kalo saya yang jadi mentrinya, saya engga akan nyabut libur nasional
agama tadi. saya malah akan menambahkan dua hari libur sebelumnya
supaya umat beragama bisa punya waktu untuk merenung apa kegunaan hari
raya tersebut. kalo tiap kali perayaan agama ada tiga hari libur,
masyarakat yang tidak merayakannya akan bersuka cita karena mereka
punya kesempatan untuk berkumpul dengan keluarganya.

salam


--- In mediacare@yahoogroups.com, "Supriyadi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Negative side sight ?
> 
> Komentar Danny : Karena 3% penduduk sukubangsa Tionghoa merayakan
Imlek lalu 97% rakyat Indonesia mesti ikut-ikutan libur? Dst.
> Komentar saya : Ini juga karena tuntutan dari para peraya Imlek
jang. Maka nanti kalau tidak diliburkan Pemerintah akan dituduh
diskriminasi lagi. Dan saya yakin bahwa nanti Danny adalah salahsatu
penuduhnya.
> 
> Komentar Danny : Menurut ukuran Belanda ini tidak normal. 
> Komentar saya    : Memangnya Belanda itu standard/pakem/canon
internasional?
> 
> Komentar Danny    : Lebih baik Natal, Nyepi, Waisak, dan Imlek tidak
usah libur tapi kebaktian aman, adem ayem.
> Komentar saya       : Memang apa hubungannya antara libur nasional
dan keamanan serta keadem-ayeman?
> 
> Komentar Danny : Bila saya jadi Menteri Dalam Negeri akan saya cabut
 semua keputusan yang menyatakan Natal, Waisak, Nyepi, Imlek  sebagai
hari libur nasional. Sebaliknya akan saya cekal semua kelompok rese dst.
> Komentar saya   : Anda nanti pasti akan menjadi bahan tertawaan dan
olok-olok sebagai menteri yang naif. Libur mah libur aja jang.
Memangnya kalau libur Nasional nggak bisa nyekal kelompok rese? Gak
nyambung tuh!
> 
> Komentar Danny  : Kebaktian Natal tidak usah dijaga belasan ribu
polisi+barisan pemuda dan memakai metal detector.
> Komentar saya     : Saya tahu maksud Anda apabila keadaan aman maka
tindakan pengamanan tidak perlu besar-besaran. Tapi dalam kasus ini,
melihat pengalaman, maka tindakan pengamanan itu masih diperlukan.
Mengenai besarnya jumlah tenaga pengaman dan peralatan adalah bukti
keseriusan aparat. Bila tidak dilakukan dan terjadi sesuatu, maka
Pemerintah akan disalahkan lagi. Saya kira Anda tahu juga berapa besar
tenaga pengamanan yang dikerahkan dalam kebaktian Natal di Vatican
atau ibadah haji di Mekah dan sekitarnya.
> 
> Be positive man !
> 
> Salam Canda,
> Supriyadi
> 
> ----- Original Message ----- 
>   From: Danny Lim 
>   To: mediacare@yahoogroups.com 
>   Sent: Monday, February 19, 2007 2:03 AM
>   Subject: [mediacare] Re: [SP] Eddie Kusuma: Imlek adalah Perayaan
Budaya
> 
> 
>   Karena 3% penduduk sukubangsa Tionghoa merayakan Imlek lalu 97% 
>   rakyat Indonesia mesti ikut-ikutan libur? Karena 1% penduduk Hindu 
>   merayakan Nyepi lalu 99% penduduk Indonesia mesti ikut-ikutan libur? 
>   Karena 1% penduduk Budha di Indonesia merayakan Waisak lalu 99% 
>   penduduk Indonesia harus juga libur? Karena 9% penduduk Kristen (6% 
>   Protestan + 3% Katolik) Indonesia merayakan Natal lalu 91% penduduk 
>   Indonesia mesti ikut-ikutan libur? Menurut ukuran Belanda hal ini 
>   tidak normal. Lebih bagus Natal, Nyepi, Waisak, Imlek BUKAN hari 
>   libur nasional tetapi kebaktian Natal aman adem ayem tidak usah 
>   dijaga belasan ribu polisi + barisan pemuda + metal detector.
