setuju pak Katono.M dan Pak Sigit, kita ini kaya akan alam, bayangkan biji buah yang jatuh karena terbawa angin atau sisa kelelawar yang makan saja, bisa tumbuh dengan subur tanpa ditanam dengan benar dan dipupuk. jadi kesimpulannya tanah kita / alam kita dikaruniai keberlimpahan.! sayangnya manusia yang dilimpahi kekayaan alam ini punya dua sifat yang sangat merusak untuk hidup sejahtera. 1. golongan kaya hanya memikirkan bagaimana mengelola kekayaan alam ini dengan instan cepat jadi uang, tanpa harus kerja keras, ya jadi TENGKULAK aja..! dengan kekuasaan jabatan dan uangnya, mereka menjual/ mengadaikan kekayaan alam bumi pertiwi ini, tanpa mikir untuk mengelolanya dengan bijaksana.
2. golongan miskin, mereka punya sifat "pasrah diri" dengan kemiskinannya mereka hanya berharap jadi golongan yang disuapi, disedekahi dan dikasihani dan jadilah mereka media dagangan laris untuk membuat negara lain iba dan menitikan air mata menyaksikan tayangan TV memperlihatkan anak busung lapar, korban bencana alam dan lainnya, maka komplitlah penderitaan masyarakat kita diatas limpahan alam. jika saja, setiap hati anak-anak yang lahir dalam kemiskinan, bersumpah dalam hati untuk bisa keluar dari kemiskinan dengan cara apapun yang positif, mungkin tidak usah banyak jumlahnya hanya 10% aja, yang benar2 bertekad untuk keluar dan jadi manusia yang tdk berharap ada pihak yang akan memberi sedekah pada dirinya. maka generasi miskin bisa terkikis sedikit demi sedikit tapi pasti bisa berkurang jumlahnya..! saya mengenal seorang anak yang terlahir miskis (ibu penjual pecel, ayah tukang pangkas rambut dibawah pohon kenari) begitu miskinnya keluarga ini, sampai mereka hanya menempati 1 ruang bilik (3x2 m) dipinggir kali Pakancilan di Bogor, yang kalau hujan meluap dan harus siap mengungsi. tapi sang anak memendam dendam untuk bertekad keluar dari kemiskinan keluarga dan lingkungannya. apa yang dilakukan anak ini, ketika tangannya yang mungil ( usia10 thn) sdh fasih mengoreng pisang dan ubi, dia buat pisang dan ubi goreng diatas tanah kosong dipinggir kali dekat rumahnya, dan dia himpun bebrapa teman sebayanya untuk berkeliling desa menjajakan dagangannya, uang dari hasil jual dibelikan buku bekas dan koran bekas, dia belajar bersama kelompok dagangnya untuk bisa pintar.. tapi apa yang terjadi dari 8-10 anak yang bersamanya bertekad keluar dari kemiskinan hanya dirinya yang benar2 bersumpah untuk "tidak miskin" lagi dengan jalan jadi pintar dengan media belajar seadanya, walaupun harus belajar dari buku bekas dan pura2 bejualan dihalaman sekolah orang untuk "mencuri" ilmu yang anak lain yang bisa bersekolah..seiring waktu berjalan, anak lainnya bosan bekerja keras hanya utk beli buku dan mempelajarinya, mereka lebih suka uangnya dipakai jajan dan beli makanan karena memang lapar. maka begitu dewasa mereka tetap saja miskin menjadi tukang parkir liar, sopir cadangan dari bemo butut, atau jadi pembantu rumah tangga yang digaji minim karena tidak punya keahlian (misal memasak atau lainnya) jadi kesimpulan yang ada dipikiran saya, harus ada badan yang dimotori oleh orang2 yang punya tekad memberi motivasi dan inspirasi pada rakyat miskin yang jelas jumlahnya lebih banyak dari rakyat kaya untuk bisa bertekad, memerdekakan dirinya dari kemiskinan ini, jangan hanya berharap jadi bulan-bulanan kasihan dari orang yang hanya mengambil keuntungan diatas penderitaan mereka. yang menyedihkan saya sendiri hanya baru punya pikiran ini, tapi belum bisa merealisasikan untuk membentuk wadah ini, karena jelas ini bisa bukan terjadi hanya dengan berkata 1, 2, 3 jadilah..! salam prihatin, L.H. Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kita memang kaya akan semua itu , kecuali human resources yang bermutu, yang sanggup mengelola semua kekayaan itu secara baik sehingga tidak ada lagi rakyat yang miskin. Minimal jumlah rakyat miskin berkurang secara substantif. Samarinda merupakan pilihan tenpat yang tepat karena Kaltim merupakan pripinsi kaya (kalau tidak terkaya) di Indonesia, tetapi rakyatnya banyak yang miskin. Baru-baru ini Gubernurnya ditegur Wapres ketika meresmikan gedung kantor dan rumah gubernur yang megah di tengah rakyat yang masih miskin. KM -------Original Message------- From: mediacare@yahoogroups.com Date: 02/12/07 12:50:42 To: mediacare@yahoogroups.com Subject: Re: [mediacare] Fwd: Kemiskinan adalah persoalan berat bangsa ini Bung Bambang, Rasanya memang absurd sekali, negara kita miskinnya di mana sih? Emas berlimpah di Papua, Minyak Bumi seabrek, CPO apalagi, jumlah manusianya 200 juta (yg pinter-pinter juga banyak), industri maju, dll. Jadi, kita kaya akan resource capital, human capital, knowledge-based industry, dll. Kok malah miskin? aneeeh....... Pers, bisakah Anda mendudukkan bangsa ini ke posisi yang sebenarnya? sigit p.,- Full Gospel Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Peranan pers dalam membantu mengatasi kemiskinan diangkat sebagai tema Konvensi Nasional Media Massa di Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis ( 8/2). Konvensi itu digelar sebelum peringatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada tanggal 9 Februari 2007. Selain itu, konvnensi juga membahas standarisasi kompetensi wartawan dan kategorisasi media massa. Kemiskinan adalah persoalan berat bangsa ini dan apa kontribusi pers untuk mengatasinya kata Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) Tarman Azzam di Samarinda Rabu ( 7/2) malam. Menurut Tarman, pers sebaiknya lebih banyak mengangat isu-isu kemiskinan. Misalnya masalah petani dan kehidupan sehari-hari masyarakat miskin. Namun, idealnya pers juga perlu membuka solusi untuk masalah tersebut. Di samping itu, keberhasilan suatu kelompok masyarakat dalam mengatasi kesulitan hidup sebaiknya diberitakan agar memicu semangat yang sama bagi kelompok lainnya .. ( Kompas, Peran Pers tgl.8 Februari, halaman 24 ) Bagaimana pendapat teman-teman? Bambang Wiyono Peduli PP No. 7, HP 081 2327 3886 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com