Enak juga baca banyak info yg dibalik pengambilan keputusan Mas Ade beristri dua. Enak juga baca komplain dan 'hujatan' Mbak Dinda dan Mbak Omie dll itu Setuju juga buat sharring nya Mas Agus sekarang ini, saya cuma mikir 'penderitaan nurani' Mas Ade maupun Aa Gym setelah keputusan beristri dua itu... Rasanya enaknya dapat yg lebih seger itu cuma sebentar , setelah itu yah 'penyesalan dan penderitaan'...[ barangkali ..] Oleh karena itu kalau saya mikir buat apa menambah penderitaan Mas Ade dkk , apalagi sekarang posting Mas Ade [ juga statement Aa Gym] dalam menjawab 'hujatan' kelihatan di ada2 in , jadi makin menderita tuh...
Salam , martin - indiana ----- Original Message ---- From: agung cahyono widi <[EMAIL PROTECTED]> To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 7:52:15 AM Subject: Re: Utk Mbak Dinda. Mendukung Bung Ade Re: Dalam hidup orang bisa berubah - Re: [mediacare] Sikap tdk konsisten Ade Armando ttg Poligami Takdir ditentukan oleh manusia, that's why kita disebut mahluk paling mulia. Bukan cuma karena kita punya akal budi, tetapi juga diberikan kebebasan memilih, pilihan kitalah yang menentukan takdir kita ke depannya. contoh: jika kita memilih jadi orang baik, maka Tuhan akan menunjukkan jalan a,b,c (asumsikan c kematian)kepada kita, tetapi jika kita memilih menjadi orang jahat mungkin jalan itu akan menjadi a,d,f,g dan berakhir dengan c. Bahkan malaikat atau iblis pun tidak diberikan pilihan oleh Tuhan, hanya kita manusia. so berbahagialah kita manusia. Dan please jangan bilang takdir yang menentukan jalan kita, karena kitalah yang membuat takdir kita (at least that's what i thought). Just sharing thx ----- Original Message ---- From: Christopher Nommensen <[EMAIL PROTECTED]> To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Monday, February 19, 2007 10:30:42 AM Subject: Utk Mbak Dinda. Mendukung Bung Ade Re: Dalam hidup orang bisa berubah - Re: [mediacare] Sikap tdk konsisten Ade Armando ttg Poligami Orang memang bisa berubah.... Dulu menyatakan setia pada istri tercinta... Tetapi istri pertama mulai menua.. sedangkan di depan mata ada mahasiswa berusia di awal 20-an yang masih "suegerr"... sayang kan kalau disia-siakan ....bukan begitu bung Ade?? Mbak Dinda.. Kita tunggu saja 30 tahun lagi... Jika istri kedua bung Ade, si Citra sudah mulai menua... sedangkan bung Ade masih jadi dosen... Apakah dia akan memperistri mahasiswanya yang masih segerrr.... Hidup Bung Ade... Pencinta "kesegaran" [EMAIL PROTECTED] net.id wrote: Dinda yang terhormat, Kalau Anda menganggap saya tidak konsisten, ya tidak apa-apa. Kalau Anda tidak akan mendukung saya menjadi anggota KPI, ya juga tidak apa-apa (Lagipula, saya memang sudah tidak terpilih kembali kok) Tapi pertama-tama, saya harus katakan bahwa sebenarnya dalam hidup orang memang bisa berubah. Apalagi bila kita terus belajar, seringkali kita menemukan hal-hal baru, penjelasan-penjelas an baru yang dapat mengubah sikap-sikap kita sebelumnya. Saya justru menyarankan agar kita tidak fanatik berpegang pada satu pendapat dan menutup mata dan telinga pada pendapat lain yang berbeda. Sebagai contoh, saya dulu misalnya sama sekali tidak bisa menerima pornografi. Sekarang, saya menganggap bahwa yang terpenting adalah kalaupun pornografi itu diizinkan, pornografi harus ditawarkan hanya di tempat-tempat terbatas dan tidak boleh memuat materi yang mengandung kekerasan terhadap perempuan atau menampilkan model anak-anak. Poin saya, perubahan adalah sesuatu lazim. Sebagian orang bahkan bisa berpindah agama, atau menjadi kehilangan kepercayaan kepada Tuhan, atau sebaliknya, dari tidak beragama menjadi beragama. Orang bisa bercerai, orang bisa mengubah orientasi seksualnya, dst. Tapi dalam hal poligami, sebenarnya saya tidak mengalami loncatan ekstrem. Kalau Anda baca tulisan saya tiga tahun yang lalu, yang sebenarnya saya tekankan adalah bahwa kalaupun Puspo melakukan poligami, ia tidak harus