Ledakan gas di “ground zero” Lapindo ternyata menjadi episode baru gonjang-ganjing siapa yg musti bertanggungjawab ( baca : disalahkan ! ) ? Sasaran tembak utama apalagi kalo bukan Aburizal Bakrie, sang Menko merangkap pemilik grup Bakrie. Kontroversi penjualan saham perusahaan Lapindo yg tadinya dikuasai anak perusahaan Bakrie ke perusahaan “asing” memang menuai komentar, terutama soal adanya kongkalikong untuk mengoper “tongkat estafet” responsibilitas. Mungkin tumbal yg harus diambil oleh bung Ical ini adalah mundur dari jabatan di pemerintahan. Atau secara berseloroh, mungkin aura “Ical” nggak terlalu bagus untuk kelangsungan “fengshui”-nya kabinet SBY-JK jadi mestinya kudu legowo kalau alam pun tak menghendaki bung Aburizal terus keukeuh bertahan menjadi pejabat negara. Coba donk suruh si gendheng “menyantet” kawasan Lapindo biar lumpurnya merendam lagi ke perut bumi, jangan bisanya potong leher ayam terus dimakan darahnya aza, pamer aksi fear factor segala. Semedi gitu di pinggir kubangan lumpurnya sambil lempar2 sesajen. Atau jangan2 musti “disuap” dulu dengan segepok duit puluhan ribu dollar untuk sekedar rasa nasionalisme. Saya heran, kok lembaga2 seperti Departemen Agama, MUI, NU, Muhammadiyah, MMI, FPI, sampai PKS nggak ada nyalinya untuk memprotes keras tindakan musyrik yang dipertontonkan ke depan banyak masyarakat seperti ini ? http://www.kompas.co.id/ver1/Hiburan/0611/24/065259.htm ===================== KOTA,WARTA KOTA- Paranormal Gendeng Pamungkas mengaku menerima 10.000 dolar AS (sekitar Rp 90-an juta) dari utusan Presiden AS George W Bush. Uang itu merupakan kompensasi pembatalan santet terhadap Bush. Pemberian uang itu dilakukan di sebuah restoran di Bogor, Jumat (17/11) atau tiga hari sebelum kedatangan Bush ke Indonesia. "Saya bertemu dengan enam orang. Mereka adalah paranormalnya Bush," ujar Gendeng. Dalam pertemuan itu, ujar Gendeng, mereka mengatakan, Amerika Serikat memang negara yang sudah maju. Tetapi mereka memahami keberadaan dunia klenik terutama santet (vodoo). Oleh karena itu, salah seorang dari mereka yang menjadi juru bicara meminta agar Gendeng membatalkan niatnya untuk menyantet Bush. "Pokoknya saya diminta agar tidak jadi menyantet Bush," ujar Gendeng yang dihubungi melalui telepon, tadi malam. Menurut Gendeng, Presiden AS itu separuh percaya dan separuh tidak. "Kata orang yang menemui saya itu, Bush bergetar karena vodoo saya. Karena yang saya lakukan adalah bukan ritual santet Indonesia tapi vodoo asal Haiti. Vodoo mengandung darah ular hitam, burung gagak, dan campuran darah saya. Ada juga bantuan teman saya di kamar mayat, jadi ada darah korban bunuh diri, darah korban kecelakaan," ujarnya. Nah, kata Gendeng, orang-orang Bush itu memintanya agar membatalkan santet terhadap Bush. Tetapi Gendeng menolak. Dia mengatakan akan tetap melakukan ritual namun sebatas mengupayakan agar Bush tidak betah di Indonesia. "Saya juga tetap melakukan ritual agar pada saat Bush datang disambut dengan hujan dan petir. Ternyata itu terbukti," katanya. Setelah pembicaraan alot, akhirnya kedua belah pihak sepakat kalau santet (vodoo) dibatalkan. "Sebagai imbalannya saya diberi 10000 dolar AS ditambah pemberian dari pejabat tinggi Indonesia," katanya. "Totalnya ada Rp 100-an juta lebihlah," tambah Gendeng sambil tertawa ngakak. Harus loncat Hal yang paling menarik dari pertemuan di restoran itu adalah, keinginan orang-orang Bush tersebut untuk mengundang Gendeng Pamungkas ke Amerika Serikat. "Saya diundang mereka untuk datang ke AS bulan Januari nanti," kata Gendeng. Di Amerika, Gendeng akan memaparkan soal ilmu-ilmu vodoo yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. "Soal paspor dan tiket akan diurus oleh mereka," ujar Gendeng. Ketika ditanya mengapa Bush meloncat dari mobil saat tiba di Istana Bogor, Senin (20/11), Gendeng mengatakan bahwa hal itu sudah menjadi keharusan bagi suami Laura tersebut. "Itu sebagai syarat agar Bush selamat," katanya. Sebelum turun dari mobil, Bush dibisiki oleh orangnya agar turun dari kendaraan dengan loncat dua kaki. "Dan ini sesuai dengan santet vodoo yang saya pelajari dulu di Haiti, bahwa cara itu merupakan penolakan santet saya, yakni dengan menghentakkan kaki ke tanah," tambahnya Gendeng. Tetapi mengapa Anda begitu bernafsu menyantet Bush? "Saya lakukan ini untuk nasionalisme saya. Sebenarnya saya mau kerahkan massa tolak Bush, tapi saya tidak punya massa. Akhirnya ada pertemuan dengan mereka (paranormal Bush). Saya ditawari sesuatu. Pertama, tukar informasi soal vodoo. Yang kedua, jujur saja, saya dapat duit," katanya. Rencananya, bagaimana cara menyantet Bush? Dituturkan Gendeng, sebelum melakukan ritual vodoo dengan sasaran Bush, dia melakukan beberapa penyerangan. Mula-mula minta petir dan hujan, lalu membuat Bush tidak mendarat di Kebun Raya Bogor. "Lalu saya membuat pasukan Paspampres Bush kesurupan. Dan terakhir, membuat Bush tidak betah lebih satu jam. Namun jujur saja, dua yang terakhir itu gagal," katanya. Kegagalan itu, kata Gendeng, karena ada tekanan agar dia tidak membuat santet terhadap Bush dan pengawalnya. "Akhirnya saya bilang ke mereka, saya hanya lakukan ritual turun hujan dan petir, dan itu terbukti. Hujan dan petir menyambut Bush. Ternyata ada yang tertabrak limusin juga. Tapi kebanggaan saya, Bush tidak mendarat di Kebun Raya Bogor tapi di GOR Padjadjaran. Itu juga berhasil," ujarnya. (Persda/tat) Sumber: Warta Kota
--------------------------------- Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!