Memang justifikasi murahan seperti itu yang selalu mengagetkan saya: 
"berpoligami dengan tujuan untuk menghindari zinah." Kok enak betul, ya? lalu 
di mana letak tanggung jawab dan komitmen pada istri pertama? Tak masuk 
hitungankah?

Tak mungkinlah kalo orang masih cinta betul pada istrinya akan mengambil istri 
baru. Kalo ambil istri baru, berarti cintanya sudah di-transfer ke istri baru. 
Tak ada keadilan di sini. Preferensi sudah dialihkan ke daun muda. Sangat 
simple dan gamblang.

manneke


-----Original Message-----

> Date: Thu Dec 07 06:59:27 PST 2006
> From: "RM Danardono HADINOTO" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [mediacare] Re: Istri Kedua Aa Gym?
> To: mediacare@yahoogroups.com
>
> Begitulah bung Manneke, kalau tingkat peradaban banyak pria masih 
> setingkat syahwat. Perkawinan mengandung unsur pemenuhan kodrat 
> sexual, tetapi masih mempunyai banyak fungsi luhur lainnya, yakni 
> mendapatkan keturunan, membangun keluarga yang bathiniah dan lahiriah 
> seimbang dan bahagia.
> 
> Seringkali saya dengar argumentasi "Tak boleh polygami? lha daripada 
> ke pelacur atau punya simpanan?". Seolah hanya ini alternatif mereka.
> 
> kasihan.
> 
> salam
> 
> danardono
> 
> 
> 
> 
> --- In mediacare@yahoogroups.com, manneke <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > 
> > Oh, gitu toh landasan pemikirannya. Yah, gak heranlah. Tapi, apakah 
> fungsi penyaluran nafsu adalah fungsi UTAMA dan TERPENTING dalam 
> pernikahan? Kalo begitu, tiap kali nafsu, boleh dong menikah lagi? 
> Dan, kasian banget perempuan yang dinikahi hanya untuk penyaluran 
> nafsu, ya?
> > 
> > Kedua, apa belum cukup nafsu ini "disalurkan" pada satu orang saja 
> yang sudah jadi istrinya? Apa mesti "diumbar" ke banyak perempuan--
> entah lewat nikah ganda atau selingkuh?
> > 
> > manneke
> > 
> > 
> > -----Original Message-----
> > 
> > > Date: Tue Dec 05 23:28:37 PST 2006
> > > From: "gedehc" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > Subject: [mediacare] Re: Istri Kedua Aa Gym?
> > > To: mediacare@yahoogroups.com
> > >
> > > Salah satu fungsi nikah MEMANG menyalurkan nafsu. Salurkan atau
> > > kanalkanlah nafsu itu di jalan yang etis. Lebih bagus lagi, tidak
> > > hanya etis menurut budaya, tetapi menurut hukum agama. Hanya saja,
> > > hukum dalam setiap agam itu berbeda-beda. Dalam Islam, ya .....
> > > silakan berpoligami. Kalau non-Islam.... ya... silakan juga 
> monogami
> > > atau yang lainnya.
> > > 
> > > Mas,poligami itu semacam kaca jendela di bis malam. Kalau tidak 
> ada
> > > kondisi daerurat, misalnya kebakaran di dalam bis, jangan 
> dipecahkan.
> > > Tetapi kalau darurat, silakan saja dipecahkan agar tidak 
> mendapatkan
> > > keburukan yang lebih besar.
> > > 
> > > Para poligamis, yaitu pelaku poligami yang kaya tidak sertamerta 
> bisa
> > > mudah menyalurkan hasrat seksnya. Aturannya tetap saja empat 
> orang,
> > > maksimum. Lebih dari itu, tak ada balasan selain dosa. Jadi, yang
> > > sudah "tunjuk" gadis belia harus pula mampu memberikan pendidikan,
> > > menyekolahkan kalau masih belum S1, S2, atau S3. Juga harus mampu
> > > mendidik anak-anaknya dengan pendidikan agama. Tak sekadar sekolah
> > > formal. 
> > > 
> > > Mas, panjang sekali kalau saya jawab langsung. Lebih baik lewat
> > > artikel saja agar lebih leluasa dan lengkap.
> > > 
> > > Sekian dulu.
> > > Salam.
> > > 
> > > Gede H. Cahyana
> > > http://gedehace.blogspot.com

Kirim email ke