Sangat sependapat dengan yang disampaikan oleh Bung Danny Lim.
Salah satu usaha untuk mencegahnya adalah buatlah sumur resapan sebanyak 
mungkin. Dan untuk itu mungkin mega proyek sumur-sumur resapan dengan pola 
setengah elips mengelilingi wilayah DKI dengan jarak antar sumur resapan 250 m 
perlu dipertimbangkan. Jadi..., jangan jalan toll outer ring road saja yang 
perlu dipikirkan ! 

Tetapi itu hanya salah satu usaha, yang lebih penting lagi adalah tegakan 
peraturan dan tumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya resapan dan 
tidak membuang sampah seenaknya di saluran air/sungai.

Mungkin hal ini bisa kita mulai dari diri sendiri, air cucuran atap dan air 
bekas mandi (bukan air bekas mencuci pakaian), sebelum masuk keselokan salurkan 
ke sumur/lubang resapan. Tidak perlu besar-besar cukup 0,5 m x 0, 5 m dengan 
kedalaman 0,5 - 1 m.  Hal ini cukup membantu ketersediaan air dilingkungan 
rumah kita. Selamat mencoba...

Salam,
hr

----- Original Message ----
From: Danny Lim <[EMAIL PROTECTED]>
To: mediacare@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, February 6, 2007 1:56:54 AM
Subject: [mediacare] Re: Banjir, Salah Siapa? pola pikir tidak dewasa

Jakarta PASTI tenggelam!!! Kini tanah Jakarta ambles rata-rata 25 cm 
per tahun. Berarti dalam waktu 40 tahun akan ambles 10 meter, alias 
Jakarta akan lenyap sama sekali ditelan Laut Jawa. Penyebabnya 
adalah penyedotan air tanah oleh 80% penduduk Jakarta guna 
minum/mandi/ cuci. Menurut Technische Universiteit Delft, hanya 20% 
penduduk Jakarta menerima air dari PAM, selebihnya menyedot air 
tanah. Ilmu Fisika/Geologi berkata: bila air tanah di Jakarta 
disedot, maka secara alami air di sekeliling Jakarta akan berusaha 
memenuhi rongga tanah yang terjadi. Namun karena penyedotan air di 
Jakarta melampaui kemampuan air tanah di sekeliling Jakarta memenuhi 
rongga tanah yang kosong, maka tanah Jakarta pun ambles secara rutin.

Ditambah dengan kenaikan temperatur dunia (baca: naiknya permukaan 
air laut a.l. akibat pembakaran hutan besar-besaran di Kalimantan), 
maka tenggelamnya Jakarta sudah bisa dipastikan sedari sekarang. 
Pertanyaannya bukan lagi "akan tenggelamkah Jakarta?" 
melainkan "tahun berapa Jakarta akan tenggelam?" Semoga kalian di 
Jakarta tabah.

