Sekedar berbagi perenungan.....

Pernahkah kita menyelami bagaimana perasaan anak-anak yang ayahnya menikah 
lagi? Apalagi pernikahan tersebut terjadi pada saat mereka belum mandiri, masih 
butuh support mental dan arahan spiritual agar kuat dalam mengarungi arus 
kehidupan.

Pernahkah kita coba merasakan bagaimana menjadi mereka yang butuh kebersamaan 
dari sisa-sisa waktu ayahnya, kemudian dari waktu yang tersisa tersebut akan 
terbagi dengan rumah tangga yang lain bahkan akan terbagi dengan anak-anaknya 
di tempat lain.

Siapakah yang egois? Anak-anak kita yang tidak menerima ayahnya menikah lagi 
kah? Atau kita sebagai orang tua yang "merasa" sanggup berlaku adil yang 
menggunakan ayat Allah dan Sunnah Rasul sebagai keputusan berpoligami? Kalimat 
Allah saja dengan bijaksananya mengatakan : "...... kemudian jika kamu takut 
tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah seorang saja..." QS An-Nisa (4) : 
3. Sayangnya kita sudah merasa mampu berlaku adil.... :( 

Salam
Ermalen Dewita
www.lembaga-cerdas.blogspot.com


Kirim email ke