> 
>   Jelas keputusan pemerintah menjadikan Natal, Waisak, Nyepi dan Imlek 
>   sebagai hari libur nasional adalah keputusan politis, supaya dunia 
>   melihat bahwa di Indonesia ada kebebasan beragama. Namun ..... 
>   apakah betul di Indonesia ada kebebasan beragama? Jawab: TIDAK. Di 
>   Indonesia tidak/belum ada kebebasan beragama, tanyakan ke umat 
>   Kristen dan Ahmadiyah, mereka pernah merasakan diancam, gedung 
>   ibadahnya dirusak dsb.
> 
>   Bila saya menjadi menteri dalam negeri RI, saya akan cabur semua 
>   keputusan yang menyatakan Natal, Nyepi, Waisak dan Imlek sebagai 
>   hari libur nasional, sebaliknya saya akan cekal semua kelompok rese 
>   yang menggangu umat Kristen dan Ahmadiyah, termasuk yang mengganggu 
>   umat Lia Eden dll. Yang penting bukan hari liburnya, tapi kerukunan 
>   umat beragamanya. Bukan begitu?
> 
>   Salam hangat, Danny Lim, Nederland
> 
>   --- In mediacare@yahoogroups.com, "rahmad budi" <madbud@> wrote:
>   >
>   > Kalau melihat sejarah seperti yang ditulis penulis, maka benar 
>   Imlek adalah
>   > perayaan budaya. Namun
>   > kalau dalam perayaan budaya ini dihiasi dengan ritual agama 
>   (Buddha), ya
>   > saya pikir sah-sah saja.
>   > 
>   > Tak hanya Imlek yang menjadi komersial, semua perayaan agama lain 
>   juga
>   > dikomersilkan.
>   > 
>   > Menjadikan imlek sebagai hari libur nasional ada baiknya karena 
>   toh warga
>   > Tionghoa biasanya akan ambil bagia dalam perayaan imlek, ini 
>   sebagai
>   > penghormatan dari pemerintah.
>   > 
>   > Ndak perlu diperbesar masalah ini.
>   > 
>   > On 2/18/07, Yap Hong Gie <ouwehoer@> wrote:
>   > >
>   > > Seandainya, saya ulangi, seandainya, pernyataan dan penjelasan 
>   penulis
>   > > adalah benar; "Imlek adalah Perayaan Budaya", maka Pemerintah 
>   telah
>   > > keliru menetapkan Imlek sebagai Hari Raya (Keagamaan) Nasional.
>   > > Dan oleh karena itu, Keputusan Presiden Nomor 19/2002, yang 
>   menyatakan
>   > > Imlek adalah Hari Libur Nasional, perlu ditinjau kembali, untuk 
>   dicabut.
>   > >
>   > > Menyambut Hari Raya Imlek, nampak suasana suci dan indah 
>   dikotori oleh
>   > > kontroversi terbuka, bahkan adanya kecenderungan pihak-pihak 
>   tertentu yang
>   > >
>   > > mengkerdilkan magna Hari Raya Imlek, sebagai perayaan budaya 
>   (pakai huruf
>   > > kecil).
>   > >
>   > > Melalui Keppres No.6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut 
>   Inpres
>   > > No.14/1967. Yang artinya, warga keturunan Tionghoa tak lagi 
>   memerlukan
>   > > izin
>   > > khusus untuk mengekspresikan secara publik berbagai aspek dari
>   > > kepercayaan,
>   > > kebudayaan, dan tradisi asli mereka.
>   > > Kemudian, Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya 
>   dengan
>   > > mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 
>   2002
>   > > yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, 
>   Imlek resmi
>   > > dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional.
>   > > Hari libur nasional yang terkait dengan agama, merupakan Hari 
>   Raya dari
>   > > agama-agama yang ada di Indonesia dan diakui oleh pemerintah.