mempromosikannya. Saya tetap percaya bahwa poligami tidak ideal. Saya tetap percaya bahwa dalam Islam, poligami tidak dianjurkan. Saya tetap menganggap bahwa kalaulah orang bisa memilih dengan mudah, sebaiknya orang tidak berpoligami. Saat itu saya memang barangkali tinggal selangkah sebelum menyatakan, poligami adalah haram. Saya sempat percaya bahwa sebenarnya tidak ada lagi kondisi di dunia modern ini yang dapat menjustifikasi poligami. Tapi perjalanan hidup saya ternyata membawa saya pada kondisi yang membuat saya harus percaya bahwa adanya ayat itu dalam kitab suci yang saya yakini tidaklah hadir secara kebetulan. Saya harus memilih, dan saya kemudian memilih untuk menikah lagi. Saya mencintai istri dan anak-anak saya. Saya tetap tidak membentak, tidak bersuara keras, tidak sekalipun menyakitinya secara fisik, tidak melarang istri saya untuk melakukan hal-hal yang diinginkannya, saya bekerjasama dengan dia membersihkan rumah ketika pembantu tidak ada, saya tidak keberatan istri saya mengambil keputusan-keputusan penting dalam rumah-tangga, saya membelikan hadiah2 kecil, kami berdiskusi,. .. dst. Saya tetap menghargai istri saya. Kedua istri saya. Saya tetap menganggap adalah takdir yang membuat saya pertama kali menikah. Dan sekarang saya menganggap adalah takdir pula yang menyebabkan saya menikah kembali. Kepada teman-teman yang sudah menunjukkan sikap memahami, saya berterimakasih sekali atas pengertian itu. Tapi, saat ini, saya memang tidak bisa menjelaskan kondisi yang menyebabkan saya memilih untuk menikah lagi. Hal itu terlalu pribadi sifatnya dan saya tidak yakin apakah dengan menyampaikannya kepada publik, akan ada manfaatnya. Saya sudah terlalu banyak bicara. Saya harus berhenti. Ade armando Dear All khususnya Pak Ade Armando, Aku mendapatkan email tulisan Bapak ini dari milis perempuan.Bapak diartikel yang dimuat di harian Republik tsb menujukan kalau Bapak Anti Poligami.Kenapa 3 Tahun kemudian Bapak melakukannya? Dimana tanggungjawab bapak sebagai akademisi.Jadi tolong buat lagi artikel yang justru kebalikan dari artikel bapak dibawah ini,tetapi justru menyarankan orang untuk berpoligami. Kan dari situ kita bisa menilai Bapak adalah orang yang tidak konsisten cara berpikir dan bersikapnya. Pakai bawa-bawa ayat Qur'an lagi diartikel Bapak tersebut. Meskipun dimilis ini banyak yang mendukung sikap poligami Bapak.Aku justru menolaknya.Untung Bapak sudah tidak lagi menjabat di KPI.Bagaimana kalo pejabat di KPI diisi oleh orang tidak konsisten seperti Bapak?dan aku tidak mau membayar gaji orang yang telah berpoligami. Bukankah KPI digaji oleh negara?dan aku adalah pembayar pajak yang taat kepada negara.Jadi wajar dong kalo aku tidak setuju negara membayar gaji Bapak di KPI. Terima kasih,mohon tanggapan Bapak. Salam, Dinda ======== Rekans, Sekitar tiga tahun lalu, Bung Ade sempat menulis soal poligami di Republika. Sangat impresif. Dia menentang pemberian Poligami Award di tahun itu. Cocok untuk dijadikan kenangan hari ini. Salam, MH ======== Sumber : http://www.republik a.co.id/kolom. asp?kat_id= 19 Sabtu, 19 Juli 2003 Piala Poligami Oleh : Ade Armando Pekan depan akan ada sebuah acara unik di Jakarta: pemberian Poligami Award 2003. Disponsori seorang pengusaha beristri empat, Puspo Wardoyo, acara ini akan memberi penghargaan kepada pelaku poligami terbaik. Memang saran ini akan terkesan terlambat: tapi apakah tidak sebaiknya penganugerahan itu dibatalkan saja? Puspo tentu saja punya hak penuh untuk beristri banyak dan mengeluarkan sebagian kekayaannya untuk sebuah acara yang, menurutnya, bertujuan menyosialisasikan bahwa poligami itu bukan tabu dan bisa memberi kebahagiaan. Namun, mengingat Puspo dan para istrinya senantiasa tampil dengan sosok yang merepresentasikan umat Islam, promosi semacam ini tampaknya hanya akan memperburuk kesalahpahaman tentang Islam. Tentu saja tidak semua keluarga yang berpoligami tidak bahagia. Namun, poligami jelas bukanlah