Milis selain sebagai sebuah wadah diskusi, menambah wawasan dan 
saling mengisi, disana juga bisa dipakai sebagai wadah menilai 
integritas seseorang, baik untuk anggoita biasa dan terlebih untuk 
moderatornya, tentunya menjadi moderator dituntut untuk "sempurna", 
dalam arti sanggup memahami SETIAP jengkal perbedaan yg ada didalam 
milis tersebut, termasuk didalmyan dua point yg ditulis oleh saudara 
Danny Lim, didunia ini tidak ada satu aturan mainpun yg tidak bisa 
direvisi dan apalagi dikritisi, adanya kritisi dan revisi merupakan 
sarana mutlak untuk menuju pembaruan guna menuju kevel yg lebih 
tinggi (kesempurnaan), bisa dibaca; sbg konsep yg adil dan bisa 
diterima oleh semua insan yg terkait didalamnya, itulah makna 
demokrasi yg sejati, yg bersih dari interest pribadi termasuk 
didalamnya mengarahkan selera publik ke arah selera sang moderator.

Kalau ´jabatan´ sbg moderator di milis saja sanggup membuat manusia 
bersikap adigung adiguna (semena-mena), apalagi kalau jabatan 
tersebut di milikinya didunia nyata yg jelas-jelas kekuasaan 
tersebut legitimed secara hukum,saya percaya manusia model Farid 
Gaban ini akan lebih diktator dan akan berbuat apasaja untuk 
menyingkirkan setiap gerakan atau ide yg tidak sejalan atau tidak 
sesuai selera dia.

Saya memang tidak menjadi member milis jurnalis, tapi membaca 
sekilas keluhan saudara Dimas rasanya sudah cukup untuk melihat 
duduk perkaranya, saya kira kasusnya Dimas tidak bisa disamakan dgn 
kasusnya rekan Manneke di milis Kincir Angin, typical Farid Gaban 
tidak sama persis Dn saudara Danny Lim, persamaan barangkali sama-
sama mengidap "phobia kekuasaan", penyakit ini biasanya dimiliki 
oleh mereka-mereka yg dalam dunia nyata tidak pernah memiliki 
kekuasaan atas orang lain, karena itu mereka jadi shock begitu 
mendapat kekuasaan (maaf kalau rekan Danny Lim tersinggung, ini tak 
lebih hanya bentuk sebuah kritik, nothing personal). 

Terakhir, kasus-kasus kesewenang-wenangan manusia-manusia berkuasa 
seperti ini harus tetap didengungkan di Indonesia, karena realita 
menunjukkan lebih banyak pemimpin (pemegang otoriter) yg tidak 
mengerti apa itu demokrasi, mereka kerapkali biased kalau sudah 
biacara soal hukum dan kekuasaan, buat mereka, yg berkuasa berarti 
berhak membuat hukum (aturan), sungguh menggelikan pandangan 
demokrasi model katak dalam tempurung seperti ini.

Peace, 






Kirim email ke