Seperti yang saya baca pada berbagai media, kedatangan Mr. Bush ke Jakarta/Bogor berdasarkan undangan dari Presiden SBY. Jadi merupakan konsekuensi logis bahwa yang mengundang perlu mempersiapkan segala sesuatunya. Wajarlah kalau semua biaya menjadi tanggungan pengundang. Lain hal nya kalau beliau datang atas kehendak sendiri. Walaupun repotnya mungkin sama, tapi beban biaya bisa dibicarakan menjadi beban siapa. Kalau selalu ingin menjadi tuan rumah yang baik, ya setiap tamu kita yang tanggung biayanya. Mengenai kesan berlebihan, dimana angka 6 milyar untuk kunjungan sekitar 6 jam (yang saya baca sekitar 10 jam) menjadi relatif adanya. Coba bandingkan dengan hasil yang diperoleh dari kunjungan tersebut. Kalau maksud kunjungan hanya untuk memamerkan bahwa Indonesia bisa membuat helipad, maka 6 milyar sungguh mahal sekali. Kita mesti perhatikan juga bahwa yang datang ini seorang presiden negara adikuasa. Bill Clinton setelah turun tahta, setiap kali memberikan seminar juga dibayar mahal sekali, diatas tarif rata-rata pembicara seminar. Ini seorang presiden yang masih menjabat, datang berkunjung, apalah artinya 6 milyar atau sekitar US$650.000. Saya yakin bahwa hasil dari kunjungan ini akan mempunyai nilai lebih besar dari 6 milyar, yang diharapkan manfaatnya dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan oleh segelintir manusia "Indonesia". Kedatangan Bush tidak ada hubungannya dengan kasus-kasus yang sepertinya terlupakan. Bush tidak datangpun, kasus-kasus ini hanya akan menjadi pengisi halaman surat kabar saja. Kalau memang niat menyelesaikan kasus-kasus itu, 8 tahun adalah waktu yang cukup panjang. Majalah Playboy gak harus diributkan. Majalah yang sama panasnya juga banyak berkeliaran. Hanya kebetulkan majalan itu bernama Playboy saja maka dihebohkan. Situs porno di internet juga bebas diakses oleh siapa saja, usia berapa saja. Last but not least, janganlah kita mencampur adukkan semua masalah dalam satu wadah. Ibarat benang kusut, kita uraikan satu per satu. Janganlah heran bahwa di republik BBM masih banyak masalah yang tidak akan terselesaikan karena sepertinya masih banyak yang tidak tersentuh oleh hukum. Soal remisi yang wuah yang mencederai rasa keadilan, janganlah terlalu diherankan. Sebaiknya harus berbuat apa???? Kita outsource saja kepada negara lain untuk mengelola negeri BBM ini.
Kusno Suditomo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: [EMAIL PROTECTED] created by : Arief & Ira Pengantar : Untuk Budiadi Naomi, terima kasih atas opini saudara tentang topik Siapa suruh Bush ke Bogor ? lewat japri. Dibawah ini saya copypaste-kan agar rekan2 di milis Voxpop dapat membacanya pula. Sedikit tambahan kami, selama ini kesan yg dimunculkan dengan penyambutan Bush ini adalah : berlebihan ! 6 milyar dianggap pemborosan untuk kunjungan sebatas 6 jam saja. Tapi bila kita bercermin pada kehidupan rakyat kita sendiri, apakah demo rakyat untuk menentang kehadiran Bush ini juga sudah dirasa berlebihan ? Masyarakat dininabobokan selama lebih dari semingguan ini oleh aksi unjukrasa anti Bush, namun terlupakan dengan adanya peringatan tragedy bangsa sendiri ( Semanggi-Trisakti ), lupa bahwa ada sebagian anggota DPR yang plesir keluar kota dengan dana besar yang tidak transparan, lupa masih ada korban bencana alam di Aceh dan Yogya yang butuh bantuan, lupa bahwa ada yang tidak beres dengan remisi diskon Tommy Soeharto, lupa ada seorang yang rela bunuh diri demi dianggap keren oleh orang lain, dan saking banyaknya masalah di negeri ini, kita lupa untuk mengiventarisirnya dan mengatasinya. Wacana melulu. Btw, tahukah anda bahwa majalah Playboy Indonesia edisi November 2006 sudah beredar ? Tentu sampul depan majalahnya bukan gambar Bush, loch ! Fwd from : Budiadi Naomi [EMAIL PROTECTED] Kedatangan seorang presiden dari negara adidaya memang mempunyai dampak yang luar biasa. Pengamanan dilakukan secara ekstra ketat sehingga terkesan berlebihan. Menurut saya, keadaan seperti itu tidak harus dinilai sebagai sesuatu yang berlebihan. Sebagai negara adidaya, yang selalu merasa berada dalam ke khawatiran, tentu tidak percaya kepada siapapun kecuali kepada orang terdekat yang selama ini sudah terbukti kesetiaannya. Bisakah dibayangkan seandainya ada presiden negara adidaya yang tertembak di negara ini?. Lha wong mengamankan Poso saja sulitnya minta ampun. Sebagai orang awam, seandainya saya sebagai presiden amerika yang memang berkuasa, saya juga akan lebih mempercayai orang-orang saya untuk melakukan pengamanan. Apalagi kunjungan kenegara yang selama ini dicurigai sebagai jalur terorisme. Perlu diingat bahwa banyak anggota teroris yang berasal dari Indonesia seperti Hambali, Farouq dll, sehingga sebagai presiden mana bisa percaya begitu saja. Bahwa sang tamu membawa agenda terselubung, itu juga wajar. Apa gunanya sebuah kunjungan kenegaraan kalau tidak membawa agenda?. Kalau tanpa agenda tentu lebih tepat disebut plesiran, seperti yang dilakukan oleh anggota DPR negara BBM dalam kunjungan kerjanya ke Eropa disaat counterpart nya reses. Jadi agendanya memeriksa toko. Yang jadi masalah adalah bagaimana Indonesia menyikapi setiap agenda yang dibicarakan nantinya. Perlu diingat bahwa Indonesia sebenarnya berkeinginan untuk ikut menciptakan perdamaian abadi sesuai preambule UUD45. Masalah besar sebenarnya terletak pada Indonesia sendiri. Sebagai bangsa yang tidak cukup mempunyai kemampuan, sehingga dalam banyak hal masih sangat tergantung kepada negara lain. Yang dapat dilakukan hanya terima komisi atau bagi hasil saja. Akibatnya bargaining positionnya lemah. Semua proyek ditangani secara setengah-setengah atau pemikiran jangak pendek saja. Proyek terbaru adalah biodiesel. Kita lihat saja bahwa proyek ini akan hangat sebentaran lalu hilang begitu saja. Penggusuran pedagang kali lima, tidak seharusnya dibesar-besarkan. Seandainya kemakmuran negara ini benar-benar dipergunakan untuk seluruh rakyat indonesia, maka seharusnya tidak ada PKL disekitar KRB itu. Akibatnya tidak perlu ada penggusuran setiap kali kedatangan tamu penting. Angkot yang semrawut karena sebagian rute dialihkan juga bagian dari kesalahan kita sendiri. Seandainya ijin untuk angkot lebih tertib, maka kapasitas jalan berbanding sarana transport tidak berat sebelah. dst dst. Pokok permasalahan sebenarnya kalau dikaji ulang adalah berada pada kita sendiri yang salah urus negeri ini. &&& Untuk bergabung / berlangganan, silakan kirim email kosong via : [EMAIL PROTECTED] Saran, masukan, ide, kritik, maupun opini anda, mohon dilayangkan via japri ke : [EMAIL PROTECTED] Terima kasih. --------------------------------- Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com