tipe pernikahan ideal. Dampaknya bukan hanya pada istri, namun terutama pada anak-anak yang dibesarkan dengan sejumlah orang tua. Namun, kalaupun itu masih mau diperdebatkan, Piala Poligami tetap bermasalah karena satu hal: kata siapa Islam mendukung poligami? Dalam berbagai kepustakaan otoritatif, sulit untuk menerima gagasan bahwa poligami adalah sesuatu yang perlu dianjurkan atau dipromosikan. Ensiklopedi Hukum Islam (1996) maupun Ensiklopedi Islam (1994), misalnya, menunjukkan bahwa semangat ketentuan poligami dalam Islam justru membatasi jumlah istri. Dengan kata lain, Islam hendak memusnahkan praktik poligami yang sudah berlangsung dalam berbagai peradaban pra-Islam, yaitu sesuatu yang tanpa batas dan dengan alasan yang mengikuti nafsu hewani. Bahkan, kalau mau dibandingkan dengan konsep Islam tentang budak, kita bisa berargumen bahwa konsep ideal dalam Islam tentang pernikahan adalah monogami. Perbudakan, dalam Islam, juga tidak pernah dilarang secara eksplisit, baik dalam Alquran maupun hadis. Namun, keseluruhan ajaran Islam sendiri menunjukkan penolakan terhadap perbudakan, sehingga masyarakat Islam modern bersepakat mengharamkan praktik tersebut. Begitu pula dengan pernikahan. Sebelum Islam, poligami sudah menjadi kelaziman, tanpa ada aturan. Islam diturunkan dan mulailah dikenal pembatasan baik dalam kuantitas maupun kualitas. Bukan saja jumlah istri dibatasi, namun juga ada persyaratan- persyaratan rumit yang menyebabkan bahwa hanya dalam keadaan darurat saja sebenarnya pernikahan semacam ini direstui. Ayat Alquran yang senatiasa digunakan sebagai pembenaran atas poligami (an-Nisa ayat 3), misalnya, turun dalam konteks historis yang sangat spesifik, yaitu seusai Perang Uhud yang menewaskan banyak tentara Muslim. Catatan sejarah sendiri menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad Saw tidak merasa nyaman dengan poligami. Ini terlihat dalam kasus putrinya, Fatimah Az-Zahra.Fatimah menikah dengan sahabat dan orang kepercayaan Nabi, Ali bin Abi Thalib. Ketika suatu kali sang menantu berniat menikah kembali, Nabi mencegahnya. Nabi berkata kepada Ali, Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya, berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira, maka ia telah membahagiakannya. (Ensiklopedi Islam, Jilid 2, 1994). Nabi bahkan mengatakan bahwa Ali sebaiknya menceraikan dulu Fatimah bila hendak menikah dengan perempuan lain. Sebagian pihak menyatakan bahwa kondisi-kondisi yang membenarkan poligami adalah kebutuhan akan keturunan atau untuk memenuhi hasrat biologis yang tidak tersalurkan dengan satu istri. Masalahnya, teladan Nabi tidak menunjukkan itu. Nabi bermonogami dengan Khadijah selama 28 tahun. Dari perkawinan itu ia dianugerahi enam orang anak. Baru dua tahun setelah Khadijah meninggal, Nabi menikah kembali dan melakukan praktik poligami. Itu berarti setelah ia berusia 54 tahun. Isti-istri barunya pun umumnya tidak masuk dalam kategori wanita muda dan cantik. Bila dipelajari motivasi yang melatarbelakangi satu per satu perkawinan Nabi, yang mengemuka adalah motif dakwah atau kepentingan penyiaran Islam (Dr. Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, 1999). Melihat karakteristik istri-istri Nabi tersebut, sulit untuk menerima pandangan bahwa Nabi melakukannya karena alasan biologis. Jadi, poligami adalah pilihan dalam keadaan darurat. Saya meragukan bahwa Puspo ataupun banyak tokoh Indonesia yang berpoligami melakukannya dengan alasan itu. Jadi, tidakkah sebaiknya acara pekan depan itu dibatalkan saja? *** Finding fabulous fares is fun. Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel bargains. Food fight? Enjoy some healthy debate in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A. ____________________________________________________________________________________ Get your own web address. Have a HUGE year through Yahoo! Small Business. http://smallbusiness.yahoo.com/domains/?p=BESTDEAL