DL - Bila produksi dalam negeri tidak mencukupi, ya mesti impor sebab semua 
perut harus diisi setiap hari, bukan? Bahwasanya banyak negara menyubsidi 
ekspor pangannya sehingga harga impor pangan Indonesia menjadi murah, itu mesti 
dianggap sebagai blessing in disguise, bukan ancaman (threat). Namun yang 
penting, Indonesia harus segera meningkatkan pangan dalam negeri seperti ajakan 
SBY di bawah ini, dan itu hanya bisa tercapai bila pemerintah Indonesia 
menyubsidi sektor pertaniannya (mis. pendirian tempat pelelangan pangan, 
pembangunan sarana irigasi, penelitian bibit unggul dll.) dan penduduk 
Indonesia sendiri mesti bersedia ber-ora et labora donk deh tuh cihui, tidak 
hanya ber-ora 5x zonder labora. Haiyaaa ........... :-(.


SUARA PEMBARUAN DAILY 
--------------------------------------------------------------------------------

Tahun 2009, Kemandirian Pangan Harus Terwujud 
[CILEGON] Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak agar kemandirian dan 
ketahanan pangan betul-betul terwujud pada tahun 2009. Kemandirian dan 
ketahanan pangan hanya bisa dicapai kalau semua pihak di Tanah Air bersama-sama 
memacu produktivitas pangan. 

Harapan itu disampaikan pada acara peresmian Pabrik Gula Rafinasi dan Pabrik 
Karung Plastik yang terdiri dari lima perusahaan yakni PT Sentra Usaha Tama 
Jaya, PT Permata Dunia Sukses Utama, PT Angels Products, PT Jawa Manis 
Rafinasi, dan PT Super Plastindo Tianfeng yang diselenggarakan di PT Permata 
Dunia Sukses Utama di Ciwandan, Cilegon, Rabu (3/1). 

PT Sentra Usahatama Jaya (SUJ) memproduksi 350 ribu ton gula rafinasi, PT 
Permata Dunia Sukses Utama (PDSU) memproduksi 330 ribu ton gula rafinasi. PT 
Jawa Manis Rafinasi (JMR) yang memproduksi 210 ribu ton gula rafinasi, PT 
Angles Products yang akan memproduksi 320 ribu ton gula rafinasi, serta PT 
Super Plastindo Tiang Feng yang memproduksi karung plastik sebagai industri 
pendukung. 

Presiden menjelaskan bahwa pemerintah pusat terpaksa menempuh kebijakan impor 
pangan karena kebutuhan pangan masyarakat tidak sepenuhnya bisa dicukupi oleh 
produksi dalam negeri. Namun, impor bukan tujuan. Kebijakan impor merupakan 
jalan terakhir kalau tidak ada cara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

"Masyarakat perlu memahami kebijakan impor secara baik dan benar. Memang kita 
perlu mewujudkan ketahanan pangan khususnya beras, jagung, kedelai dan gula. 
Tetapi kenyataan saat ini kebutuhan masyarakat akan pangan belum sepenuhnya 
kita cukupi. Oleh kerena itu wajib hukumnya seluruh Indonesia berusaha untuk 
memenuhi kebutuhan dalam negeri," jelasnya. 


Tidak Memadai 

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. 
Namun, pertambahan jumlah penduduk hingga 1,3 persen per tahun belum diimbangi 
dengan peningkatan produksi dalam negeri. Produksi harus bertumbuh lebih besar 
lagi. 

"Kalau produksi tidak mencukupi, terpaksa harus mengimpor. Kalau tidak 
mengimpor, suplai dalam negeri tidak mencukupi, maka harga akan terus naik, dan 
masyarakat akan menderita. Oleh karena itu, kita bersama-sama berusaha, agar 
produksi dalam negeri meningkat, sehingga kita tidak perlu mengimpor," ujarnya. 

Ia mengatakan untuk memenuhi target swasembada gula pada tahun 2008/2009, 
revitaliasi pabrik gula dan kebun tebu sebagai bahan baku gula perlu 
ditingkatkan. 

Presiden juga meminta agar BUMN dikelola secara sehat. "Saya tahu, ada 
pabrik-pabrik gula yang dikelola BUMN, yang tidak berjalan optimal. BUMN kita 
banyak, sebanyak 158 unit. Saya katakan kepada Menteri BUMN bikin sehat semua. 
Bikin cukup semua. Begitu banyak BUMN yang kita miliki, tetapi yang sehat hanya 
sebagian," desaknya. 

Presiden mengajak semua pihak melakukan pengkajian dan pengembangan. "Kalau di 
negara lain mampu panen padi 50 ton per hektare. Mengapa kita hanya 20 ton per 
hektare. Kalau negara-negara lain bisa mengapa negara kita tidak bisa. Semua 
harus bisa mempertanggungjawabkan kinerjanya," tegasnya. 

Sementara, Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI), Melvin Korompis, 
menerangkan, untuk merealisasikan empat unit pabrik gula rafinasi diperkirakan 
mencapai sekitar US$ 215 juta. Sedangkan untuk satu unit pabrik karung plastik 
investasinya sebesar US $ 15 juta. 

Acara peresmian itu dihadiri oleh Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono, Menteri 
Pertanian Anton Apriyantono, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan 
beberapa menteri lainnya, Plt Gubernur Banten Hj Ratu Atut Chosiyah, Ketua DPRD 
Banten Ady Surya Dharma, dan sejumlah pejabat terkait dari Kota Cilegon dan 
Pemerintah Provinsi Banten. [149] 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 4/1/07 

Kirim email ke