>   > >
>   > > Tradisi silaturahmi keluarga, kerabat, teman dan tetangga; yang 
>   intinya
>   > > adalah penghormatan yang muda pada orang yang lebih tua dan 
>   saling memberi
>   > > selamat ini memiliki kesamaan dengan tradisi silaturahmi 
>   masyarakat
>   > > Muslim,
>   > > setelah melaksanakan sembahyang (solat) Ied, pada Hari Raya Idul 
>   Fitri.
>   > > Dikalangan pribumi jaman dulu, Imlek lebih dikenal 
>   sebagai "Lebaran Cina".
>   > >
>   > > Kalau cuma sekedar perayaan budaya, mengapa masyarakat Tionghoa
>   > > menyelenggarakan rangkaian ritual sembayangang di rumah dan
>   > > berbondong-bondong sembahyang ke Klenteng (agama Tao/Konghucu) 
>   dan ke
>   > > Vihara
>   > > (Budha)?
>   > >
>   > > Quote:
>   > > Konon, Perayaan Imlek Nasional ini atas prakarsa bersama Duta 
>   Besar RI di
>   > > Beijing dan Duta Besar RRT di Jakarta dalam rangka peningkatan 
>   hubungan
>   > > kerjasama kebudayaan kedua negara. ---End quote.
>   > >
>   > > Apakah maksudnya Perayaan Imlek Nasional mau dijadikan acara 
>   perayaan
>   > > (budaya) bilateral?
>   > > Kalau menurut penulis, acara perayaan Imlek adalah dalam rangka
>   > > "peningkatan
>   > > hubungan kerjasama kebudayaan kedua negara", maka kehadiran 
>   Presiden RI
>   > > sudah amat berlebihan. Sehingga di masa mendatang, setiap acara 
>   hari
>   > > "Kebudayaan Imlek", cukup dihadiri oleh Menteri Pendidikan & 
>   Kebudayaan
>   > > RI saja.
>   > >
>   > > Quote:
>   > > Perayaan Imlek Nasional Indonesia bersatu yang akan berlangsung 
>   dalam
>   > > rangka
>   > > meningkatkan kerjasama antara RI dan RRT.---End quote.
>   > >
>   > > Mudah-mudahan saya salah tangkap kesan tersirat, bahwa adanya
>   > > kecenderungan
>   > > untuk memanfaatkan Hari Raya Imlek sebagai komoditas Politik-
>   Ekonomi
>   > > (dagang).
>   > >
>   > > Wassalam,
>   > > Yap Hong Gie (Kristen)
>   > >
>   > > http://www.suarapembaruan.com/News/2007/02/17/Editor/edit01.htm
>   > >
>   > > SUARA PEMBARUAN DAILY
>   > > Last modified: 16/2/07
>   > > Imlek adalah Perayaan Budaya
>   > > Eddie Kusuma
>   > >
>   > > Menjelang peringatan Imlek tanggal 18 Februari 2007 ini, masih 
>   ada yang
>   > > mempertanyakan apakah Imlek itu perayaan agama atau budaya.
>   > > Untuk itulah penulis ingin menjelaskan bahwa perayaan Imlek 
>   adalah sebuah
>   > > tradisi masyarakat Tionghoa yang telah membudaya.
>   > > Perayaan Imlek tidak membedakan agama maupun asal usulnya, akan 
>   tetapi
>   > > tradisi yang mewujudkan silaturahmi keluarga, kerabat, teman, dan
>   > > tetangga.
>   > >
>   > > Jembatan bagi orang yang beragama menyatakan rasa syukur kepada 
>   Tuhan Yang
>   > > Maha Esa, dengan doa dan harapan mendapat perlindungan dari Sang 
>   Pencipta,
>   > > Panjang Umur, Rezeki Melimpah, Kesehatan dan Sukses selalu. Jadi 
>   tidak
>   > > heran
>   > > di Tiongkok.
