Ya, sejauh ini gw masih seorang jurnalis, hehehe...dan gak perlu pake 
idem2 ditto segala tentang gw siapa, cemen!

Btw, gw sendiri merasa, gak perlu lagi ada posko2 banjir. Gak perlu! 
Yang perlu, dan sangat perlu, cuma kesadaran; kesadaran cinta alam. 

Soe Hok Gie jelas-jelas bilang, untuk bisa punya rasa cinta tanah air 
itu gak bisa cuma duduk manis dan tengok kiri - kanan dari jendela 
mobil mewah, tapi lu harus terjun ke alam dan kenali masyarakat di 
sekitarnya. Makanya, Hok Gie dan temen2 Mapala UI-nya naik gunung, 
dan terus naik gunung (termasuk arung jeram, panjat tebing, diving,  
caving, penelitian lingkungan). Jadi, gak perlu banyak hipokrisi, 
ngoceh sana-sini, tapi langsung berada di antara ke obyeknya, yakni 
alam bebas! 

Sebagai salah seorang senior di kelompok pencinta alam tempat Hok Gie 
itu, Norman Edwin sendiri pernah curhat ke sohibnya Didiek Samsu,--yg 
juga tewas bersama Norman waktu mendaki Aconcagua, Argentina, sekitar 
15 tahun lalu. Kata Norman, di obituari Norman-Didiek di Majalah 
Tempo edisi tahun 1992, "Gue heran, anak sekarang kok makin jauh ya 
dari alam (gunung)". 

Intinya begini, kalau lu mau sadar, maka lu harus cinta dulu, dan 
sebelum cinta, elu kenalan dulu. Tak kenal maka tak sayang, begitu 
juga alam! Gak perlu jadi pecinta alam, tapi kita semua masyarakat 
Indonesia bisa sadar untuk: gak buang sampah sembarangan, gak rakus 
tebang pohon, dan masih banyak lagi tanpa peduli kaya atau miskin 
serta agama atau partai apa dia berasal! 

Gw salut sama anak2 SMA itu, dan gak perlu gw tanya apa 
manfaatnya...toh gw masih ngelakuin hal yg sama dengan 
mereka...yakni, sebisa mungkin mencintai alam di sekitar gw dan di 
manapun kelak gw berada! 

regards, 

Latief/Matra 
   

       