Salam prihatin, Danny Lim, Nederland

--- In [EMAIL PROTECTED] ps.com, eka zulkarnain <ekalucky_01@ ...> 
wrote:
>
> Kalo kata gue nih, ya yang salah itu Aparat pemerintah
> alias penegak hukumnya dan masyarakatnya sendiri.
> Sebetulnya masalah banjir itu masalah klasik, dan
> sebenarnya bisa ditanggulangi dan diminimalisir. Gw
> ngak mau panjang lebar. Ini contohnya. 
> Waktu pembangunan jalan Busway Koridor VI yang
> menghubungkan Ragunan - Kuningan, para pekerja yang
> memperlebar jalan dengan seenak jidatnya membuang,
> tanah-tanah hasil pelebaran dan pembuatan jalan
> pedestarian ke selokan di pinggir jalan. Termasuk
> selokan yang ada di depan kantor gw di Jalan
> Margasatwa Raya. Tumpukan tanah itu ditumpuk di dalam
> sekolan, berikut sampah dan lain-lain. Berarti ini
> otak aparat kagak ada. Itu contoh kecil saja. 
> Dan mungkin untuk masyarakatnya, gw sih melihat banyak
> anggota masyarakat itu termasuk Bangsa Keledai. Enggak
> mau mengubah cara berpikir, buang sampah sembarangan
> lah dll. Dan cara pikir ini tak cuma menghinggapi
> orang miskin, orang kaya juga. 
> Kalo cara berpikir aparat dan masyarakatnya tak
> berubah, ya kita lihat saja nanti siklus banjir lima
> tahunan mendatang. Di jamin Jakarta bakal tenggelam
> wakakakaka
> 
> 
> 
> 
> --- sasmito sudewo <sasmitosudewo@ ...> wrote:
> 
> > Kita masih terbiasa dn selalu membiasakan salah
> > menyalahkan yang lainm,kenapa sih masih suka
> > memelihara polah pikir kekanak-kanakan?
> > --- hendri ruslan <hendriruslan@ ...> wrote:
> > 
> > > Banjir terjadi karena kesalahan kita semua, tetapi
> > > yang lebih salah lagi adalah pemerintah yang
> > > mempunyai wewenang untuk mengatur segala
> > sesuatunya
> > > di negeri ini.
> > > 
> > > Apa salahnya ? banyak dan banyak sekali antara
> > lain
> > > tidak menjalankan undang-undang atau peraturan
> > yang
> > > sudah dibuat. Malahan U2 atau peraturan yang
> > dibuat
> > > sengaja dipakai untuk mendapatkan keuntungan
> > pribadi
> > > ataupun golongan. Sehingga muncullah :
> > > - hutan dibabat habis.
> > > - pemukiman baru muncul di daerah resapan.
> > > - pemukiman baru muncul tanpa adanya sumur resapan
> > > disetiap perumahan dan tidak adanya area resapan. 
> > > - Saluran air disetiap perumahan, cenderung
> > saluran
> > > irigasinya dibalutin dengan semen sampai dasar
> > > sehingga air yang masuk ke saluran tersebut dengan
> > > deras mengalir ke arah hilir tanpa ada yang
> > meresap
> > > ke dalam tanah.
> > > - Masyarakat dibiarkan membuang sampah seenaknya
> > ke
> > > dalam saluran air atau sungai tanpa ada sanksi
> > tegas
> > > dan jelas.
> > > - Masyarakat dibiarkan membangun di atas dan
> > > dibantaran selokan air/sungai.
> > > - Halaman bangunan kantor-mall- rumah dsbnya,
> > disemen
> > > atau di aspal sehingga tidak memberi air untuk
> > > meresap ke dalam tanah.
> > > - Dstnya.
> > > 
> > > Bagaimana untuk mengurangi banjir ?, terapkanlah
> > > semua U2 atau peraturan yang dibuat dengan tegas
> > dan
> > > jelas tanpa pandang bulu. Dan pemerintah harus
> > > berani menerapkan sanksi atau hukuman terhadap
> > > pejabat atau aparat yang bermain mata begitu juga
> > > kepada masyarakat tanpa pandang bulu.
> > > 
> > > Ngak malu sama anak kecil yang berceloteh.. ..,
> > > Belanda aja yang daratannya dibawah permukaan laut
> > > ngak pernah dengar tuh kebanjiran.. .!!!!!!.
> > > 
> > > JANGAN SALAHKAN ALAM, DAN JANGAN SALAHKAN BOGOR,
> > > maluuuuuu dong.... selalu nyari kambing hitam -
> > > kapan berubahnya !
> > > 
> > > Slm,
> > > hr
> > > 
> > > ----- Original Message ----
> > > From: Sunny <[EMAIL PROTECTED]>
> > > To: Undisclosed- Recipient@ ...
> > > Sent: Monday, February 5, 2007 6:26:02 AM
> > > Subject: [mediacare] Banjir, Salah Siapa?
> > > 
> > > http://www.hariansi b.com/index. php?option=
> > > com_content& task=view& id=22338& Itemid=36
> > > 
> > > Banjir, Salah Siapa? 
> > > Written by Redaksi 
> > > 
> > > 
> > > Feb 03, 2007 at 09:00 AM 
> > > Ibukota RI, Jakarta terendam banjir. Itu adalah
> > > berita besar yang terpampang di hampir seluruh
> > > media.
> > > Banjir, memang melumpuhkan Jakarta,
> > menenggelamkan
> > > rumah warga dan menyebabkan ribuan warga
> > mengungsi.
> > > Sungguh menyedihkan bahwa simbol negara kita
> > > bagaikan tercekam dalam penderitaan. Kereta api
> > > lumpuh. Sarana transportasi macet total.
> > > Ada apa dengan banjir? Sungguh amat disayangkan