>   > >
>   > > Perayaan Imlek dilakukan oleh umat Islam, Kristen, Katolik, 
>   Budha dan
>   > > agama
>   > > lainnya, bahkan orang yang tidak beragama (atheis) pun 
>   merayakannya karena
>   > > Tiongkok adalah negara komunis. Jika dikatakan Imlek perayaan 
>   agama atau
>   > > tahun baru sebuah agama, menurut saya itu keliru. Tapi boleh-
>   boleh saja
>   > > karena keyakinan seseorang umat yang beragama sepanjang tidak 
>   mengklaim
>   > > Imlek adalah miliknya.
>   > >
>   > > Tahun baru Imlek adalah kebudayaan yang lahir dari para petani. 
>   Imlek
>   > > merupakan tahun baru masyarakat Tionghoa yang ditandai dengan 
>   penanggalan
>   > > berdasarkan sistem lunar (Yin li) yaitu sistem penanggalan 
>   berdasarkan
>   > > peredaran bulan. Jadi tidak ada hubungannya dengan kepercayaan 
>   dan ajaran
>   > > agama apapun. Sistem ini berbeda dengan sistem solar yaitu 
>   penanggalan
>   > > masehi yang berdasarkan peredaran matahari Yang Li
>   > >
>   > > Dalam kehidupan masyarakat di Tiongkok, sistem lunar lebih cocok 
>   bagi para
>   > > petani, sebab pada setiap tanggal 15 Imlek, rembulan akan bulat 
>   dan setiap
>   > > rembulan bulat, air laut akan pasang. Oleh karena bertani sangat
>   > > bergantung
>   > > pada kondisi alam, maka kalender lunar menjadi kebutuhan para 
>   petani.
>   > > Sampai
>   > > sekarang petani di Tiongkok mempergunakan penanggalan Imlek guna 
>   menyambut
>   > > datangnya musim semi yang membahagiakan mereka.
>   > >
>   > > Di Tiongkok, tradisi perayaan Imlek diwarisi ribuan tahun yang 
>   lalu yakni
>   > > sejak 2698 SM yang sampai sekarang telah mencapai 4705. Telah 
>   mengakar
>   > > dalam
>   > > hati sanubari masyarakat Tionghoa dimanapun, baik yang di 
>   daratan maupun
>   > > diluar Tiongkok seperti Korea, Jepang, Malaysia, Singapore, 
>   Amerika,
>   > > Australia maupun Indonesia.
>   > >
>   > > Menurut Dr Kai Kuok Liang dalam buku "Festival Tradisi Budaya 
>   Tionghoa"
>   > > perayaan Imlek berawal di zaman pemerintahan kaisar Huang Ti Yu 
>   (2698-2598
>   > > SM), tetapi baru merata di masyarakat pada zaman pemerintahan 
>   kaisar Chin
>   > > Che Huang (246-210 SM). Sistem penanggalan Huang Ti kemudian 
>   diterapkan
>   > > oleh dinasti Xia (2205-2197 SM), namun ketika dinasti Xia jatuh 
>   diganti
>   > > oleh
>   > > Shang (1766-1122 SM) sistem penanggalan diganti dengan 
>   penanggalan Shang.
>   > >
>   > > Ketika dinasti Shang runtuh dan diganti oleh dinasti Zhou (1122-
>   475 SM)
>   > > sistem penanggalannya pun diganti dengan sistem penanggalan 
>   Zhou. Dinasti
>   > > Zhou jatuh, berdirilah dinasti Qin (221-207 SM) dengan kaisarnya 
>   Qin Shi
>   > > Huang dan sistem penanggalan diubah lagi. Jadi boleh dikatakan 
>   daratan
>   > > Tiongkok pernah memakai empat macam penanggalan dari zaman Xia 
>   sampai
>   > > dengan dinasti Qin.
