Konsep: 'terima saja uangnya, jangan coblos', dalam jangka pendek mungkin terlihat pro publik miskin.. namun dalam jangka panjang justru tidak mendidik.. Kenapa?
- Pembiaran 'money politic' hanya akan memperkuat posisi pelakunya.. - Hal ini menumbuhkembangkan budaya dan publik yang tidak sejalan antara ucapan dan tindakan.. mengarahkan publik pada sikap hipokrit dan munafik. - Yang menerima 'money politic' bukan hanya publik/mereka yang mengarah pada sikap tersebut, tetapi juga mereka yang masih lugu dan merasa 'telah berhutang'.. Polanya mirip dengan 'ijon' dalam lingkup pertanian.. Bayar (murah) di muka, tinggal ambil 'suara'-nya belakangan.. Saya setuju pemberdayaan publik dan pencerdasan bangsa.. tapi sebisa mungkin money politic dihindari.. kalau bisa diberantas.. jangan dibiarkan hidup!! Tapi saya juga tidak sepakat dengan saran 'JAUHI POLITIKUS' di bawah: ".. Jadi salah satu cara ampuh memperbaiki kondisi negara ini adalah dengan memberdayakan masyarakat dengat lapangan pekerjaan, berbagi sesama, dan saling bantu, dan satu lagi : JAUHI POLITIKUS dan jangan mau dihasut. .." Pola ini mirip dengan 'cuci otak'-nya ORBA.. yang mengarahkan publik sebagai 'floating mass'.. tidak boleh didekati PARPOL.. di mana waktu itu yang boleh mendekati hanya GOLKAR.. lah wong dia ngakunya bukan PARPOL.. tapi pemilu ikut.. DASAR LICIK!! CMIIW.. Wassalam, Irwan.K On 1/24/07, // o + u |_ z <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kalau untuk revolusi, terus terang saya tidak setuju.. yah tidak setuju karena prosesnya saya yakin tidak ada yang berani jamin kalau bisa berjalan damai dan aman. Setiap pergolakan yang ada di negara ini baik yang besar maupun yang kecil.. sudah disusupi dan diboncengi kepentingan-kepentingan orang2 atau partai tertentu. Yang menakutkan lagi, mereka melakukan ini dengan sangat tidak memikirkan moral atau etika. Semua dihajar! Pergantian para pengurus atau politikus tua dengan muda pun sangat mustahil. Omong kosong lah... kondisi negara ini dibikin carut marut dan pontang panting cuma dengan SATU senjata : uang! Jadi salah satu cara ampuh memperbaiki kondisi negara ini adalah dengan memberdayakan masyarakat dengat lapangan pekerjaan, berbagi sesama, dan saling bantu, dan satu lagi : JAUHI POLITIKUS dan jangan mau dihasut. Tinggalkan para dedengkot politik dan partainya.. termasuk partai-partainya. Dengan kata lain, masyarakat hidup dengan cara dirinya sendiri, mengatur dirinya sendiri, dan menghidupi dirinya sendiri. Nah dengan kata lain ini sudah masuk konsep bernegara versi anak PUNK :) Ya sudah.. mending kita berbagi terhadap siapa pun dan saling mengingatkan untuk tidak termakan partai2 berkedok tersebut, ambil saja uangnya.. ikut saja kampanyenya.. tapi jangan mau coblos. Motulz Suhaimi <[EMAIL PROTECTED] <warehouse%40lma.co.id>> wrote: Dear Pak.BuLasma Siregar & Rekan's anggota FPK, Kalau saya sich...Pak/Bu, sependapat dengan Pandangannya (Alm) Bung Pram. Beliau pernah bilang, Jika ingin membenahi Indonesia ini menjadi benar maka ganti semua aparatur negara dan aparatur birokrasi dengan Generasi Muda. Pemaknaan saya itu artinya "REVOLUSI" Nah persolannya sekarang kalau kita mau Jujur adalah : Saudara-Saudare kita dan bahkan termasuk diantaranya diri kita sendiri yang berasal dari kalangan dan atau tingkat kehidupan sosial ekonominya Menengah-Atas TAKUT dengan yang namanya "REVOLUSI" ! Kenapa ? Takut MISKIN titik. Jadi, kesimpulan subjektivitas saya adalah sepanjang Kalangan masyarakat Menengah-Atas Indonesia Takut Miskin, Maka janganlah terlalu berharap adanya perubahan yang berarti, meskipun sedemokratis apapun sistim Pemilu, Pilkada, Pil KB, Pil Kita dan Pil Pil Pil yang lainnya itu..... Kembali Salam, Suhaimi