Walau nampaknya sepele, pencabutan larangan potret memotret di Arab Saudi memberikan secercah harapan bagi terwujudnya proses demokratisasi di kawasan Timur Tengah. Kita yang punya akal sehat wajib mendukungnya. Kalau Indonebia dan sohib-sohibnya yang tergolong Islam puritan pasti sedih mendengarnya....:)) Sebenarnya larang-melarang seperti itu tak hanya terjadi di Arab Saudi saja, tetapi juga pernah diterapkan oleh negara-negara otoriter lainnya, contohnya Uni Soviet plus negara-negara satelitnya di masa lalu. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah pernah ada larangan semacam itu? Yang pernah saya dengar, dulu untuk mensyut Monas dengan video camera harus minta izin tertulis ke Pemda DKI. Kalau dijawab syukur, kalau tidak dijawab artinya "angpao"nya kurang......jadi sebenarnya UUD....ujung-ujungnya duit. ================================================== Arab Saudi Cabut Larangan Memotret *Senin, 7 Agu 06 17:29 WIB Berkat perjuangan badan pariwisata Arab Saudi, kerajaan Arab Saudi akhirnya mencabut larang memotret di tempat-tempat publik. Pencabutan larangan itu bertujuan untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan ke negara kaya minyak itu. Dekrit tentang pencabutan larangan memotret di tempat-tempat umum sebenarnya sudah dikeluarkan sejak setahun lalu, tetapi kementerian dalam negeri Arab Saudi baru benar-benar menerapkannya awal minggu ini. "Setiap orang sekarang bisa memotret tempat-tempat wisata, arsitektur gedung-gedung, pusat perbelanjaan termasuk gedung-gedung pemerintahan sepanjang tidak ada tanda larangan memotret di situ," ujar seorang pejabat di kementerian dalam negeri Arab Saudi. Izin memotret masih dibutuhkan jika obyeknya milik pribadi baik perorangan atau kelompok. "Istana kerajaan contohnya, adalah properti milik pribadi. Untuk mengambil gambarnya, harus mendapatkan izin," sambungnya. Badan pariwisata Arab Saudi mengatakan, pencabutan larangan ini akan membantu promosi citra Arab Saudi, lokasi wisata dan kemajuan pembangunan Arab Saudi melalui foto-foto. Dalam masalah potret memotret, sudah terjadi perubahan yang cukup besar di Arab Saudi. Raja Abdullah pernah mendapat tekanan dari kalangan ulama Islam konservatif, setelah sebuah media lokal di negara itu, memuat foto-foto wanita Arab Saudi. Menurut para ulama itu, tindakan tersebut adalah tindakan tak bermoral. Namun berbagai surat kabar di Arab Saudi mendobrak tradisi itu. Mereka mulai memuat foto-foto wajah wanita Arab Saudi, tentu saja dengan rambut tetap tertutup kerudung atau hijab. (ln/middleeastonline) source : http://www.eramuslim.com/news/int/44d715c0.htm _____________________________________________________________ LARANGAN BARU Ulama Saudi Larang Gunakan Lantunan Al-Quran untuk Dering Ponsel Date: Sun, 27 Aug 2006 07:15:47 -0700 (PDT) Subject: [PKS] Ulama Saudi Larang Gunakan Lantunan Al-Quran untuk Dering Ponsel Sana'a,-RoL-- Lantunan ayat-ayat Al-Quran dari sejumlah Qari kenamaan di Arab dan lantunan azan mulai banyak dipakai sebagai pengganti suara musik dan lagu-lagu pada dering ponsel. Para pengguna ponsel dapat dengan mudah merekam sendiri atau mencari lantunan ayat dan azan dimaksud di tempat-tempat penjual ponsel. Namun tidak semua ulama sependapat dengan penggunaan lantunan ayat dan azan tersebut. Terbukti sejumlah ulama di Arab Saudi seperti dilaporkan harian Al-Sharqul Awsat, Sabtu (26/8) melarangnya. "Ayat-ayat Al-Qur`an sangat agung sehingga tidaklah tepat untuk digunakan sebagai dering ponsel. Paling rendah hukumnya adalah makruh (tidak diperbolehkan namun tidak berdosa bila melakukannya red.)," ujar Sheikh Saleh Al-Shamrani. Menurut salah satu pengajar di Akademi Ilmiah milik Universitas Islam King Mohamed Bin Saud itu, illat (alasan) tidak diperbolehkan penggunaan dering lantunan ayat dan azan tersebut cukup banyak diantaranya ditinjau dari tempat. Bisa saja deringan ponsel berbunyi pada saat pemakainya berada di tempat yang tidak suci seperti kamar mandi. Juga pada saat di tempat-tempat yang tidak layak semisal diskotik atau di tempat keramaian dimana orang sedang tertawa terbahak-bahak. "Sangatlah tidak layak bila keagungan lantunan ayat-ayat suci dan azan berbunyi di saat keramaian dan orang sedang tertawa terbahak karena lantunan ayat dan azan itu mengandung nilai ibadah," katanya. Larangan tersebut berlangsung pada saat banyak pengguna pengguna ponsel terutama di kalangan kaum wanita negeri kaya minyak itu lebih memilih lantunan ayat, doa dan azan ketimbang lagu-lagu dari para artis kenamaan Arab. "Yang utama adalah pengarahan dalam menggunakan ponsel yang berisi deringan lantunan ayat atau azan. Bukan larangan secara mutlak," kata Suad Afif, seorang pengajar ilmu sosial di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah. Pada intinya, larangan salah seorang ulama terkemuka Saudi itu tidak mutlak, namun sebagai peringatan dan pengarahan agar tidak sembarangan menggunakan lantunan ayat dan azan agar kesuciannya tidak terlecehkan baik disengaja maupun tidak disengaja.
__________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com