Ya, saya setuju dengan Roslina,

Kaligrafi sebetulnya berkenaan dengan sistem tulisan. Makna 
harafiahnya adalah tulisan indah. Di Indonesia memang terjadi salah 
kaprah seolah kaligrafi hanya milik masyarakat Islam, padahal tidak 
begitu.

Dalam sejarah tulisan di muka bumi ini, ada tiga sistem tulisan besar 
yang mengembangkan seni kaligrafi:  kaligrafi tionghoa (teramasuk 
Jepang, Korea), kaligrafi latin (barat), dan kaligrafi arab. 
Kaligrafi, bahan dasarnya tulisan, jadi yang dirujuk adalah sistem 
tulisan yang dipakai, yakni tulisan tionghoa, tulisan latin, dan 
tulisan arab. Periode Islam, memang banyak mengembangkan kaligrafi 
karena adanya larangan untuk menggambar bentuk2 realistik. Jalan 
keluarnya ya berekspresi dengan kaligrafi, walau kemudian banyak juga 
kaligrafi itu meniru gambar realistik. 

Jadi yang perlu ditegaskan budaya atau dalam hal ini tidak bisa 
dikatakan budaya Arab identik dengan Islam. Sistem tulisan hanya 
salah satu unsur budaya Arab, yang bisa saja dipakai oleh kalangan 
non Islam.


