REFLEKSI: Kalau makanan jemah haji [katering] disubkontrakkan maka tentu 
sekali harganya lebih murah harganya dari harga yang dibayar oleh jemah haji. 
Selain itu bila ada berapa subcontractor antara yang pertama dan memasak 
makanan berarti harga makanan  menjadi jauh lebih dengan begitu  tentunya 
berpengaruh pada kualitas makanan.   

      RIAU POS

      Penyebab Kegagalan Pendistribusian Makanan Armina  
      Kamis 11 Januari 2007  


      Jamaah Dilayani Katering Subkontrak

      Penyebab kegagalan pendistribusian katering di Arafah Mina (Armina) 
terkuak. Ketua Komisi VIII DPR-RI yang juga Ketua Tim Pengawas Haji DPR-RI 
Hasrul Azwar menyebutkan, rekanan Depag Ana for Development (AFD), telah 
mensubkontrakan pelayanan katering Armina bagi jemaah haji Indonesia kepada 
perusahaan lainnya, yaitu Suraya Fatani.  Laporan JPNN, Jakarta 


      Nilai subkontrak itu sebesar 14 juta riyal, lantas yang baru dibayar 7 
juta riyal. Ana Katering telah mensubkontrakkan kepada Suraya Fatani," kata 
Hasrul Azwar seperti dikutip Media Center Haji (MCH). Hasrul diwawancarai di 
Bandara King Abdul Aziz, Jeddah saat hendak pulang ke tanah air, kemarin. 
Hasrul mengaku mengetahui informasi tersebut dari media massa lokal, Al-Madina.

      Menurut harian tersebut, kata Hasrul Azwar, 300 pekerjanya dijanjikan 
Suraya Fatani menerima 2.000 riyal selama seminggu bekerja. Janji itu belum 
teralisasi, sehingga pekerjanya melaporkan Suraya Patani kepada kapolda Mekkah 
dan mereka telah diterima. Foto pekerja itu dimuat oleh Al Madina ketika 
diterima pimpinan kepolisian di Makkah, ujarnya.

      Hasrul menilai, soal kasus katering Arafah ini, kesalahan terbesar ada 
pada kita. Selama ini yang mengelola katering 75 maktab untuk 189 ribu jemaah. 
sekarang dikelola oleh sebuah katering swasta untuk memenuhi jumlah yang sama. 
Malah ada informasi, tolong dicek Ana Katering itu bergerak dibidang pakan 
ternak di Riyadh. Tidak pengalaman mengelola katering sama sekali," ucapnya.

      Soal adanya unsur sabotase, kata Hasrul, terlalu terburu-buru kita 
menyatakan adanya sabotase dari maktab. Ini miss manajemen kita sendiri. "Kita 
yang salah urus. Saya terkejut ada temen dari Jakarta yang bilang ada sabotase 
dari Muassasah dan Maktab. Jangan terburu-burulah untuk menuduh itu," tegasnya. 

      Hasrul sendiri merupakan Tim Pengawas Haji DPR-RI yang paling akhir 
meninggalkan Arab Saudi, semula dia inggin menunggu kedatangan Tim Investigasi 
Haji bentukan Presiden SBY, untuk menyampaikan berbagai masukan bagi tim 
tersebut. Namun hingga Selama malam, tim investigasi itu belum 
mengkonfirmasikan kepastian kedatangannya ke Arab Saudi. Menurut Hasrul, tim 
tersebut belum keluar visanya.

      Sementara itu, Ketua Muasasah Asia Tenggara, Ali Yasin, menyatakan siap 
dipertemukan dengan semua pihak terkait tuduhan sabotase terhadap muasasah yang 
mengakibatkan gagalnya katering untuk jamaah haji Indonesia di Arafah-Mina 
(Armina) pada 28 Desember 2006 lalu. 

      Ali mengatakan pertemuan dengan semua pihak termasuk dengan perwakilan 
Depag di Jeddah dan perusahaan katering AFD untuk menjelaskan kegagalan 
katering di Armina. Lebih baik muka bertemu muka dari pada melempar tuduhan di 
belakang, katanya di Makkah, kemarin.

      Pertemuan tersebut, kata Ali, akan membuat masalah kegagalan katering 
tersebut menjadi lebih jelas. Tak ada lagi prasangka yang timbul di antara 
semua pihak yang terkait. Saya siap untuk menjelaskan berita tentang sabotase 
tersebut, katanya. 

      Menurut Ali, ia juga siap memberikan keterangan kepada tim investigasi 
katering yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia. Ia akan memaparkan semua hal 
yang terkait dengan katering di Armina termasuk tuduhan sabotase. 

      Meski demikian, Ali menyatakan bahwa dalam konteks ini pihaknya dalam 
posisi menunggu. Ia tak akan berinisiatif mengundang pihak-pihak yang terkait 
untuk memberikan penjelasan.

      Ali mengatakan bahwa apa yang terjadi di Arafah-Mina adalah kesalahan 
misi haji Indonesia. Mereka, kata dia, memilih perusahaan katering yang pada 
akhirnya tak mampu menyediakan makanan dan menyebabkan jamaah menahan lapar 
selama di Arafah-Mina. 

      Menurut Ali, sebenarnya 6 bulan sebelumnya pemerintah Indonesia dan 
muasasah melakukan kesepakatan. Namun sebulan sebelum penyelenggaraan haji 
kesepakatan itu kemudian dibatalkan.Ini keputusan Depag hingga menyebabkan 
jamaah kelaparan, katanya. (agm 

Kirim email ke