Seharusnya Umat Muslim sendiri yang takut, lantaran syariat barulah tataran
awal dari beragama. Kalau melakukan itu saja mesti harus dipaksa-paksa
melalui aturan negara, bahkan memaksa semua orang mengikuti.. alangkah
dangkalnya tingkat keberagamaannya. Bagaimana akan sampai ke tataran hakekat
beragama kalau terus menerus hanya terkungkung syariat...
Tahap berikutnya adalah dangkalnya ukuran keberagamaan, yaitu hanya sekedar
asal sudah menjalankan syariat dibebaskan dari hukum negara maka menjadi
orang saleh. Tak ada spirit untuk melakukan hal yang baik diluar bingkai
syariat.!

Wassalam.



On 3/8/07, amartien2005 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Hmmmmm .............. non Muslim tidak perlu takut Syariat Islam?

Begitu SI diberlakukan di Aceh, kontan belasan gereja 
ditutup.<http://www.barnabasfund.org/News/Archive/Indonesia/Indonesia-20021004.htm>


Angry Mob attacks Church in 
Aceh.<http://www.compassdirect.org/en/display.php?page=breaking&lang=en&length=long&idelement=4530>


Para pemimpin gereja di Aceh Singkil diminta oleh Tokoh Muslim dan
Pemerintah Daerah setempat untuk menandatangi surat perjanjian penutupan
gereja. <http://www.geocities.com/amahoesoe/masariku131003b.htm>

Di buku editan Robert Spencer, The Myth of Islamic Tolerance - How Islamic
law treats non-Muslims, di artikel oleh Mark Durie, ada terjemahan
dari perjanjian yang dipaksakan oleh pem. Aceh kepada pemuka agama Kristen
(th. 2001), dimana disitu pemuka Kristen tsb. berjanji, a.l.:

- adanya pembatasan jumlah gereja di beberapa desa.  Contoh: satu gedung
gereja di Kuta Kerangan yang mempunyai izin pemerintah berukuran 12 x 24
meter dan tidak boleh bertingkat.

- gedung2 gereja tertentu akan di dihabiskan/dibongkar oleh orang2 Kristen
sendiri.

- tidak akan mengadakan ibadah keagamaan di rumah2 penduduk, atau
evangelisasi.

Seperti yang dikatakan oleh Mark Durie di pembukaan dari paragraph ini:

-* "Perjanjian bersama ini dipaksakan untuk menghindari ancaman
dihancurkannya semua gedung2 gereja dan ancaman2 terhadap nyawa orang2
Kristen di daerah itu".*

*Penekanan kemerdekaan beribadah ini dikarenakan oleh satu gereja yang
memperluas gedungnya.  Ini dituduh oleh pemimpin2 Muslim sebagai pelanggaran
"perjanjian" di th. 1979, yaitu tidak akan membangun gereja2 tambahan.*

The religion of peace indeed!!!!

amartien


--- In mediacare@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=284843&kat_id=23
>
> Non-Muslim Jangan Khawatir Syariat Islam
>
>
> Banda Aceh -RoL-- Seorang ulama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
Tgk H Ibrahim Bardan menyatakan, warga non-Muslim tidak perlu khawatir
terhadap pemberlakuan undang undang Syariat Islam di daerah itu.
>
> "Syariat Islam yang diberlakukan secara kaffah (menyeluruh) di Aceh
menjunjung tinggi HAM, dan bukan teroris atau radikalisme," katanya dalam di
pondok Pesantren Lamcot Bayu, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar,
Sabtu.
>
> Dalam tausyiah saat membuka Musyawarah besar Himpunan ulama dayah
(Pesantren) Shalifiah se Provinsi NAD, ia menegaskan, syariat Islam itu
sendiri memiliki tujuan untuk membentuk jiwa setiap pribadi Muslim taat
kepada perintah Allah SWT.
>
> Dikatakannya, dalam menjalankan syariat Islam secara kaffah itu juga
tidak lepas dari bagaimana memperkuat sistem pendidikan di Aceh, sehingga
lembaga pendidikan umum tersebut dapat berjalan dan bernuansa Islami.
"Seharusnya Pemerintah instruksikan ke lembaga pendidikan umum di Aceh
tentang bagaimana penerapan Syariat Islam kepada anak-anak seperti yang
selama ini dilakukan di pondok-pondok Pesantren," katanya.
>
> Ibrahim Bardan yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Panton itu
menyatakan, jika lembaga pendidikan umum daerah berjuluk Serambi Mekah
tersebut kekurangan guru agama, maka pondok Pesantren siap membantu staf
pengajar bidang agama Islam.
>
> Di pihak lain, ia juga menyatakan, para ulama juga siap bekerjasama
dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengawal syariat Islam kaffah
berjalan di provinsi ujung paling barat Indonesia itu. Dia mengajak seluruh
organisasi Islam di Aceh untuk bersama-sama saling mengisi dan membantu
dalam upaya membangun umat sesuai dengan tuntunan syariat Islam di daerah
tersebut.
>
> "Mari kita bersama-sama mengawal syariat Islam sebagai upaya
memberdayakan umat tanpa melihat perbedaan terhadap masalah-masalah kecil
yang bersifat sunnah," tambah Tgk H Ibrahim Bardan yang juga Ketua Umum Huda
Provinsi NAD.antara/mim
>

Kirim email ke