>   > >
>   > > Pada masa revolusi Xin Hai tanggal 10 Oktober 1911 yang 
>   dicetuskan Dr Sun
>   > > Yat Sen, tahun baru Imlek diubah menjadi festival musin semi 
>   (kuo chun
>   > > ciek)
>   > > dan saat tahun baru Imlek inilah muncul Sin Cun Ju Ie yang 
>   berarti
>   > > keluarga
>   > > baru yang sehat, sentosa dan lancar, sesuai rencana. Sedang Gong 
>   Xi Fat
>   > > Cai
>   > > adalah salam bahagia dan makmur selalu
>   > >
>   > > Imlek di Indonesia
>   > > Di Indonesia perayaan Imlek baru berlangsung semarak dan 
>   dilakukan secara
>   > > terbuka pascareformasi 1998. Imlek dapat dirayakan karena 
>   reformasi dan
>   > > Presiden KH Abdurrahman Wahid menerbitkan Kepres No 6 Tahun 2000
>   > > yang intinya mencabut Inpres No 14 Tahun 1967 yang menghimbau 
>   kegiatan
>   > > seni budaya, adat istiadat, aksara China di Indonesia 
>   diselenggarakan
>   > > secara
>   > > kekeluargaan dan di tempat ibadah.
>   > >
>   > > Inpres No 14/1967 dampaknya sangat besar, karena aparat birokrat
>   > > menafsirkannya sebagai larangan. Contohnya, seni budaya 
>   barongsai dan
>   > > liong
>   > > (naga) dilarang dipertontonkan kepada masyarakat.
>   > >
>   > > Nyatanya, seni budaya barongsai maupun liong bukan hanya 
>   kepunyaan
>   > > masyarakat Tionghoa, tetapi digemari semua elemen bangsa.
>   > >
>   > > Sekarang pemain barongsai dan liong bukan lagi A Kau, A Ho 
>   ataupun A Hok,
>   > > tapi sudah turut bermain Paiman, Paidjo dan Parman sebagai 
>   cerminan
>   > > barongsai dan liong sudah membudaya dalam masyarakat Indonesia 
>   sebagai
>   > > bagian dari budaya bangsa atau budaya nasional. Lahirnya Kepres 
>   No 19
>   > > Tahun
>   > > 2002 tentang Imlek sebagai hari nasional dan juga libur nasional 
>   lebih
>   > > mempertegas makna Imlek. Wujud nyata pemerintah sangat memberi 
>   perhatian
>   > > hak-hak hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan 
>   bernegara.
>   > >
>   > > Namun perhatian pemerintah terhadap Imlek tidak terlepas 
>   dariberbagai
>   > > peran
>   > > dan perjuangan masyarakat Tionghoa kala itu. Contohnya, Jerry H 
>   Lo bersama
>   > > Yongki dan Anda Hakim dan lainnya di masa Orde Baru, 
>   menyelenggarakan
>   > > seminar mengenai Imlek menjelang perayaan Imlek 1998. Hadir 
>   dalam acara
>   > > tersebut pejuang reformasi seperti Sabam Sirait dan Megawati
>   > > Soekarnoputri,
>   > > Ketua Umum PDI Perjuangan dengan moderator dr Frans Tjsai. Di 
>   balik itu,
>   > > begitu getolnya tokoh spritual Suhu Acai dan kelompoknya 
>   menyelenggarakan
>   > > Imlek secara besar-besaran di Hotel Sahid Jaya tahun 1999
>   > >
>   > > Kelompok Amien Rais juga sangat mendorong etnis Tionghoa berani
>   > > menyelenggarakan Imlek dan menampilkan naga dan barongsai. Tidak
>   > > ketinggalan
>   > > pimpinan agama Konghucu memanfaatkan momen ini menyelenggarakan 
>   perayaan
>   > > Imlek nasional bagi kelompoknya yang didukung para pengusaha 
>   nasional
>   > > Tionghoa dan menghadirkan Presiden RI dalam acara perayaan 
>   tersebut dari
>   > > tahun ke tahun.
