Sebelumnya saya minta maaf karena baru menyadari bahwa postingan terakhir saya nadanya kasar sekali atau terbaca sombong. Sungguh saya tidak bermaksud begitu, karena akan konyol sekali jikan saya menyatakan itu kepada sesama wartawan. namun saya hanya muak saja jika ada orang yang membuka diskusi tentang yang namanya bodrex, karena selama ini saya merasa hanya membuang waktu saja karena memang tak pernah ada tindakan sama sekali. ibaratnya kayak orang yang menderita sakit kepala yang hanya mengeluh dan mengeluh tanpa pernah berusaha mencari obat sakit kepala itu sendiri. sekali lagi maafkan saya atas nada bicara saya... salam damai Slave Without Master
ahmad su'udi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: --- giri bronx <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > 1. Porwanas ada sebelum Anda jadi wartawan, jika > Anda tidak ikut makan uang rakyat itu berarti Anda > bisa tidur nyenyak. Tapi jika Anda sudah menjadi > Wartawan sebelum ada Porwanas, tidak tahu kenapa > Anda dulu membiarkan Porwanas ada, jadi sekarang > sssstttt, jangan banyak bicara. Saya jadi wartawan baru menjelang 10 tahun, jadi benar, Porwanas ada sebelum saya jadi wartawan. Apakah lantas fakta tersebut membuat saya tak boleh bicara soal kekeliruan sejarah dan langkah pendahulu profesi ini yang harus diluruskan? Anda otoriter namanya. (jawaban saya) Bagi saya Porwanas adalah sebuah kesalahan teramat besar dalam sejarah kewartawanan di Indonesia, sebagai generasi penerus profesi ini, saya memiliki tanggung jawab moral untuk meluruskan. Jikapun upaya saya kandas, bagi saya tak masalah, tetapi yang pasti saya telah melalukan apa yang mesti saya lakukan untuk marwah profesi saya. Kalau Anda juga wartawan, adakah yang telah Anda lakukan untuk membersihkan profesi ini dari benalu-benalu? Jika Anda bukan wartawan, sebaiknya Anda punya atensi positif terhadap profesi ini. > > 2. Wartawan tidak harus mempunyai media yang > jelas, misalnya jika Anda mencari berita dan hanya > Anda sampaikan pada satu atau dua orangpun Anda > layak disebut Wartawan. Dan bodrex bukanlah sebuah > penipuan, melain ketidakprofesionalan. Bayangkan, > betapa bodohnya orang mau memberi sesuatu pada > wartawan tanpa alasan tertentu, orang yang mau > diperas oleh bodrex, berarti ada yang tidak beres > dengan orang tersebut. Dan tugas Andalah sebagai > wartawan sejati untuk mengungkap ketidak beresan > itu. jika begitu, berarti keberadaan bodrex bisa > dimanfaatkan dengan kemampuannya mencium sesuatu > yang tidak beres. Jadi anggap saja bodrex adalah > bagian dari dunia jurnalistik seperti figuran dalam > film, benalu dalam pohon, gelandangan dalam > masyarakat, iklan dalam TV dan sebagainya. > (jawaban saya) Anda benar, tidak selamanya wartawan harus terpaku pada sebuah media, sebab ada juga wartawan lepas yang dia bisa menjual berita yang didapat untuk media tertentu. Hanya saja yang pasti, siapa saja yang mengaku wartawan, dia harus jelas kegiatan jurnalistiknya. Itu mutlak. Sebab banyak orang mengaku wartawan, tetapi tak jelas eksistensi jurnalistiknya. Ia tak bisa melakukan wancara dengan baik, tak bisa menulis berita dengan baik dan tak memiliki media jelas kapan terbitnya. Ada yang terbit sekali, setelah itu mati setahun dan terbit lagi. Ironisnya, kartu pers kelompok ini tak pernah mati. Kelompok inilah yang lazim disebut bodrek, karena bikin pusing banyak orang. Kerjanya hanya minta duit, duit dan duit. Bagi saya, kelompok ini sesungguhnya sudah melakukan tindak kriminal. Memang keberadaan kelompok ini tak lepas dari adanya oknum pejabat atau pengusaha yang bermasalah. Ia memanfaatkan kondisi itu, tetapi secara internal ada juga andil kita membuat eksistensi mereka semakin meriap, yakni ketidakperdulian kita pada sepak-terjang mereka. Sebagai kelompok yang merasa memilih profesi jurnalistik dan melaksanakan profesi ini dengan baik, tak semestinya kita membiarkan ada kelompok lain yang mencorengnya. Jika Anda wartawan dan tak risau dengan bodrek, sungguh sebuah kerisauan bagi saya. Salam orang riau yang risau ahmad s.udi www.riuterkini.com > SEMUA HANYA MENJALANKAN PERANNYA SAJA > > salam damai > Slave Without Master > > > Tomi Satryatomo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Ahmad yang baik, > > Terima kasih atas sentilan ini. Saya tak bisa bicara > mewakili > kawan-kawan yang lain, tapi percayalah tidak > membalas posting anda > tidak selalu berarti tidak memperhatikan. Saya tahu > ada banyak kawan > yang bergerak secara konsisten untuk memberantas > praktek suap pada > wartawan, baik dalam bentuk teri seperti amplop > maupun kelas paus > seperti Porwanas. > > Teruslah memposting. Insya Allah tetap banyak > gunanya. > > Wassalam > -- > Tomi Satryatomo > http://www.trekearth.com/members/wisat > http://wisat.multiply.com > > "We shall build good ship here, > at a profit if we can, > at a loss if we must, > but... always a good ship." > > On 20/12/06, ahmad su'udi <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > > > > Bagi saya Porwanas adalah sebuah kesalahan besar > dunia > > wartawan Indonesia (baca:PIW). Meskipun dilakukan > oleh > > satu organisasi, namun Porwanas merupakan > legitimasi > > bahwa semua wartawan penggerogot uang rakyat. > Selain > > itu Porwanas terbukti menjadi ajang manipulasi > > profesi. Setiap digelar ajang ini ada puluhan > oknum > > bukan wartawan diberi kartu biru PWI untuk bisa > jadi > > atlet. > > Kenapa Anda sekalian tidak tergerak untuk > bersuara, > > mengajak rekan sejawat yang sepikiran untuk > bergerak > > menghentikan Porwanas? Antau Anda sekalian juga > > mendapat keuntungan dari kegiatan yang didanai > uang > > rakyat puluhan miliar itu? > > Kasus wartawan tanpa media jelas atau bodrek. > Mengapa > > Anda sekalian juga tak peduli. Seprofesional > apapun > > Anda sebagai wartawan, percayalah, di pandangan > umum, > > Anda disamakan dengan bondrek. Bagi saya bodrek > itu > > sudah masuk ranah kriminal. Mereka memanfaatkan > > profesi wartawan untuk melakuka penipuan. Mengapa > Anda > > sekalian membiarkan itu terus merebak? > > > > Sampai sekarang nyaris tidak ada langkah > signifikan > > untuk menutup ruang gerak para pelaku kriminal > atas > > nama bodrek. Akibatnya kelompok ini semakin lama > terus > > berbiak dan kian membuat wajah jurnalistik > Indonesia > > kia berlalat. > > > > > > Luah yang resah > > > > ahmad s.udi > > > > > > > > --------------------------------- > The all-new Yahoo! Mail goes wherever you go - free > your email address from your Internet provider. > __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com