Fyi, ada artikel menarik, semoga bermanfaat.
   
  keep in touch,
  ;)teeeddy!
   
  ANDA BERADA DI SINI
   
  Sebuah penelitian meta analisis menyimpulkan: 
  Kampanye pemakaian kondom untuk program pencegahan HIV tidak berarti 
menghanjurkan atau mendorong adanya hubungan seks lebih dini, 
  juga terhadap terjadinya hubungan seks berganti  ganti pasangan.
   
  Edwin J. Bernard, 24 Maret 2006
   
   
   Studi meta analisis terhadap 174 literatur dan hasil penelitiannya 
dipublikasikan dalam Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, edisi 
Maret tentang Kondom dan Pencegahan HIV menyimpulkan bahwa, kampanye pemakaian 
kondom sama sekali tidak ada hubungannya dengan analogi mendorong untuk 
berhubungan seks dini atau hubungan seks berganti-ganti pasangan. Studi 
tersebut juga menyimpulkan bahwa informasi tentang kondom menjadi bagian 
penting dari motivasi perubahan perilaku dalam hubungan seks aman dan frekwensi 
hubungan seks yang dilakukan. 
   
  Pengaruh dari administrasi pemerintahan George Bush oleh 
organisasi-organisasi agama sayap kanan yang berpendapat bahwa program-program 
pencegahan HIV dengan kondom memicu peningkatan praktek sex yang lebih sering 
(berganti ganti pasangan) – telah mendorong meningkatnya dengan tajam  
pencegahan HIV berbasis pantangan seks pada akhir tahun-tahun ini. 
  
Bagaimanapun juga, jelas sekali,  penggunaan kondom merupakan faktor yang 
penting dalam upaya untuk mengurangi resiko terinfeksi HIV. Namun demikian, 
transmisi HIV juga bisa dipengaruhi oleh indikator “frekuensi seks” (sesuai 
dengan istilah yang dipakai oleh penulis meta analisis ini), yaitu : jumlah 
pasangan seksual, jumlah waktu total melakukan aktivitas seks, dan status 
aktivitas seks (Misalnya, secara seksual aktif atau berpantang).
   
  Studi yang dilaksanakan University of Connecticut dan Syracuse University, 
dengan dana National Institutes of Health (NIH – Institut Kesehatan Nasional) 
di Amerika Serikat, juga merupakan penelitian pertama yang menjawab pertanyaan: 
apakah intervensi/pencegahan dengan kondom berdampak pada keseluruhan frekuensi 
perilaku seksual, juga bagaimana cara mengembangkan intervensi untuk 
pengurangan frekuensi hubungan seks menjadi sangat efektif. 
   
  Meta analisis ini mencakup 174 studi, menginvestigasi 206 intevensi terpisah, 
yang diterbitkan antara Januari 1989 sampai Mei 2003. Intervensi-intervensi ini 
diawali dengan 149,660 peserta, dan rata-rata 78% di antaranya bertahan dalam 
studi ini, yang menyisakan 116,735 peserta (dengan jumlah laki-laki dan 
perempuan yang seimbang, dan 54% di antaranya berkulit hitam) untuk dianalisis. 
Mayoritas (yakni 84%) dari studi ini dilaksanakan di AS, sebagian besar (74%) 
dilaksanakan di kota-kota besar maupun menengah. 
  
Kebanyakan program intevensi (74%) memberikan penyuluhan dan tes HIV, dan 97% 
memberikan pendidikan HIV. Informasi tentang kondom diberikan sebanyak 45%, 41% 
diajari tentang keterampilan pemakaian kondom, dan 74% mendistribusikan kondom 
ke pada para peserta. Pelatihan ketrampilan interpersonal, misalnya ketrampilan 
bernegosiasi (66%), dicakupkan dalam sebagian besar studi ini; demikian juga 
pelatihan ketrampilan intrapersonal, misalnya pengelolaan diri untuk 
menghindari resiko hubungan seks (58%). Rata-rata per sesi intervensi ini 
dihadiri delapan peserta, dan mereka bertemu sebanyak tiga kali sesi di mana 
setiap sesinya berlangsung selama 75 menit, dengan jumlah keseluruhan kira-kira 
empat jam.
  