> > > bahwa kita sebagai warga negara tak pernah belajar
> > > dari pengalaman. Beberapa tahun lalu, Jakarta
> > pernah
> > > mengalami hal yang sama. Jakarta dan sekitarnya
> > > terendam oleh banjir besar selama seminggu.
> > > Kemacetan dan kelumpuhan multisektor terjadi.
> > > 
> > > Bertahun-tahun kemudian Jakarta dilanda oleh
> > banjir
> > > secara sporadis. Hingga kini banjir kemudian
> > terjadi
> > > lagi. Tinggi banjir yang bahkan mencapai 3 meter
> > > telah menyebabkan kota Jakarta dan sekitarnya
> > > bagaikan lautan air. Danau besar terbentuk di
> > > mana-mana dan lautan manusia yang menderita juga
> > > bertambah.
> > > 
> > > Persoalan ini memang persoalan klasik. Sayangnya,
> > > antisipasi tidak pernah datang. Penataan banjir
> > > bagaikan persoalan kecil dibandingkan dengan
> > > pengembangan perumahan, pembangunan koridor baru
> > > busway atau menjelang pilkada di jantung Indonesia
> > > itu. Padahal, seandainya bisa menjadi barometer,
> > > gagalnya antisipasi banjir di sana adalah sebuah
> > > kegagalan dalam menunjukkan keseriusan membangun
> > > yang dimulai dari pemerintah pusat sendiri.
> > > 
> > > Banjir dalam skala besar tidak mungkin terjadi
> > jika
> > > tidak ada kerusakan besar. Itu adalah kenyataan
> > yang
> > > sangat penting untuk diperhatikan oleh kita semua.
> > > Kerusakan besar memang terjadi di mana-mana,
> > > terutama di Jakarta. Daerah penyangga tidak cukup
> > > kuat untuk menjadi daerah resapan dan penahan
> > luapan
> > > air. Daerah itu telah diubah menjadi bangunan
> > tinggi
> > > dan kuat.
> > > Semua yang bisa dikonvensi akan dikonvensi, atas
> > > nama pembangunan memang menjadi sebuah kalimat
> > yang
> > > selalu diamini oleh pelaksana pembangunan. Bukan
> > > saja di Jakarta, di hampir semua kota besar, lahan
> > > kosong, pepohonan hijau, bahkan pinggiran sungai,
> > > dijadikan objek pembangunan. Dibangunlah di
> > atasnya
> > > pemukiman, mall, pusat bisnis dan lain sebagainya,
> > > yang memang secara ekonomis amat menguntungkan.
> > > 
> > > Tetapi yang terjadi memang sebuah pertukaran yang
> > > tidak selamanya menguntungkan. Alam punya batas
> > > toleransi sendiri. Maka kerugian yang diberikan
> > pada
> > > manusia diganti dengan meluapnya air dimana-mana
> > > ketika musim penghujan datang. Maka fenomena yang
> > > kita saksikan adalah alam membuktikan kekuatannya.
> > > 
> > > Kita teringat dengan puisi yang berasal dari suku
> > > kuno di pedalaman Amerika Latin. Mereka
> > menyatakan,
> > > "pepohonan jangan ditebang, karena pohon berdiri
> > di
> > > atas debu nenek moyang". Itu adalah ekspresi
> > > kehidupan yang di era modern semakin langka
> > > maknanya. Kebalikannya justru terjadi. Pohon
> > > dianggap gangguan dan tidak perlu sama sekali.
> > > Bahkan jika mau, pohon kemudian diciptakan manusia
> > > dalam bentuk pajangan.
> > > 
> > > Manusia merusak alam, maka alampun membalaskan
> > > sakitnya dirusak. Itulah yang kemudian terjadi
> > > ketika banjir ini terjadi. Entah untuk kesekian
> > > kalinya alam menyatakan hal ini dan entah untuk
> > > sampai kapan, kebijakan pembangunan akan lebih
> > > berpihak kepada upaya memperbaiki lingkungan. Akan
> > > tetapi dilihat dari sudut pandang manapun, banjir
> > > yang terjadi di Jakarta, sebagai pusat
> > pemerintahan,
> > > pusat bisnis dan pusat sosial-ekonomi masyarakat
> > > Indonesia, adalah masalah kita bersama. Sebuah
> > iklan
> > > punya jargon," tanya kenapa". Kita, seharusnya tak
> > > perlu bertanya-tanya mengenai banjir yang terjadi
> > > ini. Tidak perlu, "kenapa tanya". Yang perlu
> > adalah
> > > melakukan sesuatu untuk mencegah terulangnya
> > banjir
> > > ini di masa depan. (***)
> > > 
> > > 
> > > 
> > > Send instant messages to your online friends
> > > http://uk.messenger .yahoo.com 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >
> 
____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
____________ ___
> > Be a PS3 game guru.
> > Get your game face on with the latest PS3 news and
> > previews at Yahoo! Games.
> > http://videogames. yahoo.com/ platform? platform= 120121
> > 
> 
> 
> Eka Zulkarnain
> 
> 
> 
> 
> 
____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
____________ ___
> Any questions? Get answers on any topic at www.Answers. yahoo.com. 
Try it now.
>




Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Kirim email ke