Pak Satrio, komentar sedikit ya:

TKW adalah kepanjangan dari Tenaga Kerja Wanita (Saya kira Pak Satrio pasti
tahu). Dari tulisan ini, saya mencoba menerka bahwa Pak Satrio sedang
menceritakan tentang Pekerja Rumah Tangga asal Indonesia di Yunani. Ada
semacam "politik bahasa" bahwa TKW selalu dikaitkan dengan PRT padahal tidak
selalu dan tidak perlu demikian. Saya juga mengamati bahwa dari pihak
pemerintah juga kerap mengunakan kata yang berasosiasi dengan "kelompok
orang" sebagai pengganti dari "profesi". Saya rasa ini 'misleading'. Mudah
mudahan para wartawan tetap menggunakan kata-kata dalam Bahasa Indonesia
dengan bijak.

Terimakasih,
Yuyun


On 11/29/06, Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

BERDANSA DENGAN TKW DI ATHENA

Oleh Satrio Arismunandar
(News Producer – Trans TV)

Tugas sebagai wartawan yang meliput berita, terkadang banyak cerita
sampingannya. Entah mau dinilai positif, ataupun negatif. Itu saya alami
ketika bertugas meliput obyek-obyek pariwisata di Athena, Yunani, pada 25
Oktober – 4 November 2006. Saya selaku news producer, didampingi Lestariana
Sinaga alias Tary (reporter), dan Vincentia Yunita alias Ipung (camera
person).

Ceritanya, ketika sedang mengambil gambar di salah satu alun-alun kota tua
dan eksotis tersebut, kami bertemu dengan sejumlah tenaga kerja wanita (TKW)
asal Indonesia, yang bekerja di Yunani. Ngobrol punya ngobrol, ternyata ada
sekitar 300-400 TKW yang mencari nafkah di sini. Gaji mereka cukup lumayan
untuk ukuran Indonesia. Minimal tiap bulan mereka bisa mengantongi bersih
500 – 600 euro, atau sekitar Rp 6 juta. Wow! Lebih besar dari gaji sebagian
besar wartawan di News Trans TV.

Tary, Ipung dan saya sepakat, kehidupan para TKW di Yunani ini menarik
dijadikan bahan liputan. Kalau kisah TKW di negara Arab, Malaysia, atau Hong
Kong, sudah cukup banyak diketahui. Tapi kehidupan TKW di Yunani amat jarang
diliput, dan tingkat pendapatan mereka tampaknya jauh lebih baik ketimbang
TKW kita di negeri-negeri lain. Perlakuan kaum majikan Yunani kepada mereka
pun sangat baik. Tidak pernah terdengar kasus pemukulan, penyiksaan atau
pemerkosaan terhadap TKW asal Indonesia. Rupanya masalah penegakan hukum dan
HAM cukup baik di negeri anggota Uni Eropa ini.

Kami diberitahu bahwa akan ada acara halal-bihalal di KBRI Athena pada
hari Minggu, 29 Oktober. Pada hari libur itu, para warga Indonesia di
Athena, yang mayoritas bekerja sebagai TKW, akan berkumpul di KBRI. Mengapa?
Karena hari libur (Sabtu dan Minggu) adalah hari yang paling memungkinkan
mereka berkumpul dan bersilaturahmi.

Kami berniat meliput acara itu, maka kami pun datang ke KBRI hari Minggu
siang. Wah! Ternyata sudah sangat ramai. Ruang aula KBRI penuh sesak, tak
sanggup menampung para warga RI. Acara dimulai dengan sambutan, doa, dan
ritual saling maaf-memaafkan yang biasa. Sebagai tamu, oleh pihak KBRI, saya
dipersilakan duduk di jajaran kursi depan. Sementara Tary dan Ipung
melakukan tugasnya meliput acara. Akhirnya, tibalah acara hiburan.

Musik pun dimainkan dengan lagu Poco-Poco. Seorang TKW berambut panjang
dan temannya yang lain, dengan semangat langsung turun berdansa di panggung.
Kalau melihat caranya berdansa, tampaknya dia cukup sering berdansa. Suasana
jadi makin meriah.

Eh, Pak Andre, salah satu staf KBRI berseru: "Rekan dari Trans TV! Ayo,
jangan malu-malu! Silahkan ikut berdansa!" Yang dimaksud "rekan dari Trans
TV" itu adalah saya, karena Tary dan Ipung sedang ada di pinggiran,
mengambil gambar dan mencatat.

Si TKW yang gaya dansanya cukup dinamis itu langsung menarik-narik tangan
saya, agar turut berdansa! Celaka! Apalagi staf KBRI yang lain ikut
memanas-manasi. "Ayo! Ayo! Jangan malu-malu!" Sementara itu dua atau tiga
TKW lain sudah turun pula ke lantai dansa. Suasana makin riuh. Tapi belum
ada satu cowok pun yang turut berdansa.

Di sinilah akhirnya, saya berpikir, batas hubungan antara wartawan dan
nara sumber makin menipis. Teori bahwa wartawan harus "menjaga jarak" dengan
urusan para nara sumber, sulit saya pertahankan.

Pertama, suka atau tidak, faktanya saya adalah tamu di KBRI, walaupun
kedatangan saya sebetulnya untuk maksud meliput acara halal-bihalal. Sebagai
tamu, ada dorongan untuk menghormati atau bersopan santun dengan pihak tuan
rumah. Rasanya kurang sreg kalau terus-menerus bersikap kaku dan tidak
membaur.

Kedua, saya tidak ingin ada kesan di kalangan para TKW ini, yang notabene
merupakan mayoritas warga RI yang tinggal di Athena, bahwa "wartawan Trans
TV merasa dirinya terlalu tinggi untuk menari atau turut bergembira bersama
para TKW." Manusia kan pada dasarnya sama saja, apapun status sosialnya.
Entah dia Producer Trans TV atau TKW.

Maka, akhirnya, saya pun ikut menari bersama para TKW. Setelah saya
"turun", barulah ada cowok lain, tampaknya seorang pekerja swasta Indonesia
di Yunani, yang juga turut menari. Saya menari sebisanya dengan gaya disco
tahun 1970-an, meski musiknya berirama Poco-Poco, larena memang cuma gaya
itu yang saya bisa! Saya terus menari bersama para TKW, sampai lagu itu
habis.

Seusai acara menari itu, Ipung berkomentar positif. Katanya pada saya:
"Karena elu tadi mau ikut berdansa, hal itu telah membuat breaking the ice
(maksudnya: mencairkan suasana)." Suasana jadi lebih akrab, tidak kaku dan
berjarak seperti awalnya. "Ah, apa iya?" ujar saya, kurang yakin.

Tapi, percaya atau tidak, berdansa dengan para TKW menjadi salah satu
pengalaman berkesan buat saya, dari liputan jurnalistik ke Yunani. Tentunya,
selain melihat keindahan Acropolis dan peninggalan peradaban Yunani kuno,
yang sudah ribuan tahun usianya itu…. ***




____________________________________________________________________________________
Do you Yahoo!?
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.
http://new.mail.yahoo.com


Web:
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/

Klik:

http://mediacare.blogspot.com

atau

www.mediacare.biz

Untuk berlangganan MEDIACARE, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links




Kirim email ke