Apakah peningkatan  penggunaan kondom betul-betul bisa mengurangi pasangan 
seksual dan frekuensi aktivitas seks? 
   
  Para peneliti menemukan bahwa intervensi dengan memberikan kondom kepada para 
peserta dalam studi ini tidak punya pengaruh terhadap jumlah pasangan seksual, 
jumlah keseluruhan peserta melakukan hubungan seks, dan jumlah peserta yang 
sebelumnya berpantang menjadi aktif secara seksual 
  (p > 20.20 untuk ke tiganya). 
   
  Para peneliti melaporkan dengan informasi ini dan menunjukkan bahwa 
“mengajarkan para individu peserta penelitian ini tentang kondom tidak 
menyebabkan peningkatan hubungan seks, jumlah pasangan seks atau mendorong 
hubungan seks dini.”
  
Kenyataannya, ketika peneliti secara khusus meneliti program intervensi 
peningkatan penggunaan kondom, didapati  bahwa kegiatan-kegiatan intervensi ini 
mengurangi jumlah pasangan seks (r=0.22; p=0.035) dan jumlah frekuensi peserta 
berhubungan seks (r=0.49; p=0.003) atau sama sekali tidak ditemukan kaitan 
antara intevensi promosi penggunaan kondom dengan status aktivitas seksual. 
  
Lebih lanjut mereka melaporkan bahwa temuan di atas mestinya memberikan jaminan 
bahwa peningkatan frekuensi hubungan seks, jumlah pasangan seks yang lebih 
besar, dan kemungkinan hubungan seks yang lebih sering  bukan merupakan efek 
otomatis dari upaya penyediaan kondom atau pelatihan ketrampilan penggunaan 
kondom dan ketrampilan bernegosiasi dalam menggunakan kondom interpersonal.


  Apa yang paling baik untuk mengurangi frekuensi seks dan pasangan seks?
   
  Para peneliti menemukan bahwa intervensi yang mencakup komponen-komponen 
dalam bentuk memotivasi untuk perubahan perilaku  lebih berhasil dalam 
mengurangi frekuensi hubungan seksual. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi 
pengurangan risiko bisa bekerja, paling tidak sebagian, dengan cara melibatkan 
motivasi dasar perubahan perilaku bagi perlindungan diri. 
  
Mereka juga menyampaikan bahwa pelatihan ketrampilan merupakan bagian penting 
dari intevensi yang berhasil dalam mengurangi jumlah pasangan seks. Para 
peniliti ini menyimpulkan bahwa negosiasi hubungan seks yang aman dengan 
seorang pasangan memerlukan keterampilan tersendiri. Orang yang tidak memiliki 
kemampuan untuk menolak berhubungan seks dengan baik mungkin berada dalam 
risiko yang lebih besar.
   
   
  Kondom beserta informasi penggunaannya, motivasi perubahan perilaku dan 
pelatihan keterampilan, mungkin adalah cara terbaik.
   
  Para peneliti menyatakan, secara keseluruhan, mereka menemukan bahwa upaya 
intervensi yang mencakup informasi, motivasi perubahan perilaku dan pelatihan 
keterampilan, bekerja lebih baik dibandingkan dengan intervensi yang hanya 
mencakup satu bagian saja dari komponen ini.
  
Dalam kesimpulannya para peneliti menyatakan bahwa walaupun penggunaan kondom 
telah dipaparkan sebagai upaya utama untuk  mengurangi risiko IMS dan HIV lewat 
hubungan seks yang paling bermanfaat, namun sebuah pendekatan yang 
mengkombinasikan penggunaan kondom dengan “elemen-elemen kunci teori perilaku” 
adalah yang paling berhasil dalam mengurangi frekuensi seks dan jumlah pasangan 
seks. 
   
  
Rujukan: Smoak ND et al. Sexual risk reduction interventions do not 
inadvertently increase the overall frequency of sexual behavior: a 
meta-analysis of 174 studies with 116,735 participants. (Intervensi pengurangan 
resiko seksual tidak serta merta  meningkatkan keseluruhan perilaku seksual: 
meta analisis terhadap 174 studi dengan 116,735 peserta). 
  JAIDS 41 (3), 374-384, 2006. 
  

 

 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke