Priyo husodo : "cuma saya agak heran apakah Satrio ini lebih "hijau" begitu?" kalimat itu muncul dari postingan Priyo. Dialah orang pertama yang meletakkan warna warni terhadap masalah ini. jadi bila dia menggolongkan seseorang terhadap satu warna, maka saya juga berhak untuk melabelkan seseorang juag terhadap warna lain. Tentu sesuai dengan keinginan saya. toh tidak ada ukurannya. Lalu soal orang-orang merah. Yang saya maksudkan mengapa tiba-tiba postingan di milis ini seolah-olah secara tersengaja justru mengarah pada Bung satrio? bukan membahas nasib Bambang wisoduh yang tengah memperjuangkan nasibnya melawan KOMPAS? karena memang dari awal nada postingan Bung Satrio "membela" Bambang. Lalu dia diserang secara beramai-ramai. Kelompok inilah yang saya golongkan sebagai orang-orang merah? Anda keberatan? Itu hak anda. karena dimilis ini saya juga punya kebebasan. Kalau soal masalah PHK dan tenaga kerja, tentu kita perlu berdebat lagi. Dan saya tidak mengenal anda sebagai salah seorang yang ahli hukum tenaga kerja di negara ini. Jadi saya pikir anda juga tidak ahli. jadi buat apa saya perlu memperdebatkan masalah PHK dan tenaga kerja kepada anda? Salam CR
MOD: Untuk Lae Bonar, bukankah di dunia ini penuh warna-warni pelangi? Tak cuma hijau dan merah saja. [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung congor eh salah, corong, saya bingung membaca posting anda. Apa yang anda maksud orang merah? Yang saya tahu kasus wartawan kompas yang ter-PHK, ngak ada hubungan dengan warna-warna pelangi, merah kuning hijau dilangit yang biru? Kasus PHK adalah kasus Perburuhan/ketenagakerjaan biasa. Kalau ada konflik adalah konfik internal managemen KOMPAS sendiri, kita sebagai orang luar ngak bisa ikut campur. Hanya masalah PHKnyalah kita bisa campur itu yang benar. (semoga kamu ngak mudeng ya). Dan harus anda tahu bung satrio juga aktifis dari salah satu organisasi kewartawanan. Maka dia punya kepentingan sebagai sesama wartawan/jurnalis/buruh berkerah ini. Jadi sekali lagi biar kamu lebih pinter masalah PHK ngak ada hubungan sama warna pelangi ya. Baca pernyataan sikap wartawan yang terPHK itu, bahwa ia masih mencintai KOMPAS sebagai Medianya, tetapi tidak sebagai sistemnya, sistem inilah yang ia ingin rubah sebagai aktivis serikat pekerja hal itu wajar dan harus kita dukung. JAdi wajar dukungan banyak datang dari serikat pekerja jurnalis dan Buruh. panjang27 -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Tue, 19 Dec 2006 11:10 PM Subject: [mediacare] Milis mediacare dikuasai "orang-orang merah" - Balasan: Bung Satrio Arismunandar lebih "hijau" Buat Bung satrio. Agaknya Bung tidak perlu risau. Karena memang milis ini "dikuasai" orang-orang merah. Tidak hijau. Saya dari awal hanya pasif di milis ini. tapi lama kelamaan melihat Bung Satrio malah menjadi target sasaran. Padahal isu awalnya adalah tentang pemecatan Bambang Wisudoh. Tapi orang-orang merah ini memang seolah terorganisir. mereka mengalihkan perhatian dengan menyerang Bung Satrio. Padahal yang disuarakan Bung satrio adalah logis dan masuk akal semuanya tentang KOMPAS. hanya orang-orang merah yang didalamnya merasa kepanasan dan seolah merasa besar seluruhnya. Padahal mereka tidak sadar suatu saat bakalan mengalami nasib yang serupa seperti Bambang Wisudoh. Dicampakkan dan dibuang begitu saja setelah membela mati-matian lembaganya. Jadi Bung satrio lebih beruntung. karena lebih dulu memilih jalan untuk keluar dari komunitas orang-orang merah itu. Biarlah mereka berpikiran seperti itu. toh mereka hanya mampu di tahapan itu saja. Tak mampu berbuat lebih. Maju terus Bung. Priyo Husodo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kalo ngomongin Bung Satrio sih, saya sangat menikmati tulisannya ketika Perang Irak tahun 1990, menurut saya ketika itu liputan Bung Satrio termasuk yang kudu dibaca. Liiputannya membuat saya simpati sama saddam husein. cuman sejak itu memang tidak ada liputan yang "mengigit" dari Bung Satrio. Di Kompas sekarang bung Wisudo termasuk yang bagus tulisannya sama seperti liputan Maruli tobing atau rikard bagun (kok jarang nulis lagi sih). tipikal Satrio dan Maruli hampir sama... jurnalis itu harus berpihak kepada yang lemah betapapun yang lemah itu salah (ini cuman perasaan loh). Tapi ketika di TV justru bung satrio kehilangan imaginasinya (?) apa mungkin karena karakter kedua media ini berbeda? kalo di koran kita bisa menerawang melintasi daya imaginasi kita, tapi bahasa tv sudah begitu gamblang audio dan videonya. cuman saya agak heran memang mengapa bung satrio lebih "hijau" gitu? ada apa yah? atau memang bung Satrio ini sekarang menganggap hijau ini lebih lemah sehingga perlu berpihak? saya rasa apa yang Ging bilang cukup bijak buat aji (emang loh Ging dari dulu tetep "cool"...) eh kabar eko item gimana yah? ada yang tahu? denger-denger di di BBC? salam dari rimba borneo, ph