From: AJI JAKARTA
E-mail: <mailto:[EMAIL PROTECTED]>[EMAIL PROTECTED]
Date: Tue, 30 Jan 2007 15:44:13 +0700
Wisudo hadiri rapat PKK, Kompas buat seruan
Jakarta, Kompas Inside. Untuk kali kedua, Senin (29/1/2007) petang kemarin,
Bambang Wisudo kembali menginjak Gedung Harian Kompas.
Di saat yang sama, manajemen juga memobilisir wartawan senior untuk membuat
petisi wartawan Kompas untuk mengecam aksi solidaritas terhadap Sekretaris
Perkumpulan Karyawan Kompas (PKK) ini.
Wisudo hadir di Gedung Kompas setelah menerima undangan rapat PKK.
Sebab, walau
sudah menerima surat pemecatan secara sepihak dari Pemred Kompas
Suryopratomo,
Bambang Wisudo masih tercatat sebagai Sekretaris PKK. Sebuah
organisasi serikat
pekerja yang telah terdaftar secara resmi di Depnakertrans.
Dalam rapat itu, Bambang Wisudo datang dengan ditemani tiga orang
tim litigasi
Komite Anti Pemberangusan Serikat Pekerja (KOMPAS). Mereka adalah Jhonson
Panjaitan, SH (PBHI), Sholeh Ali dan Nadya (LBH Pers).
"Saat kami masuk tidak ada yang menghalang-halangi, " kata Ali saat dimintai
keterangan. Rapat sendiri berjalan aman. Rapat dimulai di ruang PKK
pada pukul
16.00 dan berakhir pukul 18.30 WIB.
Seruan Wartawan Kompas
Sementara itu, manajemen Kompas kabarnya juga membuat manuver baru.
Setelah gagal memaksa pengurus serikat pekerja PKK membuat
pernyataan tidak ada pemberangusan serikat pekerja di harian Kompas,
kini manajemen melakukan manuver baru.
Salah satunya dengan menyatakan ke wartawan dan karyawan Kompas
bahwa aksi-aksi
yang dilakukan 36 organisasi yang tergabung dalam Komite bertujuan
menyerang dan
menghancurkan Kompas sebagai institusi.
Padahal jelas, dalam aksi-aksi yang digelar selama ini, Komite hanya mengecam
sekelompok petinggi Kompas yang telah berlaku semena-mena. Namun dengan trik
retorika ini, manajemen kemudian berhasil membakar beberapa wartawan senior.
Beberapa wartawan senior lalu membuat petisi berjudul "Seruan
Wartawan Kompas."
Lalu mereka meminta wartawan Kompas beramai-ramai menandatangani
petisi tersebut.
Ironisnya, dalam surat seruan ini tercatat nama-nama seperti Maria
Hartiningsih,
Bre Redana, dan semacamnya.
Petisi ini menyatakan, bahwa pemecatan Bambang Wisudo merupakan
masalah pribadi
yang dibesar-besarkan. Bambang Wisudo juga dituduh mengklaim menjadi
perwakilan
karyawan dan wartawan Kompas.
Langkah ini menurut Ketua Tim Litigasi Komite, Sholeh Ali, SH, harus
disesalkan.
Sebab solidaritas wartawan ini membabi-buta. Dan jelas digagas oleh manajemen
Kompas untuk mengkonter solidaritas dari luar. "Sudah jelas Bambang
Wisudo diangkat sebagai Sekretaris melalui surat keputusan yang
ditanda-tangani Ketua PKK," kata Ali.
Menurut Ali, jelas pemecatan Bambang Wisudo terkait dengan
aktivitasnya selaku
aktivis Serikat Pekerja. Dalam konteks itulah ia menjadi korban kekerasan dan
penyanderaan satpam sebelum menerima pemecatan tanpa prosedur dari Pemimpin
Redaksi Kompas Suryopratomo tanggal 8 Desember 2006.
"Jelas, 36 organisasi yang tergabung dalam Komite tidak bodoh. Kami
tidak akan
membela korban bila masalahnya cuma masalah pribadi,"
tegasnya.Karena itu Sholeh menilai petisi itu hanya sebuah manuver
baru dari manajemen. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk mengalihkan
isu. Dari isu pemberangusan aktivis serikat pekerja menjadi masalah
pribadi. Trik 'kebulatan tekad' ini memang kerap dilakukan di
pabrik-pabrik. (nay/E2)
=====================================================
Sumber: <http://kompasinside.blogspot.com>http://kompasinside.blogspot.com
(Sebelum Seruan Wartawan Kompas dibuat tanggal 27 Januari lalu, aktivis 36
organisasi sudah terlebih dahulu membuat petisi. Petisi ini belum
ditanda-tangani
semua elemen. Ini hanya menunjukkan bahwa persoalan pemberangusan
aktivis serikat
pekerja Kompas sudah masuk ke ranah publik, dan bukan semata
persoalan internal
semata)
PETISI DARI PARA S AHABAT
Kami, para dosen, peneliti dan ilmuwan sahabat dan pembaca Kompas. Selama ini
kami menaruh hormat kepada Kompas sebagai suratkabar yang akurat dan
terpercaya.
