Justru pertanyaan lain yang menarik adalah apakah budaya Indonesia itu ada,
dalam arti budaya (nasional) Indonesia? sehingga parameter untuk menetukan
penghambat kemajuan atau tidak itu bisa dilihat dengan jeli. Dalam kontek
pilihan sistem negara, sekular atau agama itu tidak bisa dijadikan patokan
sebagai yang mewakili budaya Indonesia, karena keduanya hanyalah pilihan
tentang sebuah model sistem negara. Saya lebih suka jika mengatakan bahwa
budaya Indonesia adalah keragaman itu sendiri dengan tanpa mengecilkan
berbagai renik budaya yang ada di seantero Indonesia. nah berbagai renik
itulah yang kemudian bertarung (berkontestasi) untuk mendaku sebagai yang
lebih identik dengan keindonesiaan.
Di samping itu, asumsi tentang kemajuan itu pun perlu direnungkan ulang.
standar apa yang bisa dipakai untuk mengatakan bahwa bangsa itu maju atau
tidak? apakah kemajuan itu dalam kerangka modernisasi yang selama ini
berhembus dari Barat, atau kemajuan dalam perspektif yang lain? Misalnya,
ketika orang yang berpendidikan tinggii dan dengan itu bisa mengembangkan
teknologi canggih lalu diidentikkan dengan kemajuan, lalu bagaimana dengan
berbagai kehidupan komunitas lokal di indonesia yang justru menolak
pendidikan modern, karena bagi mereka kemajuan bukanlah terletak pada itu
semua melainkan lebih terletak pada kearifan untuk menghargai sesama dan
kehidupan alamnya.



On 12/5/06, Danny Lim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>    Pak Kartono dan rekans milis,
>
> Saya setuju bila dikatakan bahwa orang Indonesia menjadi "serba canggung
> dan tidak berani mengambil langkah-langkah besar untuk memajukan dirinya."
> Kecanggungan itu diakibatkan adanya ketidak-pastian status Indonesia
> sendiri. Apakah Indonesia negara SEKULER atau negara AGAMA? Kita tidak bisa
> bilang Indonesia negara sekuler sebab di UUD RI pasal 29 jelas tercantum
> "Ke-Tuhan-an yang Maha Esa". Tapi Indonesia sendiri juga menolak bila
> dikategorikan sebagai negara agama. Jajak pendapat di Indonesia belum lama
> ini menunjukkan mayoritas orang Indonesia memilih Pancasila ketimbang
> Sharia. Namun pada gilirannya sila pertama Pancasila berbunyi "Ke-Tuhan-an
> Yang Maha Esa", jadi kembali lagi ke negara agama. Jadi begitulah yang
> saya lihat, Indonesia berputar-putar di tempat tidak dapat meloloskan diri
> dari lingkaran setan yang dibuatnya sendiri, yaitu keraguan untuk menetapkan
> diri sendiri sebagai sekuler atau agamis?
>
> Namun budaya/ketegaran orang Vietnam merupakan fenomena lain, betul-betul
> patut dipelajari oleh orang Indonesia, terutama generasi mudanya. Negara
> seupil Vietnam mampu menaklukkan negara akbar Amerika? Kita patut
> mengacungkan dua jempol tangan kita untuk Vietnam. Bandingkan negara seupil
> Belanda yang juga mampu menaklukkan negara akbar Hindia-Belanda. Kita mesti
> mengacungkan juga dua jempol buat Belanda, bukan begitu?
>
> Sebuah diskusi yang menarik dan bermanfaat, mudah-mudahan tumbuh budaya
> INTROSPEKSI pada bangsa-bangsa akbar AS dan Indonesia, bahwa negara-negara
> upil tidak bisa dipandang remeh, mereka yang upil juga mampu berbuat akbar.
> Seruan saya ke pada negara-negara akbar AS dan Indonesia, jangan mau kalah
> dari negara-negara upil Vietnam dan Belanda. Sukses ya, merdekaaaa .... !!!
>
> Salam hangat, Danny Lim, Nederland
>
>
>
> ----- Original Message -----
> *From:* Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]>
> *To:* [EMAIL PROTECTED]
> *Cc:* mediacare@yahoogroups.com
> *Sent:* Saturday, December 02, 2006 2:34 PM
> *Subject:* Re: [KincirAngin] Apakah Budaya Indonesia Menghambat Kemajuan?

Kirim email ke