Sther


--- In mediacare@yahoogroups.com, Roslina Podico <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saudara Budi,
> 
> saya benar-benar jadi tertawa kecut membaca ulasan anda di bawah 
ini. 
> Terkesan setidak-tidaknya anda sendiri adalah pengecut dan berusaha 
> mengungkung orang lain dalam ruang yang tertutup. Selain itu, dari 
> contoh orang yang membeli kaligrafy Islam itu, anda melukiskan 
betapa 
> naif dan lugu, kalau tdk bisa dibilang bodoh para penganut Islam 
itu 
> (maaf ini benar-benar hanya ditujukan kepada Islam di mata sdr. 
Budi). 
> Seseorang ingin menghias rumahnya dengan kaligrafi Arab, walaupun 
ngak 
> mengerti apa isi dan makna kaligrafi itu????????????????????????
> 
> Bahasa Arab dijadikan symbol Islam atau hanya milik Islam semata. 
Symbol 
> dijadikan kwalitas rohani, kwaliitas rohani didasarkan pada sebuah 
> ajaran yang samar. Samar sebab sipemeluk ajaran tak mampu membaca 
> apalagi mengerti apa yang diajarkan berdasarkan tulisan yang 
menjadi 
> referensi bahkan dasar pengajaran itu.
> 
> Sebaliknya benarkah bahasa Arab itu hanya milik orang Islam? Saya 
> pribadi mengenal orang Sirya, Iran, Libanon, Palestina, Jordania, 
> apalagi Mesir dan negara-negara di Afrika utara  beraga Kristen dan 
> menggunakan B.Arab. Mereka ini pastilah menggunakan Alkitab dalam 
B.Arab 
> juga. tujuannya agar pemeluk ajaran Kristen itu tidak buta ayat dan 
> salah tafsir. Memilih agama berdasarkan kesadaran tingkat 
> intelektualnya. Sebagaimana ayat-ayat Alkitab ditulis dalam 
berbagai 
> bahasa, apakah kalau Alkitab ditulis dalam B.Arab di Indonesia, 
langsung 
> dianggap pemurtadtan?
> 
> Alangkah dangkal keimanan Islam yang anda gambarkan, hanya dengan 
> membaca ayat Alkitab mereka bisa meninggalkan agamanya.
> 
> Secara theologis adakah yang salah dalam ayat-ayat ini?
> 
> (Mat 6:9)  Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, 
> Dikuduskanlah nama-Mu,
> 
> (Mat 6:10)  datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi 
seperti 
> di sorga.
> 
> (Mat 6:11)  Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang 
secukupnya
> 
> (Mat 6:12)  dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami 
juga 
> mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
> 
> (Mat 6:13)  dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi 
> lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang 
empunya 
> Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
> 
> Mungkin anda akan aberkata: Masya Allah disebut Bapa. Kenapa tidak? 
> Panggilan Bapa itu bukan hanya akrab tetapi juga KEHORMATAN bukan? 
> Bukankah orang yang tertinggi di Indonesia dipanggil Bapak atau 
Bapa ? 
> Dan bukankah Allah itu dekat dengan orang yang saleh dan suci 
hatinya?
> 
> Kami menemukan kaligrapi yang sama di Jerusalem, menghiasi piring 
> pajangan. Tentu penjualnya adalah orang Palestina. Perlu saya 
tandaskan, 
> penduduk mayoritas, alias asli Jerusalem (Al Qud) itu adalah orang 
> Jahudi, Palestina (Arab) dan Armenia. Mereka itu minimal menguasai 
3 
> bahasa tersebut ditambah B.Inggris. Bahkan oleh karena kota ini 
adalah 
> kota tua (lebih dari 4000 thn. para ilmuawan disana juga lamncar 
bahasa 
> Latin dan Junani). Kami bangga membeli piring pajangan itu dan 
> menghadiahkankannya pada teman-teman kami yang menguasai bahasa 
Arab dan 
> menyukai piring pajangan itu sebagai soufenir. Misalnya kami 
memberinya 
> kepada sahabat kami, seorang professor muda dari Mesir. Bukan di 
> Indonesia, jangan pula di salah tafsir, saya penyebar kaligrafy 
ini, 
> saya tahu itu bisa menyangkut nyawa saya. Bukan karena saya takut 
mati, 
> hanya karena bukan saya yang lakukan itu di Indonesia.
> 
> Dugaan saya, kaligrafy dimaksudkan pajangan itu telah dicopy 
> mentah-mentah seorang bisnis. Business man ini bisa saja Islam, 
Kristen, 
> Atheis, missinya adalah UANG? Mengetahui bahwa umumnya penduduk 
> Indonesia beragama Islam dan mayoritas dari pemeluk agama Islam 
> Indonesia itu tdk bisa membaca tulisan Arab, termasuk si Business 
man, 
> maka tersebarlah pajangan demikian dipasaran. Buku-buku maupun 
> pajangan-pajangan dalam B.Arab yang sebenarnya berisi ajaran 
Kristenpun 
> oleh si pelayan Toko Buku, diklasifikasikan di kumpulan atau rak 
> buku-buku islamiah, alasannya sama, sebab segala sesuatu yang 
Arabis 
> dianggap milik Islam.
> 
> Lebih menyedihkan lagi anda telah menghimbau para tokoh Islam dan 
Ulama 
> terkemuka MUI mencabut  *Ensiklopedi Alquran*
> dari peredarannya, hanya berdasarkan gambar yang "bernada 
kristiani" 
> bukan berdasarkan kwalitas isinya.
> 
> Untuk mempersingkat komentar saya, saya akhiri saja dengan mengutip 
> tulisan dibawah:
> Walhasil, ?Buku ini sangat patut dibaca untukmemahami siapa 
sesungguhnya 
> yang tidak toleran?? tulis Husein Umar, Ketua Umum Dewan Dakwah 
> Islamiyah Indonesiapada cover belakang.
> 
> Anjuran saya didiklah umat *berpengetahuan *yang benar dan kokoh, 
> kemudian biarkan mereka menggunakan hak mereka secara bebas. Kita 
tidak 
> hidup di zaman patriakhal atau diktator lagi melainkan demokrasi 
dan 
> globalisasi. Persiapkan, bekali umat menghadapi segala pengaruhnya. 
> Itulah cara yang tepat.
> 
> NB.
> Jangan selalu mengkambinghitamkan kristen, jika ada hal-hal yang 
> mengusik Alquran dan ajarannya. Iman orang kristen juga banyak 
ditentang 
> dan berusaha diselewengkan, termasuk dari mereka yang menyebut diri 
> kristen. Saya telah mendengar, tapi belum pernah bertemu dengan 
mereka, 
> bahwa di Jakarta, ada sekelompok yang mengaku kristen. Mewajibkan 
> pengikutnya mengenakan jilbab dan salib bersamaan. Merekapun 
mencampur 
> liturgi atau ritual antara ajaran Islam dan Kristen dalam 
menjalankan 
> ibadahnya. Bukan hanya itu, nyanyian-nyanyian maupun melodinya 
berbau 
> Arab. Saya yakin metode ini bukanlah metode pemurtadan bagi para 
> penganut Islam saja melainkan metode universalismus. Si pemula 
melihat 
> cara mengawinkan Islam dan kristen adalah cara yang paling tepat 
menarik 
> simpati umat.
> 
> Jangan takut pada Alkitab (Bibel), Alkitab mengajarkan kasih kepada 
> sesama dan mendoakan musuh.  Merakit bom di rumah-rumah jauh lebih 
> berbahaya, sama dengan bahaya fanatisme. Saya sudah membaca seluruh 
> Quran. Sampai sekarang Quran melengkapi perpustakaan saya. Saya 
bukan 
> hanya membaca dan mempelajari Quran, saya dilahirkan di keluarga 
Islam 
> dan Kristen. Metode perbandingan adalah salah satu metode tahan uji 
bukan?
> 
> Menempatkan satu golongan sebagai figur yang menakutkan dan 
berbahaya, 
> menurut saya termasuk pelecehan HAM. Itulah sebabnya di negara 
Eropa 
> telah dikeluarkan UU diskriminasi, termasuk menanggapi kehidupan 
> homoseksual dan lesbian. UU ini menuntut seulur lapisan dan 
golongan 
> untuk menghargai dan menerima homo dan lesbi sama dan setara dengan 
> penduduk lain.
> 
> Cara penulis dengan menulis awas dengan besar dan warna merah saja, 
anda 
> telah menempatkan Bibel lebih  berbahaya dari penyakit AIDS dan 
lebih 
> rendah dari sampah yang mematikan.
> 
> Sadarkah anda-anda yang menyebarkan e-mail ini betapa arogan 
sekaligus 
> kerdilnya kalian?
> 



Kirim email ke