--- In mediacare@yahoogroups.com, "Danny Lim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bila anda seorang jurnalis, ada bagusnya coba mengontak para 
pelajar 
> SMA itu, mungkin kini telah menjadi mahasiswa. Tanyakan ke mereka 
> apakah kegiatan Lintas Alam Ekowisata Ciliwung itu bermanfaat? Apa 
> efeknya terhadap kehidupan/cara berpikir/tingkah laku mereka? Sebab 
> bila jurnalis tidak tertarik kepada Ciliwung, kemungkinan kegiatan 
> Ekowisata Ciliwung itu juga bakal (atau sudah) menjadi almarhum 
juga?
> 
> Mesti dibenamkan ke kepala setiap orang Indonesia (seperti di 
> Belanda sini) bahwa "alam bisa hidup tanpa manusia namun manusia 
> tidak bisa hidup tanpa alam". Jadi menjaga alam sama dengan menjaga 
> kehidupan manusia sendiri. Last but not least, buang jauh-jauh 
(bila 
> Latipuscaverius idem dito dengan Fery Zidane, Ibnu Sudarmono dll.) 
> paham posko banjir, sebaliknya kembangkan filofofi MENCEGAH BANJIR. 
> Sebab tidak ada rakyat yang senang ditolong posko banjir, mereka 
> semua maunya TIDAK KEBANJIRAN, bukan ditolong oleh posko banjir. 
> Bukan begitu?
> 
> Salam hangat, Danny Lim, Nederland
> 
> --- In mediacare@yahoogroups.com, "latipuscaverius" 
> <latipuscaverius@> wrote:
> >
> > Oom Danny, 
> > 
> > daku pernah membaca yang seperti ini di "almarhum" Majalah Suara 
> > Alam, kalau gak salah di edisi sekitar tahun 1988 atau 1989 
silam. 
> > Maklum, majalah tua sih. Dan lagi, penulisnya pun udah almarhum, 
> > yakni Norman Edwin. Di situ, Norman menyebutkan mana wilayah2 
> > terparah dari DAS-DAS Ciliwung yang ada ketika itu, bahkan 
> termasuk 
> > laporan flora dan fauna yang makin menipis menghidupi kawasan DAS 
> > tersebut baik yang di Bogor hingga Jakarta....
> > 
> > Sayang, majalah Suara Alam (SA), -kalu gak salah juga di bawah 
> > bendera Suara Pembarauan, itu kini entah kemana, barangkali 
hilang 
> > dari almari saya ...Namun yang terpenting, tentu saja, apa yang 
> > dilakukan anak2 SMA itu bisa menambah daftar koleksi data yang 
> > didapatkan oleh Norman untuk digunaakan sebaik-baiknya buat masa 
> > depan Ciliwung..
> > 
> > salam, 
> > 
> > Latief/MATRA 
> > 
> > 
> >  
> > 
> > 
> > --- In mediacare@yahoogroups.com, Danny Lim <d.lim@> wrote:
> > >
> > > DL - Artikel Suara Pembaruan di bawah ini saya simpan sejak 
> tahun 
> > 2004, kini saya posting (ulang) dalam situasi Jakarta yang porak-
> > poranda akibat banjir. Lintas Alam Ekowisata Ciliwung adalah 
> sebuah 
> > kegiatan amat positif. Kenal maka sayang, bila generasi muda 
> > Jakarta/Indonesia berkenalan dengan alam sejak usia dini, dijamin 
> > mereka akan mencintai dan memelihara alam Indonesia bila sudah 
> jadi 
> > gubernur atau menteri. Ada terbaca lembaga bernama Green School, 
> > dapatkah rekans bercerita tentang Sekolah Hijau ini? Dan dapatkah 
> > anda-anda minta komentar para peserta lintas alam 2 tahun y.l. 
> > seperti terbaca di bawah ini, tentang banjir Jakarta yang 
> sekarang? 
> > Terima kasih banyak.
> > > 
> > > 
> > > SUARA PEMBARUAN DAILY 
> > > ----------------------------------------------------------------
-
> ---
> > ------------
> > > 
> > > Seru dan Menantang, Lintas Alam di Ekowisata Ciliwung
> > >  
> > > 
> > > iasanya petualangan alam bebas seperti lintas alam atau susur 
> > sungai dilakukan di luar kota. Tapi hal ini tidak berlaku bagi 
> > pelajar dari lima wilayah di DKI Jakarta. Dengan gembira mereka 
> > melakukannya beberapa waktu lalu di salah satu dari 13 sungai 
yang 
> > ada di Jakarta, yaitu di Sungai Ciliwung. Tepatnya di daerah 
> > Srengseng Sawah, di Jalan H Sibi, RT 008 RW 01, Kecamatan 
> Jagakarsa, 
> > Jakarta Selatan. 
> > > 
> > > Pagi itu puluhan pelajar dari lima wilayah DKI dan ratusan 
warga 
> > dari tiga kelurahan (Srengseng Sawah, Lenteng Agung, dan Tanjung 
> > Barat) berkumpul menjadi satu di Perkampungan Betawi Srengseng 
> Sawah, 
> > guna meramaikan acara Ekowisata Ciliwung yang dimotori oleh Badan 
> > Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta. Ikut 
> bekerja 
> > sama dalam acara itu, Kerabat WWF, Kelompok Aksi Cinta Lingkungan 
> > (Kancil) Indonesia, masyarakat local, dan sejumlah lembaga 
> lainnya, 
> > baik pemerintah maupun swasta. 
> > > 
> > > Menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan BPLHD 
> DKI, 
> > Ir Junani Kariwiria, Msi, ekowisata Ciliwung diadakan untuk 
> > mewujudkan daya manfaat sungai bagi masyarakat lokal melalui 
> wacana 
> > ekowisata sungai dalam rangka menumbuh-kembangkan kecintaan 
> > masyarakat terhadap sungai, serta meningkatkan kesadaran dan 