Tidak bisa dipungkiri, dari segala keterbatasan ruang gerak yang
dihadapi, Kompas
selalu mencoba berada di baris terdepan dalam memerjuangkan nilai-nilai
kemanusiaan, hak asasi, dan demokrasi, termasuk pada masa-masa
represif di bawah
rejim Soeharto
Citra yang dibangun Kompas sebagai surat kabar yang mengemban
"amanat hati nurani
rakyat", menjadi "kata hati dan mata hati", telah tertanam pada diri
kami. Akan
tetapi kami tiba-tiba dikejutkan dengan persoalan internal yang tiba-tiba
menyeruak menjadi isu publik menyangkut kekerasan dan pemecatan yang menimpa
wartawan Kompas, Sdr. P Bambang Wisudo. Dari pembicaraan maupun dari
tulisan-tulisan melalui milis, baru kemudian kami menyadari bahwa
Kompas tengah
menghadapi persoalan serius berkaitan masalah komunikasi, kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dengan dialog, kebebasan berserikat, toleransi terhadap
perbedaan pendapat yang justru melekat sebagai citra yang dibangun
Kompas selama
ini. Kekerasan sekecil apapun tidak bisa diterima sebagai cara dalam
penyelesaian
perselisihan pendapat secara beradab.
Oleh karena itu, sebagai pembaca dan sahabat Kompas kami ingin mengemukakan
harapan agar kasus ini diselesaikan dengan cara sebaik-baiknya.
Perjuangan untuk
kemanusiaan, demokrasi, dan hak asasi akan tidak sejalan tanpa usaha
menerapkannya pada diri kita sendiri. Kami berharap Kompas tetap setia pada
nilai-nilai yang diperjuangkannya dan segera melakukan pembaruan
internal agar
tetap dapat menjadi contoh bukan hanya sebagai sebuah suratkabar tetapi juga
sebuah institusi bisnis yang menjunjung tinggi humanisme.
Jakarta, 20 Desember 206
Ttd Terlampir
Adriana Elisabeth (P-2P LIPI)
Hargyaning Tyas (P-2P LIPI)
Tri Ratnawati (P-2P LIPI)
Sarah Nuraini Siregar (UI)
Afad Lal (Universitas Budi Luhur)
Sri Nuryanti (RIDEP)
Retno Handini (Budpar)
Hamdan Basyar (P2-P LIPI)
Syafuan Rozi (Dosen IISIP Jakarta)
Djoko K (PMB-LIPI)
Heru Cahyono (P2P LIPI)
Ikrar Busa Bhakti (P2P LIPI)
Jaleswari Pramodhawardani (PMB-LIPI)
Thung Julan (PMB-LIPI)
Tri Nuke Pudjiastuti (P2P-LIPI)
Johan Azhar (P2P LIPI)
Riwanto Tirtosudarmo (PMB LIPI)
Anas Saidi (PMB LIPI)
Asvi Warman Adam (P2P LIPI)
Ary (UMB)
Arfan (UMB)
Ferdi (Orientasi UMS)
R Siti Zuhro (P2P LIPI/The Habibe Center)
Ranni (P2P LIPI)
A Iriwati (P2P LIPI)
Mardyanto Wahyu T (P2P LIPI)
Ganwati Wuryandari (P2P LIPI)
Dewi Fortuna Anwar ( LIPI)
Usmar Ismail (LKN)
Tiur (Kabar)
BB (Didaktika)
Budi (Didaktika)
Nadya (LPM Diamma)
Sasmito (Transformasi)
Irham (Didaktika)
Dessi Rosdiana (LPM Diamma)
Y Roza (Didaktika)
Yohanes R (LPM Diamma)
M Yamin (Sekjen Serikat Nelayan Merdeka-Sumut)
Syahril (LPM Orientasi UMB)
Rachma (LPM Orientasi UMB)
Sari (Didaktika)
A Fauzan (Orientasi)
Realisti (LPM Diamma)
Jendra S (Orientasi)
Anggri (LPM Diamma)
Imah (Diamma)
Agnes (LPM Purnama)
Mail (FPPI)
Dan Dan N (KSR Garut)
Uhyana (STRIP)
Dkol (FPPI)
Ramly SY (FPPI)
Emots (FPPI Garut)
Ripan (FPPIGarut)
Awing (FPPI arut)
Adam (LPKL-G)
Agung Purnama (FPPI Garut)
Iwan Gunawan (FPPI Garut)
S Son (FPPI Garut)
Iwan M (FPPI Garut)
Bagas Adi (LS Garut)
Asep Saepuloh (BR Garut)
Iip T Poniman (FPPI Garut)
Ferry Shidarta (FPPI Garut)
Irmawan (FPPI Grt)
Ru Renjay (Perhimpunan Rakyat Pekerja/PRP)
Dudung (PRP)
Ndaru (PRP)
Fajar (FPPI Garut)
D Rosada (FPPI Garut)
Irwan Dani (FPPI Banten)
Marudut S (FPPI Medan)
Rahmat Pasau (PN FPPI)
Sahat (PN FPPI)
Wahyu R (Aji Jakarta)
A Bambani (serikat pekerja detk.com)
Alfa (PRP)
Irianto I Susilo (LBH Apik)
Lily (Serikat Buruh Migran)
Beno W (KASBI)
Aditya Wardhana (AJI Jakarta)
Nining E (GSBM KASBI)
Sultoni (Serikat Pekerja Madani Indonesia)
S Heri Dniyanto (Serikat Pekerja Madani Indonesia)
A Irwansyah (Serikat Pekerja Madani Indonesia)
Parsudi (Serikat Pekerja Madani Indonesia)
__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com