Maksudnya apa nih? Dan solusi yang ditawarkan apa untuk mengatasi hal ini? Apa kalau sudah diberi pendidikan ilmiah, pengetahuan seperti yang di Amerika terus mereka tidak akan melakukan premarital sex?
Di bawah ada link yang relevan: http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=78654 Berikut penggalannya: Premarital Sex the Norm in America Premarital Sex Research Shows by Age 44, 95% of Americans Have Had Ummarried Sex By Jennifer Warner WebMD Medical News Reviewed By Louise Chang, MD on Wednesday, December 20, 2006 Dec. 20, 2006 -- Almost all Americans have sex before marrying, according to premarital sex research that shows such behavior is the norm in the U.S. and has been for the past 50 years. The new study shows that by age 20, 75% of Americans have had premarital sex. That number rises to 95% by age 44. --- In mediacare@yahoogroups.com, Tejo Sulaksono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Lebih baik sih kalau masyarakat dibebaskan dari kemunafikan, dalam bidang seks diberi pendidikan ilmiah, pengetahuan, hilangkan tabu yg tanpa logika. Bersikap manusiawi saja, nikmati kehidupan dalam batas-batas yang masuk akal. Terlalu banyak larangan kan memicu semangkin banyak pelanggaran dan dosa juga. TSL 5 dari 100 Pelajar DKI Lakukan Seks Pranikah Kamis, 4 Januari 2007 DEPOK, WARTA KOTA- Lima dari seratus pelajar setingkat SMA di Jakarta melakukan seks pranikah. Pola pacaran yang dilakukan antara lain mulai berciuman bibir, meraba-raba dada, menggesekkan alat kelamin (petting) hingga berhubungan seks. Perilaku seks pranikah itu pun erat kaitannya dengan penggunaan narkoba di kalangan para remaja. Tujuh dari 100 pelajar SMA pernah memakai narkoba. Hal itu dikemukakan oleh Rita Damayanti yang kemarin menyampaikan hasil penelitiannya untuk meraih gelar doktor pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Dia meneliti 8.941 pelajar dari 119 SMA/sederajat di Jakarta. Menurutnya, perilaku seks pranikah itu cenderung dilakukan karena pengaruh teman sebaya yang negatif. Apalagi bila remaja itu bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan membentuk remaja yang tidak punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya. Bahkan, remaja yang merasa bebas dan tidak terkekang, ternyata lebih mudah jatuh pada perilaku antara, yaitu merokok dan alkohol. Ujung-ujungnya dari perilaku antara itu, pelajar akan berperilaku negatif seperti mengonsumsi narkoba dan melakukan seks pranikah. Untuk menangani masalah tersebut, Rita menyarankan sekolah agar memberikan informasi yang intensif kepada siswanya tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, kegiatan yang dilakukan remaja harus terus dipantau dan dibimbing orangtua. Remaja yang bertanggung jawab dan paham dengan tujuan hidupnya, juga bisa tergelincir pada pertemanan negatif. "Back to basic, cintai anak-anak, beri perhatian yang cukup, dan penuhi kebutuhan psikologisnya. Pola asuh yang positif akan membentuk anak-anak menjadi lebih tangguh," ucapnya. Dalam penelitiannya, Damayanti menyebutkan bahwa berpacaran sebagai proses perkembangan kepribadian seorang remaja karena ketertarikan antarlawan jenis. Namun, dalam perkembangan budaya justru cenderung permisif terhadap gaya pacaran remaja. Akibatnya, para remaja cenderung melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan penelitiannya, perilaku remaja laki-laki dan perempuan hingga cium bibir masih sama. Akan tetapi, perilaku laki-laki menjadi lebih agresif dibandingkan remaja perempuan mulai dari tingkatan meraba dada. Seks pranikah yang dilakukan remaja laki-laki pun dua kali lebih banyak dibandingkan remaja perempuan. (tan) PERILAKU PACARAN REMAJA SLTA DI JAKARTA* Perilaku Pola Pacaran| Perempuan| Laki-Laki| Total (%) (%) (%) Ngobrol, Curhat 97,1 94,5 95,7 Pegangan tangan 70,5 65,8 67,9 Berangkulan 49,8 48,3 49,0 Berpelukan 37,3 38,6 38,0 Berciuman pipi 43,2 38,1 40,4 Berciuman bibir 27,0 31,8 20,5 Meraba-raba dada 5,8 20,3 13,5 Meraba alat kelamin 3,1 10,9 7,2 Menggesek kelamin 2,2 6,5 4,5 Melakukan seks oral 1,8 4,5 3,3 Hubungan seks 1,8 4,3 3,2 *Hasil Penelitian Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rita Damayanti