Jumat lalu, ketika Jakarta mulai dikuasai oleh banjir, saya mencoba menelpon 
seorang teman yang pada 2002 lalu rumahnya kebanjiran.

Dialoknya kira kira begini , ** Heiii !! Pa kabar.
                                           Aduh senang nich ada yang menelpon. 
Baik baik aja koq .  
                                       ** Bener ? Baik baik aja. Emangnya  ...?
                                           Pokoknya ada kemajauan deh
                                       ** O, yaaaa
                                           Kalau dulu se mata kaki, kini jadi 
seleher
                                           Dan aku yang mendengar jawaban itu 
sempat tergagap kendati suara temanku masih terdengar tawanya dan kemudian 
menghilang karena sibuk mengurusi rumahnya yang masih tergenang setelah kami 
mengakhiri percakapan telpon.

Dan Jakarta, banjirnya makin menjadi-jadi kalau kita melihat deretan kejadian 
banjir yang pernah melanda ibukota kita sejak 1 dasawarsa terakhir ini.

Padahal, setahu saya, di Jakarta ini banyak oarang orang pintar. Bahkan ketika 
akan jadi Gubernur pada 1997 lalu, Jendral Sutiyoso juga berkampanye akan 
menangani banjir yang sering melanda Jakarta.

Jakarta banjirnya makin saja menjadi sementara Jendral Sutiyoso akan berakhir 
masa jabatannya jadi Gubernur di Jakarta.

Mungkinkah pada Pilkada DKI mendatang akan muncul Gubernur yang tak hanya care 
pada banjir tapi benar benar bisa mengatasi banjir kendati di Jakarta banyak 
orang orang pintar ??
Goenardjoadi Goenawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                                
  
Halo sahabat,
  
 Jakarta Banjir, dan seolah tidak ada penanganan yang pasti.  Semuanya pasrah 
setiap 5 tahun sekali furniture rusak, mobil rusak, gudang rusak, hypermarket 
terendam, semuanya seolah tidak berdaya.  Sebentar lagi pasaran mobil bekas 
terendam akan menjamur di Indonesia. 
  
 Sesungguhnya, masalah Jakarta ini adalah tidak adanya (tidak memadainya) 
gorong-gorong dan saluran pompa bawah tanah.  Kalau kita lihat setiap gedung 
memiliki basement, sesungguhnya bisa dibuat peraturan bahwa basement tersebut 
digunakan sebagai tandon.  Jadi di setiap komleks pemukiman dibangun tandon, 
bisa dibawah Mall, dibawah Gedung, dibawah Apartemen, toh kalau banjir, 
basement menjadi tandon juga secara alami.  Basement Gedung BEJ misalnya, 
sampai saat ini menjadi tandon. tinggal dibangun gorong-gorong bawah tanah.   
  
 Pembangunan Jakarta saat ini lebih cenderung membangun di atas tanah, 
sedangkan kalau dilihat di negara lain, infrastruktur yang paling utama, jalur 
MRT, jalur irigasi, jalur underpass bahkan menembus gunung, semuanya di bawah 
tanah. 
  
 salam,
 Goenardjoadi Goenawan
 
     
                       

                
---------------------------------
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! mempunyai perlindungan terbaik terhadap spam. 
 http://id.mail.yahoo.com/

Kirim email ke