>   > >
>   > > Tahun 2007 ini, menurut rencana Presiden Susilo Bambang 
>   Yudhoyono akan
>   > > hadir
>   > > pada perayaan Imlek Nasional Indonesia Bersatu 2007. Konon, 
>   Perayaan Imlek
>   > > Nasional ini atas prakarsa bersama Duta Besar RI di Beijing dan 
>   Duta Besar
>   > > RRT di Jakarta dalam rangka peningkatan hubungan kerjasama 
>   kebudayaan
>   > > kedua
>   > > negara. Perayaan Imlek Nasional Indonesia bersatu 2007 sifatnya 
>   nasional
>   > > dan
>   > > panitia penyelenggaranya terdiri dari berbagai unsur yakni staf 
>   kedutaan,
>   > > tokoh masyarakat Tionghoa.
>   > >
>   > > Imlek dan bencana alam adalah dua variabel yang berbeda namun 
>   saling
>   > > berkaitan. Imlek dirayakan dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha 
>   Esa agar
>   > > mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran adalah sebuah harapan 
>   yang
>   > > diinginkan termasuk menghindari bencana alam. Sekalipun bencana 
>   alam
>   > > terjadi
>   > > diluar perhitungan dan perkiraan manusia, adalah relevan melalui 
>   perayaan
>   > > Imlek dilakukan kegiatan sosial membantu sesama terutama korban 
>   bencana
>   > > alam, ini momen yang baik dalam membangun semangat kebersamaan 
>   dalam
>   > > bingkai persatuan dan kesatuan bangsa.
>   > >
>   > > Berbagai kelompok masyarakat Tionghoa telah mengaitkan perayaan 
>   Imlek ini
>   > > dengan kegiatan sosial termasuk bantuan kepada korban bencana 
>   alam,
>   > > terutama
>   > > bencana banjir yang baru terjadi di Jakarta. Sebelum Imlek 
>   masyarakat
>   > > Tionghoa sangat peduli terhadap bencana yang terjadi, contoh 
>   tsunami,
>   > > gempa
>   > > Nias, gempa Yogya dan lainnya dan kini para pengusaha maupun 
>   ormas-ormas
>   > > Tionghoa telah bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama 
>   Masyarakat
>   > > Tionghoa peduli bencana alam.
>   > >
>   > > Perayaan Imlek Nasional tahun 2007 akan berlangsung dengan sangat
>   > > sederhana,
>   > > tidak di ruangan yang mewah. Panitia sangat memahami kondisi 
>   masyarakat
>   > > sekarang, sehingga memilih tempat perayaan di ruang pamer PRJ 
>   Jakarta.
>   > >
>   > > Ini juga sebuah wujud prinsip kesederhanaan, namun tidak 
>   mengurangi makna
>   > > perayaan. Yang penting melalui momen Imlek ini mari kita 
>   membangun
>   > > kebersamaan antar masyarakat dan juga antar bangsa seperti 
>   kerjasama yang
>   > > akan terjadi dalam perayaan Imlek Nasional Indonesia bersatu 
>   yang akan
>   > > berlangsung dalam rangka meningkatkan kerjasama antara RI dan 
>   RRT. Ini
>   > > perlu
>   > > dipetik maknanya, disamping menggalang persatuan dan persatuan 
>   juga
>   > > menjalin
>   > > yang lebih harmonis antar bangsa dalam mencapai kemakmuran dan
>   > > kesejahteraan.
>   > >
>   > > Melalui Imlek kita introspeksi kembali pemikiran dan pandangan 
>   kita yang
>   > > jernih dan bersih dalam membangun bangsa Indonesia yang tercinta.
>   > >
>   > > Penulis adalah Ketua Umum Suara Kebangsaan Tionghoa Indonesia, 
>   Alumnus
>   > > Lemhannas RI
>   > >
>   > > Last modified: 16/2/07
>   > >
>   > > 
>   > >
>   > 
>   > 
>   > 
>   > -- 
>   > 
>   > 
>   > Rahmad Budi H
>   > Republika
>   > Jl Warung Buncit Raya 37 Jaksel
>   > 0856 711 2387
>   >
>


Kirim email ke