Anda memposisikan laki-laki pada posisi yang sangat
salah. Dari tulisan tersebut anda hanya memberikan dua
pilihan yang sama-sama mengumbar napsu belaka.
Betapa tidak, baik poligami maupun melacur,
ujung-ujungnya berhubungan badan, apapun dalihnya.
Padahal banyak laki-laki yang setia pada pasangannya
dan bersama-sama membesarkan anak-anaknya. Tapi anda
mengesankan semua laki-lagi untuk mengumbar napsunya
harus dengan cara melacur atau kawin lagi. Sungguh
pemikiran yang sangat picik


Jual Gosip
Wartawan Yang Tidak Pernah Membuat Berita Gosip 

--- aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Dari kiriman teman 
> 
> Ujian Cinta dari Gegerkalong
> 
> 20 Des 06 10:21 WIB
> 
>  
> 
> Oleh Bahtiar HS
> 
> &#8220;Pak Herman, gimana nih, Pak?&#8221;
> 
> Pak Suherman Rosyidi, dosen Fakultas Ekonomi Unair
> yang tetangga saya itu menoleh kepada asal suara.
> Dua
> orang sekretaris Dekan menegurnya di pintu masuk
> ruang
> itu. Keduanya perempuan. Seorang, sebut saja Bu A
> sudah memiliki 3 orang anak. Dan Bu B sudah menikah
> tetapi belum dikaruniai anak.
> 
> &#8220;Gimana apanya, Bu?&#8221; tanya Pak Herman
> pada
> mereka.
> 
> &#8220;Gimana kok Aa&#8217; Gym menikah lagi,
> Pak?&#8221; keluh Bu A. &#8220;Kenapa mesti
> poligami?&#8221;
> 
> Pak Herman tersenyum. Kalau ada masalah-masalah
> seperti ini, anggota Dewan Ekonomi Syariah itu
> memang
> biasa menjadi &#8220;jujugan&#8221;. Tempat bertanya
> atau mengadu. Beliau kemudian menghampiri kedua ibu
> muda itu.
> 
> &#8220;Begini, Bu,&#8221; kata Pak Herman.
> &#8220;Coba
> jawab pertanyaan saya dengan jujur dan ikhlas, dari
> hati nurani ibu yang paling dalam.&#8221;
> 
> &#8220;Apa itu, Pak?&#8221; sergah Bu B.
> 
> &#8220;Tolong pilih satu di antara dua,&#8221; kata
> Pak Herman berteka-teki. &#8220;Kalau ibu disuruh
> memilih, antara: merelakan suami ibu menikah lagi
> atau
> merelakan suami ibu melacur, ibu pilih yang
> mana?&#8221;
> 
> Kedua wanita itu terperanjat seperti mendapatkan
> pertanyaan yang tak pernah didengar sekalipun selama
> hidupnya.
> 
> &#8221;Kok pertanyaannya seperti itu, Pak?&#8221;
> protes Ibu A.
> 
> &#8220;Saya tak memilih dua-duanya, Pak!&#8221;
> tegas
> Ibu B.
> 
> &#8220;Ok. Ok,&#8221; potong Pak Herman.
> &#8220;Jikalau pertanyaan itu terlalu berat untuk
> dijawab, pertanyaannya saya ganti.&#8221;
> 
> &#8220;Diganti gimana, Pak?&#8221;
> 
> &#8220;Saya ganti begini,&#8221; lanjut Pak Herman.
> &#8220;Jikalau ada seorang isteri diberikan pilihan
> --
> bukan Anda berdua, lho? -- yaitu merelakan suaminya
> menikah lagi atau merelakan suaminya melacur,
> kira-kira isteri itu milih yang mana?&#8221;
> 
> Kedua ibu itu saling berpandangan. Keraguan segera
> merayap dalam senyap. Pak Herman sendiri dengan
> sabar
> menunggu. Dan dalam sepuluh-lima belas detik
> kemudian,
> seseorang menjawab.
> 
> &#8220;Ya, pilih suami menikah lagi, Pak?&#8221;
> kata
> Bu A sambil melirik, mengharap dukungan Bu B di
> sebelahnya. &#8220;Bukan begitu, Bu?&#8221;
> 
> Bu B mengangguk-angguk. &#8220;Ya, gimana lagi kalau
> pilihannya hanya itu.&#8221;
> 
> &#8220;Alhamdulillah,&#8221; jawab Pak Herman.
> &#8220;Ibu-ibu ternyata masih bersih.&#8221;
> 
> &#8220;Masih bersih gimana, Pak?&#8221; tanya
> keduanya
> hampir berbarengan.
