > > > > bahwa perkosaan masal itu terjadi. > > > > > > > > Perkosaan itu juga dialami oleh ribuan orang di seluruh dunia, > > > > gangrape, incest dan sbg, dan mereka semua bicara, tidak hanya > kepada > > > > aparat yang berwenang, tapi juga kepada dunia. > > > > > > > > Bisa dilihat dalam acara-acara Oprah. Dan juga acara2 lainnya yang > > > > sejenis. > > > > > > > > Kalau seorang WTS bisa bersaksi di televisi tanpa harus menanggung > > > > malu karena wajahnya ditutupi, mengapa si korban dalam kasus ini > malah > > > > sebaliknya, dan tidak berusaha menggunakan fasilitas yang ada sebaik > > > > mungkin. > > > > > > > > Ada konseling, ada terapi, dan ada perlindungan dari kejaran > wartawan, > > > > mereka bisa menutupi muka mereka. Banyak cara yang bisa mereka > lakukan > > > > agar tidak menanggung malu. Yang dibutuhkan adalah keberanian dan > > > > kejujuran. > > > > > > > > Saya jadi heran, apa saja tugas NGO2 perempuan yang mendampingi > mereka > > > > selama ini, kalau dari 100 lebih korban perkosaan, tidak satupun > > > > tampaknya ada yang berhasil keluar dari tekanan depresi dan > > psikologis. > > > > > > > > Atau mereka tidak tahu bahwa dengan menceritakan itu artinya mereka > > > > sudah menyelesaikan setengah dari masalahnya. > > > > > > > > Dalam kasus ini, tidak ada orang normal yang tega akan menghakimi si > > > > korban, justru mereka akan bersimpati terhadap penderitaan mereka. > > > > Karena mereka adalah korban, mengalami sesuatu yang terjadi di luar > > > > keinginan mereka sendiri. Justru yang akan diberikan adalah > solusi dan > > > > doa. > > > > > > > > Atau barangkali peristiwa ini mau disimpan rapat-rapat dalam > peti besi > > > > dan dibawa mati ? > > > > > > > > Saya ulangi deh: > > > > > > > > "If you have cancer, face it" > > > > > > > > > > > > > Web: > http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ > > Klik: > > http://mediacare.blogspot.com > > atau > > www.mediacare.biz > > Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke: > [EMAIL PROTECTED] > > Yahoo! Groups Links > > > > > > Web: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ Klik: http://mediacare.blogspot.com atau www.mediacare.biz Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/mediacare/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/