> > kepedulian masyarakat. Agar mereka dapat berperan aktif dalam 
> > mengembangkan potensi sungai serta daerah aliran sungainya. 
> > > 
> > > "Acara yang digelar cukup banyak dan beragam untuk mulai dari 
> anak-
> > anak, remaja sampai orang tua," kata sekretaris pelaksana 
kegiatan 
> > itu Dra Atty Chandrawati, sambil menyebutkan contoh perlombaan 
> > memasak makanan dan minuman khas Betawi yang diikuti oleh ibu-ibu 
> PKK 
> > RW bantaran sungai yang berlokasi di tiga kelurahan, pemberian 
> pohon 
> > produktif, penanaman pohon dalam rangka Gerakan Rehabilitasi 
Hutan 
> > dan Lahan (Gerhan) serta Puncak Penghijauan dan Konservasi Alam 
> > Nasional (PPKAN), dan pelepasan bibit ikan sekitar 5.000 ekor dan 
> > pelepasan burung 30 ekor. Juga diadakan pameran yang menampilkan 
> > program-program dari instansi atau lembaga-lembaga pemerintah dan 
> > swasta yang terlibat. Turut juga Kelompok Sekolah Hijau (Green 
> > School) dengan menampilkan produk-produk daur ulang limbah 
> plastik. 
> > > 
> > > Begitulah, setelah acara seremonial yang dihadiri juga oleh 
> Wakil 
> > Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, para pelajar itu memulai lintas 
> > alam dengan menapaki hamparan karpet hijau, memasuki gua-gua 
> > dedaunan, pohon-pohon bambu yang sedikit melintang, menikmati 
> lekukan 
> > bantaran sungai dan keindahan panorama alam yang terbilang masih 
> asri 
> > serta banyak dijejali oleh rerimbunan pohon. Tercatat antara lain 
> > siswa-siswi dari SMU 70, Al-Azhar, 38 dan 109 semuanya di Jakarta 
> > Selatan, lalu SMU 13 Jakarta Utara, SMU 50 Jakarta Timur, SMU 16 
> > Jakarta Barat dan Pusat SMU 35 Jakarta Pusat, ikut serta. 
Kegiatan 
> > ini dimulai dengan penelusuran bantaran sungai dari Jalan H. 
Sibi, 
> > Srengseng Sawah, menuju start arung sungai (Fun Rafting) yaitu di 
> > Jembatan Akses UI Pal Kelapa Dua, Depok, dan berakhir (finish) di 
> > Bambon, Srengseng Sawah. Jarak dari start hingga finish sekitar 3 
> > kilometer, dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. 
> > > 
> > > 
> > >  
> > > 
> > > Petualangan ini memang asyik, seru dan menantang, karena 
panitia 
> > menyajikan permainan keanekaragaman hayati dan permainan pilah 
> > sampah. Peserta diminta mencari dedaunan atau aneka jenis daun 
> yang 
> > tersebar di sepanjang jalur lintas alam. Daun yang diambil bukan 
> daun 
> > yang ada di pohonnya atau daun masih hidup, namun yang diambil 
> > hanyalah daun kering atau yang telah jatuh dari pohonnya dan 
> ukuran 
> > daun yang diambil pun minimal berdiameter 10 cm. Kemudian daun 
> yang 
> > dipungut peserta tadi, dimasukkan ke wadah yang telah disediakan. 
> > > 
> > > Sedangkan permainan pilah sampah, peserta diminta juga 
mengambil 
> > sampah yang tersebar di sepanjang jalur lintas alam, kemudian 
> memilah 
> > sampah tersebut antara organik (basah) dan anorganik (kering), 
> tetapi 
> > yang diutamakan sampah-sampah plastik (anorganik), lalu 
> dikumpulkan 
> > ke wadah yang disediakan. "Acara ini bagus, seru banget, karena 
> > peserta disuruh mengambil berbagai jenis dedaunan dan memungut 
> sampah 
> > untuk dipilah," ujar Prima Zeny Putri Astria (17) siswi kelas III 
> SMU 
> > 13 Jakarta Utara dengan nada semangat. 
> > > 
> > > Selain itu, acara tersebut dapat menumbuh-kembangkan cinta 
> > lingkungan, menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah 
> ke 
> > Sungai Ciliwung, juga dapat menumbuhkan jiwa semangat kebersamaan 
> dan 
> > jiwa kepemimpinan, tambah dara manis yang juga anggota Green 
> School 
> > di sekolahnya. Hal senada juga diucapkan Safii, siswa SMU 8 
> Jakarta 
> > Selatan. Menurutnya, lintas alam ini seru, dan dia baru pertama 
> kali 
> > mengalami lintas alam sambil menyusuri sungai Ciliwung dengan 
> perahu 
> > karet. Ternyata masih ada keasrian alam yang berada di Jakarta. 
> > > 
> > > Kali ini panitia sengaja menjadikan acara ini sebagai lomba, 
dan 
> > penilaiannya adalah kelompok yang paling banyak mengumpulkan 
> sampah 
> > dan membawa berbagai jenis daun, serta penilaian terhadap kerja 
> sama 
> > tim dan pemahaman terhadap lingkungan hidup. Hasilnya adalah SMU 
> 13 
> > Jakarta Utara sebagai juara pertama, disusul juara kedua SMU 38 
> > Jakarta Selatan dan di urutan ketiga peserta dari SMU 16 Jakarta 
> > Barat. 
> > > 
> > > AGUS JAELANI 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > ----------------------------------------------------------------
-
> ---
> > ------------
> > > Last modified: 23/12/04
> > >
> >
>


Kirim email ke