> 
> &#8220;Ibu-ibu masih bersih,&#8221; jelas dosen itu.
> &#8220;Masih bisa membedakan antara yang benar dan
> yang bathil. Antara yang halal dan yang
> haram.&#8221;
> 
> ***
> 
> &#8220;Saya heran sama orang Indonesia , Pak
> Herman!&#8221; seru Bu Icy dengan logat Amerikanya
> yang tak bisa dihilangkan.
> 
> &#8220;Heran gimana, Bu?&#8221; tanya Pak Herman
> pada
> temannya yang sesama dosen itu. Sudah berbilang
> tahun
> wanita itu mengajar di kampus ini sejak ia menikah
> dengan orang Indonesia asli.
> 
> &#8220;Mengapa mereka menolak poligami yang
> nyata-nyata ada dan dibolehkan di dalam
> Islam?&#8221;
> tanyanya sungguh.
> 
> Pak Herman sejenak tersentak. Bagaimanapun yang ada
> di
> hadapannya itu adalah wanita Barat. Bukan muslimat
> lagi. Ia penganut Kristen. &#8220;Menurut Ibu, apa
> yang menyebabkan mereka seperti itu?&#8221;
> 
> &#8220;Masalahnya sudah jelas, Pak Herman. Kalian,
> orang Indonesia , sudah terkontaminasi dengan apa
> yang
> datang dari Barat.&#8221;
> 
> &#8220;Apa itu?&#8221;
> 
> &#8220;Kapitalisme!&#8221;
> 
> &#8220;Kapitalisme?&#8221;
> 
> &#8220;Ya. Sebuah pandangan yang menganggap segala
> yang dipunya sebagai &#8216;milik&#8217;. Suami saya
> adalah milik saya. Bukan dan tak akan menjadi milik
> wanita lain. Tak logis dalam benak mereka untuk
> berbagi suami dengan orang lain. Itulah ruh
> kapitalisme, Pak.&#8221;
> 
> Pak Herman manggut-manggut. Tak dinyana, perempuan
> &#8220;barat&#8221; itu punya pendapat sedemikian.
> Ia
> memang telah banyak belajar tentang Islam, meski
> sayang belum memeluknya hingga sekarang.
> 
> &#8220;Sedangkan dalam pandangan Islam, semua yang
> ada
> ini &#8216; kan milik Tuhan?&#8221; lanjut wanita
> itu.
> &#8220;Sehingga, berbagi dalam Islam adalah sesuatu
> yang common-sense.&#8221;
> 
> Pak Herman kemudian bertanya, &#8220;Lantas menurut
> Ibu, apa masalahnya dengan penolakan
> poligami?&#8221;
> 
> &#8220;Masalahnya, Pak, ketika pintu poligami
> ditutup,&#8221; kata wanita asing itu, &#8220;maka
> pintu pelacuran akan terbuka lebar-lebar.&#8221;
> 
> ***
> 
> Itulah pengantar perbincangan seputar poligami oleh
> Ust. Suherman Rosyidi &#8211; kami memanggil beliau
> Pak Herman -- di Masjid Rungkut Jaya Ahad pagi ini.
> Agaknya fenomena heboh Aa&#8217; Gym yang menikah
> lagi
> itu turut menghangatkan beranda masjid ini setelah
> diguyur hujan semalam.
> 
> &#8220;Kalau saya baca press release Aa&#8217; Gym
> awal Desember lalu,&#8221; kata saya turut
> menanggapi,
> &#8220;sebenarnya ada 4 calon yang diajukan
> Aa&#8217;
> Gym sebagai isteri kedua. Satu, gadis. Kedua, janda
> tanpa anak. Ketiga, janda dengan cukup banyak anak.
> Dan keempat, nenek-nenek gampang masuk angin.&#8221;
> 
> Hadirin tersenyum. Saya berusaha menahan diri.
> 
> &#8220;Aa&#8217; Gym sebenarnya sudah memilih yang
> ketiga, janda dengan cukup banyak anak,&#8221; kata
> saya melanjutkan. &#8220;Hanya saja, ia mantan
> model.
> Sebagaimana banyak laki-laki yang poligami, biasanya
> isteri keduanya adalah seorang gadis, lebih muda dan
> cantik ketimbang isteri pertama. Coba jika
> seandainya
> Aa&#8217; Gym memilih calon yang keempat, pasti
> tidak
> akan terjadi kehebohan seperti ini, Pak!&#8221;
> 
> Gerr. Dan Ust. Herman pun tersenyum. &#8220;Tetapi,
> apa salahnya Aa&#8217; Gym memilih janda dengan
> sekian
> anak?&#8221; tanyanya kepada hadirin seakan ingin
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Reply via email to