Saya setuju jika sekularisme melindungi orang dari penindasan. Makanya, jika 
ada aturan yang dbuat sebuah negara yang mengaku sekuler tapi aturan itu 
menindas, perlu dipertanyakan ini negara sekuler atau fasis.

Saya belum merasa perlu menulis surat ke Kedubes Turki segala untuk informasi. 
Pendapat saya tentang Turki tak sepenuhnya keliru kok. Jadi, betulkan tak ada 
larangan bagi warga Turki perempuan untuk pakai jilbab dsb? Pembatasan 
dilakukan secara selektif, yaitu hanya di lembaga-lembaga pemerintahan, seperti 
Anda sebutkan. Meski, inipun bagi saya adalah tetap suatu diskriminasi. Jangan 
lupa, Mustafa Kemal adalah tokoh modernisasi Turki, bukan tokoh demokrasi 
Turki. Pemikirannya bisa modernis, tapiitu tak berarti ia demokratis.

Pakai loudspeaker keras-keras? Jangankan saya, orang Muslim sendiri banyak yang 
tak suka. Tapi, kita masih ngomong soal pelarangan bruqa di Belanda, kan? Bukan 
pelarangan loudspeaker di Belanda? 

manneke  


-----Original Message-----

> Date: Wed Nov 22 15:02:22 PST 2006
> From: "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [mediacare] Re:  Malaysia condemns Netherlands on proposed burqa 
> ban
> To: mediacare@yahoogroups.com
>
> Sekularisme di negeri-negeri barat memungkin orang dari berbagai bangsa dan 
> agama, termasuk Islam mendapat perlindungan baik dari segi ekonomi maupun 
> politik yang di negeri mereka, hal seperti ini tidak dijamin oleh negara. 
> Banyak muslimin dan muslimah yang terancam keselamatan jiwa,  termasuk 
> almarhum  Imam Khomeni dari Iran, diberikan perlindungan di negeri-negeri 
> sekular dan demokratis.  
> 
> Sekali ditekankan bahwa di Turki itu dilarang wanita memakai jilbab, burkha 
> etc dalam institusi atau badan pemerintah baik sipil maupun militer.  Bisa  
> ditambahkan bahwa di Turki dibatasi decibel suara loudspeaker dari mesjid, 
> jadi tidak seperti di Indonesia dikeraskan sekeras-kerasnya seperti Allah itu 
> sudah pikun dan tuli. Bukan itu saja malah Mesjid Biru [Blue Mosque] di 
> Istambul tidak dipakai sebagai tempat ibadah tetapi sebagai museum.  Untuk 
> tidak bertele-tele silahkan menulis surat meminta informasi dari perwakilan 
> Turki di dekat tempat kediaman Anda. Jawaban mereka hendaklah disirakan di 
> mailinglist ini.  
> 
> 
>   ----- Original Message ----- 
>   From: manneke 
>   To: mediacare@yahoogroups.com 
>   Sent: Tuesday, November 21, 2006 10:53 PM
>   Subject: [mediacare] Re: Malaysia condemns Netherlands on proposed burqa ban
> 
> 
> 
>   Ini saya pahami, tetapi sebaiknya kita juga tak buta pada berbagai 
> kontradiksi yang muncul dalam mewujudkan gagasan sekular ke dalam praktik. 
> Misalnya, melarang orang memakai model pakaian yang dipilihnya sendiri dengan 
> menggunakan sekluarisme atau kebebasa sebagai dalih bagi pelarangan itu. 
> 
>   Soal Turki, setahu saya kini tak ada larangan berjilbab. Yang ada adalah 
> pelarangan terhadap pemaksaan perempuan untuk berjilbab. Ini juga berlaku di 
> Maroko. Yang rada memaksa perempuan muslim berjilbab justru mungkin Malaysia.
> 
>   manneke
> 
>   -----Original Message-----
> 
>   > Date: Tue Nov 21 01:41:47 PST 2006
>   > From: "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]>
>   > Subject: Re: [mediacare] Re: Malaysia condemns Netherlands on proposed 
> burqa ban
>   > To: mediacare@yahoogroups.com
>   >
>   > Hendak dipahami bahwa sekular bukan berarti bebas sebebas-bebasnya tanpa 
> batas, seperti halnya juga dengan yang dikatakan cinta Allah.. Semua ini ada 
> batasnya. 
>   > 
>   > Peraturan dari reformasi yang dilakukan di Turki dibawah pimpinan Mustafa 
> Kemal Ataturk sampai detik ini masih berlaku. 
>   > 
> 
>   > ----- Original Message ----- 
>   > From: manneke 
>   > To: mediacare@yahoogroups.com 
>   > Sent: Tuesday, November 21, 2006 8:25 AM
>   > Subject: [mediacare] Re: Malaysia condemns Netherlands on proposed burqa 
> ban
>   > 
> 
>   > Sayangnya tahun 1920-an negara Malaysia belum lahir. Soal pembebasan 
> perempuan di Iran tahun 1930-an untuk tidak memakai cadar, ini tak sama 
> dengan pelarangan untuk memakai cadar. Kalau dibebaskan tidak sama sekali 
> berarti dilarang.
>   > 
>   > Tindakan penguasa-penguasa di Eropa yang mengaku sekuler tapi sebenarnya 
> fasis ini saya khawatirkan hanya akan membuat ramalan Huntington yang ngawur 
> itu menjadi sungguh-sungguh terwujud. Bukan Huntington-nya yang hebat, 
> melainkan mereka-mereka yang mau menjadikan ramalan itu sebagai 
> self-fulfilling prophesy. Kita mesti mulai belajar fair dan mau mengakui 
> kenyataan bahwa Eropa memang Islamofobik dan masih sangat Erosentris, 
> sebagaimana juga terbukti dengan keberatan mereka akan masuknya Turki dalam 
> EU.
>   > Fanatisme religius bisa sangat mengerikan, tetapi demikian pula halnya 
> dengan fanatisme terhadap sekularisme.
>   > Dan kita belum menjawab pertanyaan: "mengapa orang bertelanjang badan dan 
> berpakaian minim dibebaskan, sementara orang yang hendak menutup kepalanya 
> dengan jilbab dilarang? Alasan bahwa menutupi wajah bisa membahayakan 
> keamanan publik yang diajukan Verdonk jangan-jangan juga akan bisa ditarik 
> lebih jauh lagi: berpakaian juga membahayakan keamanan publik (karena kita 
> tak tahu apa yang ada di balik pakaian), jadi memakai pakaian dilarang. Sama 
> kan jalan pikirannya?
>   > Inikah yang namanya "sekularisme"?
>   > 
>   > manneke


Kirim email ke