Saya merasa inilah saatnya kita memperbaiki kinerja Media Massa, 
terutama Televisi. Sebetulnya kalo kita melihat dengan jeli, masih 
banyak tayangan-tayangan televisi yang dapat merugikan masyarakat 
kita, terutama mempengaruhi cara pandang, budaya dan gaya hidup. 

Ini baru tayangan Smack Down, belum lagi tayangan-tayangan sinetron, 
infotainment, dll. 

Saya berpandangan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka 
menurut saya KPI hendaknya dapat diberikan kewenangan menilai apakah 
tayangan tsb layak atau tidak, setelah diperhitungkan dampak negatif 
vs positifnya di masyarakat. Memang kita tidak ingin kembali ke masa 
lalu, dimana media terlalu dikendalikan pemerintah. Tetapi apakah 
dengan kebebasan pers sekarang kondisi moral dan mental kita lebih 
baik. Apakah kita rela mengorbankan generasi bangsa kita? Marilah 
kita renungkan dengan jernih. 

Menurut saya harusnya ini harus menjadi bahasan-bahasan yang serius 
di tingkat elit dan tokoh-tokoh pengambilan kebijakan di negeri ini. 
Ini juga harusnya sudah menjadi landasan berpikir kita tentang 
PERTAHANAN NEGARA, sebagai salah satu potensi ancaman negara yang 
datang secara perlahan, tidak kelihatan tetapi sangat mematikan. 

Terima kasih. 

ALIHUSNI

--- In mediacare@yahoogroups.com, "Wido Q Supraha" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Anak Anggota DPRD Balikpapan Jadi Korban 'Smack Down'
> 
> BALIKPAPAN-MIOL: Satu lagi anak-anak jadi korban setelah menonton 
gulat
> bebas ala Amerika smack down. Fikro Haq Qurrota A'yun, 7, putera 
seorang
> anggota DPRD Balikpapan dikeroyok temannya dengan meniru gaya 
membanting
> seperti tontonan di televisi itu.
> Ali Mansyur, ayah korban yang juga anggota dewan dari PKS di 
Balikpapan,
> Rabu, mengatakan bahwa anaknya mengalami patah bagian paha 
kanannya. Selain
> itu, dari hasil rontgen rumah sakit pada selangkangan anaknya 
terjadi
> perenggangan hingga lima milimeter. Bahunya pun mengalami cedera 
akibat
> terkilir.
> Fikro sendiri baru dirawat di rumah sakit pada Senin (27/11), 
setelah
> sebelumnya difisioterapi dan tidak memberikan hasil. Sementara 
kejadiannya
> pada hari Senin (20/11).
> Fikro tampak terbaring lemah di ruang Sungkai Rumah Sakit Tentara 
(RST) Dr R
> Hardjanto dengan kaki kanan di-gips serta masih diinfus pada 
pergelangan
> tangan kirinya.
> "Kami tidak tahu kejadian ini sebelumnya. Selama seminggu itu dia 
(Fikro),
> tidak mengeluh, mungkin menahan rasa sakitnya," kata Ali.
> Menurut pengakuan Fikro yang bersekolah di SDIT Auliya kepada 
orang tuanya,
> awal kejadian saat dia sedang membaca buku, tiba-tiba salah 
seorang temannya
> menindas dari belakang. Karena bobot kawannya yang lebih besar, 
akhirnya
> Fikro jatuh terlentang.
> Tidak jauh dari tempat Fikro terlentang ada dua kawannya 
mengganggap sedang
> melakukan adegan smack down. Akhirnya mereka juga ikut nimbrung 
dengan cara
> menginjak kaki Fikro.
> Menanggapi hal ini Kapolresta Balikpapab AKBP Gde Sugianyar Dwi 
Putra
> mengatakan ini merupakan contoh korban salah satu tayangan 
televisi maupun
> permainan pada playstation.
> "Ini merupakan fenomena gunung es untuk segera diatasi. Karena 
dampaknya
> cukup besar terhadap perilaku anak. Ini butuh perhatian orangtua, 
guru serta
> pihak televisi swasta untuk menghentikan tayangan berbau 
pornografi,
> pornoaksi maupun kekerasan," imbuh dia. (Ant/OL-03)
> 
> ---------------------------------
>


Kirim email ke